Tuesday, October 6, 2015

REVIEW KOMIK NARUTO






REVIEW TERHADAP KOMIK NARUTO BY MASASHI KISHIMOTO


Kali ini saya ingin mengulas pandangan pribadi saya terhadap komik NARUTO. Saya ingin membahas komik ini melalui pembahasan masalah utama atau konflik utama yang menjadi perluasan dalam pengembangan topik cerita. Masalah utama yang ingin saya lihat di sini adalah masalah perbedaan idealisme tokoh - tokoh utamanya dalam membentuk kedamaian dan persatuan dunia.


Memang di sini saya lebih cenderung kepada memberikan kritik, bukan saran. Dan menurut saya ini sedikit penting, meskipun ini hanyalah komik (khayalan). Tapi sebuah komik juga berisi pemikiran, dan pemikiran yang diketahui manusia adalah berpengaruh terhadap hidup manusia. Sehingga menurut saya perlu meluruskan pandangan-pandangan agar bersesuaian dengan realitas (kenyataan) manusia sekarang ini.


Dalam komik tersebut, Masashi sangat kental memberi penekanan terhadap aspek tekad (keinginan) (pantang menyerah) dan aspek kebencian (perasaan) (cinta) dan pertemanan (sosialisme) (kerja sama). Tapi saya tidak akan memberikan kritik terhadap aspek-aspek tsb, melainkan kepada idealisme yang dibawakan oleh tokoh - tokoh utamanya.

Untuk menghemat waktu anda dan waktu saya, saya akan memulainya.




Idealisme Obito Uchiha dan Madara Uchiha = Dunia Mimpi Abadi

Obito awalnya percaya bahwa cinta, kebaikan dan persaudaraan bisa merubah dunia menjadi lebih baik. Tapi Obito membuang impiannya karena banyak hal yang tidak berjalan sesuai keinginannya. Dia tidak bisa menerima kenyataan itu, sehingga dia beralih kepada rencana untuk menciptakan kedamaian yang mirip utopia.

Penggunaan kata utopia di sini lebih kepada kedamaian dunia dalam bentuk dunia mimpi, dengan membiarkan manusia hidup dalam dunia impian. Dengan begitu impian manusia yang satu tidak akan berbenturan dengan impian manusia lain, dan juga agar tidak ada sesuatu yang berjalan, tidak dengan keinginan individu tersebut. Suatu idealisme yang cukup menarik. Sedikit masalah yang terdapat di sini adalah bagaimana cara merealisasikannya.


Madara juga menginginkan kedamaian bagi dunia sama seperti keidealismean Obito Uchiha. Meskipun maksud kata-kataku di atas sebenarnya, Obito Uchiha hanya mengikuti konsep idealisme dunia mimpi Madara.

Madara juga contoh karakter yang mengalami perubahan pemikiran. Awalnya idealisme Madara adalah sama dengan idealisme Hashirama, yaitu menciptakan negara (dunia) yang damai dan bersatu. Tetapi ketidakpuasan dan hantaman dari kenyataan yang pahit salah satu faktor utama yang menyebabkan Madara beralih ke idealis dunia mimpi.

Mereka berdua adalah contoh kepada idealis utopianisme, yaitu kedamaian dunia yang dibentuk dengan menciptakan dunia tersendiri yaitu dunia mimpi personal. Yaitu dunia di mana setiap orang bebas menjalani impian pribadinya tanpa harus mempengaruhi dunia nyata. Konsep utama mereka adalah lebih mirip kepada TO ILLUMINATE THE WORLD.

Salah satu penyebab berubahnya pandangan mereka adalah pengalaman dalam kenyataan. Semakin manusia belajar, semakin manusia tahu bahwa dunia yang damai itu hanya ada di dalam mimpi. Aku sama sekali tidak keberatan dengan konsep pemikiran mereka untuk dibawa kepada ke kehidupan nyata. Maksudku tentu saja konsep utopianisme-nya.

Sedikit masalah di sini adalah dunia mimpi versi mereka diciptakan dengan cara irasional (tidak masuk akal) karena menggunakan jurus ninja (jutsu). Tetapi menurutku, jika menggunakan suatu alat, hal tersebut akan menjadi semakin masuk akal untuk direalisasikan ke dunia nyata.

Dan satu hal lagi, karena dunia impian tanpa harus mempengaruhi dunia nyata itu adalah suatu hal yang mustahil dan sedikit sia-sia. Maka sebenarnya akan lebih masuk akal jika dikatakan dunia nyata tersebutlah yang menjadi dunia impian.

Mungkin ide dunia mimpi ini cocok disebut dengan idealis utopianisme.




Idealisme Nagato Uzumaki dan Sasuke Uchiha = Dunia Dalam Tekanan = Otokrasi kepada Tiranisme


Idealisme Nagato = Dunia Dalam Rasa Sakit

Nagato adalah contoh orang yang membuang impiannya bahwa kedamaian bisa tercapai jika manusia saling mengerti satu sama lain. Dia berpikir bahwa dia bisa menciptakan kedamaian dan merubah kebencian di dunia ini.  Tapi Nagato sadar dan membuang impiannya. Dan selanjutnya adalah melakukan idealisme kedamaian dengan jalan kekuatan. Maksudnya adalah dengan memiliki kekuatan, Nagato ingin menciptakan persatuan manusia dengan memberikan rasa takut dan kebencian manusia. Dengan begitu manusia akan berdamai dan bersatu untuk melawan dirinya.

Ide kedamaian Nagato ini adalah bentuk otokrasi (penguasa tunggal) untuk menciptakan tiranisme. Dia percaya bahwa manusia tidak akan bisa bersatu dengan kebebasan, sehingga merasa perlu memberikan tekanan.Tekanan-tekanan ini yang akan membuat manusia bersatu.




Idealisme Sasuke Uchiha = Dunia Dalam Ketakutan

Menurutku, Sasuke Uchiha adalah tokoh yang sangat labil, tidak konsisten dan individualis. Mempunyai ambisi yang kuat, sensitif tapi tidak mengetahui masalah sudut pandang kebenaran (kurang cerdas). Meskipun pada akhirnya Masashi merubah image dari Sasuke menjadi tokoh yang menginginkan kebenaran dan kedamaian dunia dengan jalan revolusi.

Idealisme Sasuke juga lebih kepada bentuk tiranisme. Sasuke adalah sama seperti Madara yaitu tidak puas akan kenyataan, dan ingin menciptakan sesuatu yang lebih nyata, yaitu dengan memberi ketakutan.

Menurutku juga tata cara revolusi tiranisme Sasuke adalah cara yang tepat dan menarik, yaitu;
- menghapus masa lalu dunia, ke luar dan ke dalam
- memberi ketakutan yang sama pada dunia
- membuat manusia bersatu untuk menghadapi hal yang sama
- hidup dalam keabadian, sehingga terus menerus memberi ketakutan yang sama


Pemikiran Nagato dan Sasuke adalah sedikit baik, meskipun dalam dunia nyata penerapan ini adalah sedikit sulit karena antara lain;
- sulitnya menemukan satu orang yang tepat untuk membawakan konsep yang tepat sasaran
- dengan pandangan bahwa keabadian adalah mustahil, konsep tiranisme ini harus diwariskan dengan sangat keras kepada generasi selanjutnya
- untuk mewujudkan konsep ini yang paling dibutuhkan adalah kekuatan


Mungkin sedikit masalah yang ada di sini adalah karena kata tirani selalu digambarkan dengan kesan negatif. Sedangkan tirani yang kumaksud di sini adalah lebih kepada diktator dalam tujuan positif, yaitu tegas, tenang, mutlak dan terfokus dalam menciptakan keadilan, kemakmuran ataupun kesejahteraan manusia.




Idealisme Naruto Uzumaki

Naruto, menurutku adalah bocah yang banyak omong kosong tapi pantang menyerah. Idealisme kedamaian Naruto adalah pewarisan idealisme Jiraiya, bahkan lebih parah lagi. Naruto percaya bahwa kedamaian bisa dicapai dengan jalan cinta, kebaikan dan persaudaraan. Dia percaya bahwa kedamaian bisa dicapai jika manusia bisa mengerti satu sama lain.

Meskipun dalam komik Naruto adalah tokoh yang berhasil mencapai dan membuktikan idealismenya. Dan mungkin memang benar jika idealisme ini adalah baik, maksudku jika kita memakai sudut pandang manusiawi, idealisme ini adalah positif dalam positif.

Tapi dalam kenyataan idealisme Naruto adalah yang paling tidak masuk akal dan sulit untuk diwujudkan. Karena hidup manusia adalah untuk kepentingan dirinya sendiri. Hanya dengan menekan keinginannya dan kepentingannya saja manusia bisa melakukan hal untuk orang lain. Dan itu, sangat sedikit manusia yang mau melakukannya. Karena dalam skala lebih besar, itu adalah sesuatu yang omong kosong.

Mungkin idealisme Naruto lebih kepada Demokrasi Sosialisme.




Begitulah cara aku membawakannya penyampaian Masashi Kishimoto tentang perbedaan idealisme tokoh utama dalam komik ini. Ini adalah hal yang menarik, meskipun menurutku terlalu sederhana, karena Masashi nyatanya terlalu baik hati dalam memberikan gambaran sifat manusia dalam komik ini. Dan kehidupan nyata adalah hal yang jauh lebih sulit daripada ini semua.

Dan komik Naruto ini memiliki banyak pesan dan moral yang kiranya bermanfaat bagi pembaca. Tetapi pesan utama dalam komik ini adalah berhubungan persatuan dan perdamaian dunia, cinta kasih, persaudaraan dan tekad pantang menyerah.

Suatu pesan adalah tidak berharga jika tidak bermanfaat demi kepentingan anda sendiri. Positif negatif adalah keputusan anda.

Dan untuk penutup aku akan menyampaikan kutipan yang kiranya berguna untuk motivasi bagi para pembaca sekalian. Kutipan yang aku bawakan kira-kira kuambil dari komik volume 72 sampai 35. Semoga bermanfaat.



KUTIPAN - KUTIPAN

Hashirama - Tidak masalah jika mimpi kita tidak terwujud, yang paling penting membuat generasi penerus kita meneruskan dan mewujudkan mimpi itu.

Madara - Jika ingin mengontrol manusia, manfaatkan kegelapan dalam hati mereka. Jika mereka tidak memiliki kegelapan, buat kegelapan itu.

Madara - Manusia mencari kedamaian sekaligus menyukai peperangan, itu adalah dua hal duniawi yang dimiliki manusia.

Madara - Memikirkan perdamaian sambil menumpahkan darah adalah hal yang bisa dilakukan oleh manusia, itulah adalah sisi dari sebuah koin. Untuk melindungi sesuatu kita harus mengorbankan yang lain, karena itu dunia dipenuhi ketidakcocokan dan ketidakkonsistenan.

Madara - Apa yang kau cari akan berakhir saat kau kehilangan dirimu.

Madara - Madara adalah orang yang menolak dunia ini dan semua orang yang mengikuti idealnya. Madaranisme.

Madara - Apa yang dilakukan dewa hanya membuat orang-orang menjadi tidak konsisten, dan jika orang-orang menyatukan jiwa mereka, mereka akan menemukan bahwa mustahil untuk mengerti satu sama lain.

Madara - Kekuatan hanya menciptakan konflik dan harapan palsu, dalam mencari kedamaian, manusia hanya akan mendapatkan konflik. Kebenarannya, kekuatan hanyalah merupakan sumber kepedihan. Orang-orang yang tidak punya kekuatan akan kehilangan semuanya.

Sangat penting untuk percaya sebelum mau melakukannya.

Maito Guy - Daun yang berguguran tidak hanya jatuh dan membusuk, tapi daun akan menjadi pupuk bagi daun baru dan segar. Memastikan daun-daun muda itu segar itu berkembang dan mengantarkannya ke musim semi yang baru adalah kewajiban daun lama.

Kakashi - Tidak peduli seberapa keras kau berusaha, delusi kesepian tidak akan mengisi kekosongan dalam hatimu jika kau menolak teman-temanmu.

Obito - Dunia yang tidak memiliki sesuatu yang berharga adalah dunia yang mati.

Obito - Jika seseorang mati, segala tentang mereka akan berakhir.

Obito - Kau hanya bisa menyesali sesuatu setelah kau melakukannya.

Obito - Dunia mimpi adalah membuat dunia ini satu, bebas untuk semua orang. Tak ada perang, kedamaian, dunia yang sempurna, di mana kebenaran di setiap kesadaran yang mengabaikan kepribadian masing-masing.

Obito - Kepribadian masing-masing membuat orang buta akan kebenaran. Ini adalah kata- kata kebenaran yang akan memimpin dunia ke dalam kebenaran.

Obito - Kau hanya bisa bicara tanpa bisa bertindak, perkataan dari seseorang yang sepertimu tidak ada harganya.

Obito - Sudah terlambat untuk menyesal, kenyataan terus berjalan dengan kejam.

Obito - Tidak ada harapan di dunia nyata ini, itulah mengapa aku mengejar dunia impian.

Obito - Dunia tidak memerlukan pahlawan atau harapan atau masa depan.

Obito - Jika kau terus bertaruh dengan kata harapan, kehampaan akan terus menunggumu. Orang yang dipercaya dan mempercayakan akan menjadi hampa.

Obito - Tidak ada gunanya menyalahkan realita yang tidak berguna ini.


Madara - Tunjukkan perasaanmu kepada musuh tanpa menutupi apapun. Karena kita tidak bisa tahu apa yang seseorang pikirkan dan rasakan di dalam sana, kita bahkan tidak tahu kalau mereka sedang meluap-luap.

Kau harus menjadi lebih kuat, jika kau lemah, tidak ada yang akan mendengarkanmu.

Hebat adalah orang yang mampu memikul apa yang dia perbuat dan meraih impian.


Obito - Ada masalah apa dengan dunia mimpi? Bukankah kenyataan itu menyakitkan?

Kakashi - Jika kau menolak perasaan temanmu di dunia ini, itu hanya karena sesuatu berjalan tidak sesuai keinginanmu, tak ada yang akan datang kepadamu dan lubang itu tidak akan terisi. Jika kau hanya berlari tanpa melakukan sesuatu, orang lain juga tidak akan melakukan sesuatu padamu. Selama kau tidak menyerah, kau masih bisa diselamatkan.


Obito - Hanya dengan menyingkirkan kenyataan dan perasaan teman-temanmu di dunia ini, kau bisa mendapatkan kebahagiaan sebenarnya.


Obito - Aku bukanlah siapa-siapa, dan tidak ingin menjadi siapapun, yang kuinginkan adalah menyempurnakan keinginanku.

Madara - Kalau manusia meninggalkan keinginannya saat menemui rintangan, manusia akan mulai mencari alasan dan mengumpulkan kebencian sebagai ganti keputusasaannya itu.

Itachi - Bisa memaafkan diri sendiri untuk sesuatu yang tidak bisa kau lakukan, dan mampu menerima kenyataan dirimu, itulah yang dinamakan kuat.

Itachi - Aku tidak percaya pada kesempurnaan, karena itulah kita terlahir dengan kemampuan untuk mempelajari sesuatu, dan dengan membandingkan diri kita dengan yang lain, kita dapat belajar lebih baik lagi.

Tidak ada kepercayaan dalam kebohongan, kebohongan membuatmu tidak mengenali dirimu sendiri.

Itachi - Seseorang hidup dalam kebenaran mereka. Kalau kebenaranmu adalah ilusi, lalu kebenaranku adalah yang sebenarnya.

Bagaimana aku bisa berjalan di jalan yang benar saat aku tidak tahu tentang kebenaran.

Kekuatan tidak ada hubungannya dengan tekad, kekuatan adalah sesuatu yang nyata.

Dalam dunia, kalau seseorang tidak berbakat, keberadaannya akan ditolak.

Itachi - Teman-temanmu akan menopang ketidakmampuanmu dan mencegahmu dari hal bodoh yang mungkin akan kau lakukan.

Itachi - Jika kau ingin mengetahui siapa dirimu yang sebenarnya, kau harus mengenal dirimu dan mengakui apa yang kau sadari.

Itachi - Seseorang yang tidak mengakui diri sendiri akan jatuh ke dalam kegagalan, seperti yang aku lakukan di masa laluku.

Kabuto - Kau tidak mengenalku, aku menghabiskan seluruh waktuku untuk mencari jati diriku dengan caraku, seluruh waktuku. Aku hanyalah aku. Lalu pada akhirnya, siapa AKU itu?

Jika kau tidak bahagia dengan yang kau miliki sekarang, kau bisa menambahkan sesuatu yang baru.

Itachi - Sebelum dapat melakukan sesuatu mengenai dirinya sendiri, manusia belajar menirukan yang lainnya.

Itachi - Tak masalah jika kau meniru sesuatu yang kau hormati, tapi kau tidak bisa menjadi dirinya. Mustahil bagimu untuk menjadi seperti dirinya. Seseorang hanya melakukan itu untuk tumbuh dan berkembang. Itu bukanlah sesuatu yang bisa kau gunakan untuk menipu dirimu sendiri.

Itachi - Kau menyerap hal yang kau anggap bernilai, dan jika kau tidak berusaha menemukan dirimu sebenarnya, kau akan gagal. Jangan menipu diri sendiri, mereka yang tidak bisa menerima diri sendiri, sebenarnya akan selalu gagal.


Obito - Tidak ada yang bisa keluar dari lingkaran yang selalu menciptakan sampah.

Madara - Seorang anak kecil adalah terlalu terburu-buru dan tidak mampu menunggu.


Obito - Suatu saat, semua orang akan melupakan idealis bodohnya. Harapan yang tidak memiliki pegangan, hanya butuh waktu sebentar untuk hilang.

Obito - Harapan dan cita-cita yang tidak mungkin adalah omong kosong, manusia harus melihat kenyataan. Apa yang kau miliki dalam kenyataan?

Obito - Apa yang ada di depanmu adalah kesepian, kau tidak perlu berada dalam kenyataan dan menahan luka.

Obito - Hidup dalam sangkar, menunggu untuk mati. Kutukan itu takkan hilang hingga manusia mati.


Naruto - Teman yang sebenarnya bukan yang diciptakan dalam mimpi sehingga tidak dapat melukai.


Orochimaru - Ada ilmu yang seharusnya tidak diciptakan.

Orochimaru - Tidak semua mimpi dan harapan bisa berjalan sesuai keinginan kita.

Orochimaru - Kebencian akan melahirkan kebencian lain, bahkan lebih besar lagi.

Orochimaru - Seseorang akan menyadari nilai dari sesuatu saat mereka kehilangannya.


Saat bertahan dari pengalaman, kehilangan cinta dan putus asa, seseorang berpeluang berubah menjadi kebencian.

Setiap jaman memiliki pertarungan sendiri.

Jiraiya - Laki-laki akan lebih kuat saat ditolak. Jadi kuat itu adalah kewajiban laki-laki.

Jiraiya - Kebahagiaan itu bukanlah sesuatu yang dicari laki-laki.

Jiraiya - Kegagalan adalah penting. Hidup dengan kepercayaan bahwa kegagalan itu berguna untuk menempa diri.

Jiraiya - Menyerahlah tentang idealismemu, cepat atau lambat, beginilah takdir manusia. Tidak perlu menderita lagi, lupakan dan buang saja.

Jiraiya - Asah kemampuanmu untuk mempertimbangkan dan mengambil keputusan yang tepat, kalau kau hidup, jadilah lebih cerdas. Kalau tetap bodoh begitu, sulit untuk bertahan di dunia kenyataan ini.

Kalau terus ragu, takkan menghasilkan apa-apa.

Nagato - Orang yang tidak pernah mengenal rasa sakit tidak akan pernah mengerti kedamaian.

Nagato - Jangan melihat luarnya saja. Kau akan semakin tidak mengerti soal perdamaian.

Nagato - Semua orang berusaha membuat kedamaian menurut mereka, berusaha untuk membalas dendam dengan nama keadilan dan menjadi rantai kebencian.

Jiraiya - Memaafkan adalah kunci untuk memutuskan rantai kebencian.


Obito - Untuk hidup di dalamnya, mempelajari masa lalu dan memperkirakan masa depan, itulah arti penting mengetahui sejarah.

Nagato - Dunia akan tahu rasa sakit yang sebenarnya, dan ketakutan kepada rasa sakit akan mengakhiri peperangan, yang akan memimpin dunia menjadi lebih stabil dan damai.

Nagato - Kau bilang bahwa kedamaianku adalah kebohongan, tapi apa yang terjadi di dunia ini. Kedamaian dengan mengerti satu sama lain adalah omong kosong.

Naruto - Akan tiba hari di mana orang akan saling mengerti satu sama lain.

Nagato - Jika kau tidak memahami rasa sakit seseorang, kau tidak akan pernah memahami mereka. Tapi hanya dengan memahami mereka, itu tidak berarti kau bisa mengambil keputusan yang tepat, itulah kenyataan di dunia ini.

Nagato - Dengan mempelajari masa lalu, orang akan semakin mengerti bahwa manusia takkan pernah mengerti satu sama lain.

Nagato - Selama dunia ini ada, kebencian akan melahirkan makhluk lain.

Nagato - Idealisme harus sesuai dengan kenyataan.

Nagato - Saat seseorang disakiti, ia belajar untuk membenci.

Nagato - Dengan memahami rasa sakit, membuat manusia menjadi lebih mengerti, rasa sakit mampu membuat seseorang mampu berkembang .


Nagato - Keadilan tanpa kekuatan adalah hampa. Kekuatan tanpa keadilan hanyalah kekerasan.

Nagato - Dalam dunia terkutuk ini, kedamaian dimana orang saling mengerti hanyalah dalam angan-angan.

Nagato - Rasa takut akan melahirkan keengganan yang kuat terhadap perang, dan pertempuran akan berakhir.

Nagato - Bahkan seseorang yang bodoh bisa tumbuh dengan benar ketika dia belajar apa itu rasa sakit.


Seorang pria tidak akan terburu-buru dengan perkataannya.

Itachi - Manusia tidak akan tahu seperti apa dirinya. Sampai saat dia akan mati.

Obito - Tidak ada namanya harapan, orang berharap hanya untuk menutupi kenyataan bahwa dirinya sendiri adalah menyedihkan. Harapan hanya pelarian manusia itu saja.

Obito - Karena mengenal penderitaan, orang bisa jadi lebih baik.

Itachi - Setiap orang hidup terikat dan tergantung pada pengetahuan dan persepsinya sendiri. Tapi pengetahuan dan persepsi itu adalah sesuatu yang samar, bisa saja kenyataan itu adalah ilusi. Semua manusia hidup dalam asumsinya sendiri. Itulah disebutnya dengan kenyataan.

Itachi - Saat seseorang memiliki perasaan sayang, maka ada resiko untuk dibenci.




Dan aku ingin menambahkan beberapa kutipan dari blog kutipan Naruto yang menurutku sedikit  penting.


Nagato - Agama, ideologi, tanah, dendam atau kebetulan. Alasan sekonyol apapun bisa jadi penyebab perang.

Obito - Orang jenius hanya mampu dikalahkan oleh orang bodoh yang pantang menyerah.

Kakashi - Memang kenangan itu sulit dilupakan. Tetapi bukan berarti menjadikan itu sebagai alasan untuk terus terpuruk.

Hinata - Setiap orang menjaga ucapannya dan teguh pada pendiriannya. Itulah cara agar mereka dapat hidup berdampingan satu sama lain.

Kushina - Tak perlu banyak teman, tapi pilihlah teman yang benar-benar dapat kamu percaya.

Nagato - Rasa sayang tidak akan bisa membuatmu memaafkan seseorang dengan mudah.

Obito - Kebencian tercipta untuk melindungi cinta, itulah hukum sebab akibat yang tidak bisa dirubah pada akhirnya.






Dan sebagai penutup aku ingin menyampaikan sedikit. Berhati-hatilah dalam bermain filsafat, saat anda menyatakan sesuatu itu benar, itulah kebenaran menurut anda.

Aku tidak akan memberikan komentar untuk kutipan-kutipan yang dibuat Masashi-senpai di atas, silakan anda mengkomentari sendiri untuk kepentingan anda.

Tetapi aku sedikit mengingatkan bahkan dalam positif terdapat negatif dan dalam negatif terdapat positif. Semua hal adalah bagaimana anda menerimanya.


Aku memasukkan sedikit kutipanku untuk menyeimbangkan pemikiran di atas;


Apapun yang dikatakan manusia adalah benar selama hal itu adalah benar.

Manusia bisa saja berusaha mencari kebenaran dan keadilan dalam dunia ini, tapi mereka pasti tidak akan pernah menemukannya. Yang bisa dilakukan manusia adalah menciptakan kebenaran dan keadilan menurut pandangannya.

Manusia tidak akan bisa saling mengerti. Karena semua manusia ingin dimengerti tanpa mau mengerti. Itu sudah menjadi kutukan menjadi manusia. Jangan harapkan orang lain mengerti dirimu, mengertilah akan dirimu sendiri. Jika hatimu berlebih, mengertilah orang lain.

Tidak ada yang namanya keadilan sejati dalam dunia ini. Keadilan terjadi hanya untuk yang setara.

Karena dunia ini tidak bekerja menurut pendapatku, maka harusnya aku bekerja menurut pendapat dunia ini.

Di dalam positif bahkan terdapat sisi positif dan negatif.

Idealisme hanya untuk orang yang memiliki pengaruh.

Rasa takut kehilangan itu wajar, bahkan jika tidak ada takut, yang tersisa hanya kehilangan.

Kematian juga bahkan menyenangkan, jika tidak ada kematian, hidup ini hanya penderitaan yang tanpa akhir.



N.B. Menurutku dalam komik ini, Itachi adalah karakter yang lumayan menarik dan memiliki pemikiran yang tajam.



Thursday, September 10, 2015

DEBAT ANTARA PROFESOR DAN MAHASISWA TENTANG KEBAIKAN DAN KEJAHATAN





Debat Antara Profesor dan Mahasiswa tentang Kebaikan dan Kejahatan


Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini.

"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?"

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".

"Tuhan menciptakan semuanya?" tanya profesor sekali lagi.

"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis profesor tersebut.

Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"

"Tentu saja," jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Apakah kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si profesor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas."


Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"

Profesor itu menjawab, "Tentu saja gelap itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak.Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak."

"Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna."

"Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan."

"Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam.

Dan mahasiswa itu adalah.... Albert Einstein.



Saya rasa sedikit tertarik sehingga saya ingin sedikit memberikan komentar saya. Karena menurut saya, jawaban yang anda sebut sebagai jawaban Einstein di atas juga sebenarnya kurang tepat.

1. Yang pertama adalah tentang dingin tersebut. Jawaban tersebut di atas terjadi karena anda membayangkan suhu dingin itu dari sudut pandang panas. Kalau anda membayangkan suhu panas dari sudut pandang dingin, kemungkinan hasilnya akan berbeda. Jadi apakah menurut anda suhu -1 derajat itu adalah dingin atau panas?

2. Yang kedua, anda mengatakan gelap adalah ketiadaan terang seakan-akan terang akan selalu ada. Apakah anda bisa melihat kenyataan bahwa terang tidak selalu ada? Bahkan yang paling mudah untuk dipahami adalah terang dalam ruang yang bernama Bumi dan sekitarnya ini adalah karena adanya pengaruh daripada matahari.

Saja jadi ingin bertanya, apakah setiap kali kita membahas ruang, kita akan selalu membahas matahari? Apakah setiap ada ruang, maka pasti ada matahari?

Pertanyaan ini juga berlaku untuk pernyataan nomor 1. Apakah setiap ruang akan memiliki panas jika matahari tidaklah ada?

Menurut saya, jika anda tidak pernah melihat matahari dan tinggal di daerah yang selalu dingin, maka kemungkinan besar anda akan mengatakan bahwa panas itu tidak ada. Panas hanya menggambarkan kekurangan (ketiadaan) dari dingin.

3. Yang ketiga, anda terlalu membawa Tuhan dalam suatu masalah. Masalah kebaikan dan kejahatan adalah tidak campur tangan Tuhan. Apakah kejahatan itu ada? Tentu saja kejahatan itu ada. Apakah kejahatan itu ketiadaan Tuhan di hati manusia, sedang manusia yang memiliki Tuhan di hatinya masih melakukan kejahatan. Bagaimana membedakan manusia yang memiliki Tuhan di hatinya atau tidak? Dan menimbulkan banyak pertanyaan lain yang seharusnya tidak perlu.

Jadi saya juga bertanya, apakah Tuhan itu bisa disebut terlalu baik sebab Ia menciptakan dan membantu Hitler untuk membantai manusia? Anda bisa pikirkan sendiri, apakah pernyataan saya benar atau salah.

Maksud saya begini, pernyataan Tuhan menciptakan segalanya itu merupakan suatu paradoks. Dari sudut pandang Tuhan menciptakan segalanya, dengan sendirinya akan menyebabkan pandangan Tuhan menciptakan kejahatan. Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena kalimat ini mengandung pertentangan dalam dirinya, sama seperti dalam kalimat; Apakah Tuhan bisa menciptakan sebuah batu yang sangat besar sehingga Ia tidak bisa untuk mengangkatnya?

Dan itu sebenarnya tidak perlu untuk dipertanyakan, karena sebenarnya kejahatan dan kebaikan itu tidaklah ada.  Maksud saya di sini, kejahatan dan kebaikan itu cuma ada di alam pemikiran manusia, bukan sebuah materi dalam alam.

Tuhan tidak menciptakan kebaikan ataupun kejahatan itu, Tuhan hanya menciptakan sebuah alat untuk menghasilkan kebaikan atau kejahatan, yaitu pemikiran (rasio). Tapi bukan berarti tanpa pemikiran manusia bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk, karena kebenarannya, tanpa pemikiran manusia cuma tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Contoh mudahnya lihat saja pada binatang. Binatang tidak tahu kalau memakan temannya sendiri adalah buruk.

Hal ini sama saja seperti penemuan (pembuatan) pisau dapur. Karena banyaknya pisau dapur digunakan untuk membunuh orang lain, maka bukan berarti pisau dapur itu seharusnya tidak diciptakan, karena bisa menciptakan hal buruk. Bahkan tanpa pisau dapur, manusia pasti akan kesulitan mengiris bawang, memotong cabai atau memotong buah.

Jadi jika anda terus mempertahankan argumen bahwa Tuhan menciptakan kebaikan, tetapi tidak menciptakan kejahatan, anda akan terus berputar dalam  lingkaran paradoks ini. Karena itu saya ingin memperhalus pengertian dengan mengatakan bahwa masalah kebaikan dan kejahatan bukan campur tangan Tuhan. Harap lebih bijaksana dalam menafsirkan ini.

Kalau untuk membahas apakah agama adalah mitos atau bukan, saya rasa saya belum bisa menjawab itu. Tergantung apakah yang dimaksud dengan agama, apakah yang dimaksud dengan mitos, dan di mana kaitannya.


Dan untuk penutup atas penjelasan yang menurut saya kurang tepat di atas, timbul pertanyaan sederhana dalam pikiran saya, manakah yang lebih alami, kegelapan atau terang,  dingin atau panas, kejahatan atau kebaikan? Saya pikir anda sekalian sudah bisa menjawab ini. Mengakui alami di sini bukan berarti bahwa matahari adalah Tuhan, karena matahari adalah terang sekaligus panas. Anda sudah mundur puluhan langkah jika anda melakukan hal tersebut.

Sebagai penutup saya memberikan sedikit saran untuk menyatukan kedua pandangan di atas. Bukankah anda sudah mengetahui bahwa kedua hal tersebut ada, kenapa mesti menolak bahwa hal tersebut adalah ada.

Anda seorang diri tidak akan bisa membuat dunia ini selalu terang, selalu panas, atau selalu baik. Anda hanya bisa mengusahakan agar hal tersebut terjadi. Itulah sebabnya manusia bisa belajar dan berpikir.
* Jika anda perlu terang untuk melihat, maka itu gunakan lampu anda, karena kenyataannya terang tidak selalu ada
* Jika anda perlu kehangatan untuk hidup, maka itu gunakan rumah anda, karena kenyataannya hangat tidak selalu ada
* Jika anda ingin kebaikan untuk dunia, maka itu gunakan  kebaikan anda, karena kebaikan tidaklah ada tanpa kebaikan


Friday, September 4, 2015

KUALITAS TIDAK TERDAPAT DALAM SUBSTANSI



KUALITAS TIDAK TERDAPAT DALAM MATERI


Apakah ada kualitas dalam suatu substansi? Mungkin hal ini sedikit rumit untuk dijawab. Mungkin akan lebih mudah jika kita perhatikan dengan lebih sederhana; apakah dalam suatu materi tertentu terdapat suatu kualitas tertentu?

Mungkin pada awalnya aku berpikiran kualitas tidak terdapat dalam substansi. Dan ini jelas tidak berarti apa-apa jika tidak disertai bukti.

Contoh;
- cantik itu relatif
- enak itu relatif
- baik itu relatif
- kuat itu relatif
- pandai itu relatif
- bagus itu relatif
- panas itu relatif (pengertian panas di sini adalah bukan suatu ukuran, melainkan panas yang berupa perasaan)

Dan dalam bukti tsb, aku mendapat kepastian yang lebih besar lagi. Sehingga aku menyimpulkan bahwa kualitas memang tidak terdapat dalam substansi. Oleh karena itu, kualitas cuma terdapat dalam alam pikiran manusia. Ini yang menyebabkan pemberian kualitas pada pemikiran masing-masing manusia adalah relatif.

Jadi kesimpulan sementara yang didapat adalah;
- Alam tidak mengenal yang namanya kualitas.
- Kualitas itu ada karena manusia ada. (mungkin setara dengan kualitas ada karena makhluk adalah ada)
- Kualitas ada karena makhluk adalah berpikir. (entah mungkin hewan mengenal adanya kualitas)

Jadi yang terdapat dalam substansi itu adalah zat, sifat dan kuantitas.
Kata sifat di sini lebih mirip kepada akibat yang ditimbulkan kepada substansi lain.
Kata zat juga mirip artinya dengan potensi. Tapi mirip tidak berarti sama.


Jika masih meragukan, aku akan menerangkan sedikit tentang kualitas;

Seperti;
- bermutu hanya terjadi jika  manusia mengganggapnya bermutu bagi dirinya
- kepandaian, kecerdasan, kekuatan adalah potensi sekaligus penilaian
- baik, jahat, bagus, buruk terjadi karena penilaian manusia sesuai keinginan dan kebutuhannya, substansi tsb tidak mengandung (memiliki) kualitas itu. Substansi hanya memiliki potensi (zat) yang dinilai manusia sebagai kualitas.


Aku akan membawakan pengertian yang lebih beserta contoh. Misal;
             Apel busuk, kualitasnya adalah buruk bagi tubuh manusia.
             Pisau berkarat, kualitasnya adalah tidak baik jika digunakan untuk memasak.
             Mobil rongsokan, kualitasnya adalah kurang baik untuk digunakan.
             Handphone bekas, kualitasnya adalah kurang baik untuk digunakan.

Untuk contoh 1 dan 2 adalah lebih kepada zat yang dikandung daripada suatu substansi, dan pengaruhnya jika bertemu dengan substansi lain. Mungkin manusia sering menyebut ini dengan kualitas, meskipun menurutku ini bukan suatu kualitas.

Untuk contoh 3 dan 4 adalah lebih kepada kebutuhan dan kegunaannya bagi manusia. Itu terjadi karena manusia adalah makhluk yang berpikir. Jadi menurutku itu bukanlah kualitas yang melekat di dalamnya. Tapi kualitas yang dibuat manusia seolah melekat kepadanya.

Sedikit masalah di atas, panas bukan kualitas, tapi merupakan sifat. Dan sifat adalah sesuatu yang tidak berhubungan dengan kualitas. Jika ingin memasukkan sifat sebagai kualitas, akan sama dengan penggunaan pada contoh nomor 3 dan 4.

Kalau ingin menyamakan sifat dengan potensi (zat) yang dikandung, mungkin ada sedikit kemiripan. Mungkin bisa dipikirkan belakangan.

Memang tidak cukup memuaskan pada awalnya, dan sekarang aku akan membuat sedikit yang lebih mudah dipahami. Yaitu kualitas bukan potensi ataupun kondisi. Kualitas adalah sudut pandang dan kondisi adalah tetap. Contoh;
- Anak itu pandai.
Sebenarnya memiliki 2 artian yaitu;
* Pada saat penilaian, anak itu dalam kondisi pandai. Sehingga untuk penilaian yang lainnya, belum tentu anak itu akan disebut pandai.
* Anak itu memiliki potensi besar untuk pandai, sehingga biarpun begitu, anak itu tetap menyimpan potensi untuk bodoh.
Dan begitu untuk contoh-contoh seterusnya.

Tapi ini tentu saja menjadi pertanyaan, lalu apakah kualitas itu? Kualitas itu adalah nilai mutu. Suatu penilaian terhadap hasil dari substansi (materi) terhadap kepentingan manusia, bukan sesuatu yang dikandung daripada materi tersebut.
Dengan ini akan diambil kesimpulan;
- kualitas adalah nilai mutu
- kualitas adalah penilaian terhadap materi
- materi tidak berpengaruh terhadap kualitas
- yang tidak termasuk materi tidak dapat ditentukan kualitasnya

Pembahasanku ini terutama untuk meluruskan masalah dalam metafisika.
Meskipun begitu aku menemukan banyak sekali kekosongon dalam teori ini. Mungkin karena tiap kata bahkan menggambarkan banyak hal sekaligus.



Tuesday, August 25, 2015

ETIKA, MORAL DAN KEBAHAGIAAN



ETIKA, MORAL DAN KEBAHAGIAAN


ETIKA

Pada awalnya aku berpikiran bahwa etika adalah pedoman langkah dalam hidup manusia tersebut. Apakah ada landasan untuk suatu etika? Menurutku landasan suatu etika adalah pandangan moral individu tsb. Dan tujuan dibentuknya suatu etika adalah terciptanya suatu kehidupan yang harmonis.

Dan untuk memberikan penjelasan tentang argumenku di atas, aku akan membawakan dua jenis etika dalam filsafat, yang menurutku adalah yang paling baik. Dan itu adalah etika eudaimonia Aristoteles dan etika kewajiban Kant.

Menurutku pendapatku, membahas etika kewajiban Kant sama menariknya dengan membahas etika eudaimonia Aristoteles. Meskipun menurutku, kedua etika ini masing-masing memiliki sedikit kekurangan.

Untuk menjelaskan pendapatku ini, maka aku akan menuliskan sedikit pandangan Aristoteles dan Kant tentang etika ini;




KANT - ETIKA KEWAJIBAN

Kant memulai suatu pemikiran baru dalam bidang etika. Kant menyatakan bahwa seseorang harus bertindak berdasarkan KEWAJIBANNYA (deon) bila ingin berbuat sesuatu yang BENAR SECARA MORAL.
Menurut Kant, tindakan yang terkesan baik bisa bergeser secara moral apabila dilakukan bukan berdasarkan rasa kewajiban, melainkan demi pamrih yang dihasilkan.

Argumen Kant dibuka dengan pernyataan bahwa kebaikan tertinggi (summum bonum) haruslah baik per se dan baik tanpa kualifikasi. Sesuatu dianggap BAIK PER SE bila hal tersebut secara intrisik baik, dan BAIK TANPA KUALIFIKASI adalah ketika penambahan hal tersebut tidak membuat keadaan menjadi lebih buruk secara etis.

Kant lalu menyatakan bahwa hal-hal yang biasanya dianggap baik, seperti kecerdasan, ketekunan, dan kesenangan, belum bisa dikategorikan sebagai baik per se atau baik tanpa kualifikasi.

Misalnya, kesenangan terkadang bukan merupakan baik tanpa kualifikasi, karena jika seseorang senang melihat orang lain menderita; keadaan tersebut buruk secara etis.


Kemudian, Kant juga menekankan bahwa suatu tindakan dianggap benar atau salah bukan berdasarkan dampaknya, tetapi berdasarkan niat utama dalam melakukan tindakan tersebut. Ia menyimpulkan bahwa hanya ada satu hal yang sungguh baik, yaitu niat baik. Mungkin maksud kata-kata Kant ini setara dengan; tidak ada satu pun yang lebih tinggi daripada perbuatan yang dilakukan karena NIAT BAIK.

Kant lalu berargumen bahwa dampak dari suatu niatan tidak dapat dijadikan patokan untuk mengetahui niat baik seseorang; dampak positif dapat muncul secara kebetulan dari tindakan yang dimaksudkan untuk melukai seseorang, dan dampak negatif dapat muncul dari tindakan yang berniat baik. Dan menurut Kant, niat baik inilah yang akan menentukan apakah tindakan itu secara moral benar, bukan akibat dari tindakan itu.

Kant malah mengklaim bahwa seseorang bisa dikatakan berniat baik bila ia bertindak berdasarkan penghormatan pada hukum moral. Orang-orang bertindak berdasarkan penghormatan pada hukum moral karena mereka memiliki kewajiban untuk melakukan hal tersebut. Maka, satu-satunya hal yang sungguh baik adalah niat baik, dan niat baik hanya baik bila orang yang memiliki niat tersebut melakukan sesuatu karena hal tersebut merupakan kewajiban orang itu, yaitu KEWAJIBAN DALAM MENGHORMATI HUKUM.

"Tapi jika kamu berbuat baik dengan orang lain hanya agar populer, berarti kamu bertindak bukan karena menghormati hukum moral. Kamu mungkin bertindak sesuai dengan hukum moral--dan itu sudah cukup baik--tapi jika itu kamu maksudkan untuk menjadi tindakan moral, kamu harus mengalahkan dirimu sendiri.
Hanya jika kamu melakukan sesuatu murni karena kewajiban sajalah maka tindakanmu dapat dikatakan menjadi tindakan moral." Karena itu etika Kant kadang-kadang disebut etika kewajiban.


Sedikit kekurangan pada etika kewajiban Kant, yang pertama yang akan aku pertanyakan adalah;
* Berdasarkan pada apa hukum moral menurut Kant ini ditentukan? Apakah moral pribadi atau golongan tertentu atau moral universal? Jika moral universal berarti hukum ini lebih terfokus pada aturan-aturan kaku, dan kepentingan individu harus diabaikan untuk tujuan universal. Karena tujuan universal tidak selalu sama dengan tujuan individu.

* Berdasarkan apakah kewajiban ini ditentukan? Apakah kewajiban Kant ini bersifat individual, politik, sosial, spiritual, norma, budaya, dsb? Karena kata kewajiban di sini adalah hal yang membingungkan.

* Apakah benar menurut Kant apabila dalam pemenuhan KEWAJIBAN itu, individu harus mengorbankan kepentingan orang lain? Misalnya;
+ Manusia wajib makan, dan orang tsb memperoleh makanan dengan merampas makanan orang lain - apakah ini bisa disebut baik?
+ Untuk memberi makan anaknya, orang harus mencuri - apakah ini bisa kita sebut baik?
+ Untuk mendapatkan uang untuk biaya hidup anaknya, seseorang menjadi pembunuh bayaran - apakah tindakan ini bisa dikatakan baik?
+ Untuk mempertahankan hidup, orang wajib mempunyai penghasilan, dan untuk kewajibannya tersebut, manusia misal merusak alam - apakah ini bisa dikatakan baik?
+ Aku masih bisa membuat banyak pertanyaan lain, tapi menurutku ini cuma bisa diselesaikan dengan memberikan penjelasan berdasarkan apakah kewajiban yang baik menurut Kant ini? Ini adalah salah satu dampak penggunaan kata kewajiban yang membingungkan.

* Apakah bermoral baik harus mengabaikan kepentingan dirinya sendiri demi kepentingan orang lain? Pertanyaan ini timbul atas dampak pernyataan Kant yang berpendapat bahwa semakin sedikit pamrih kita untuk menunaikan kewajiban, semakin tinggilah nilai moral tindakan kita.



Jadi di sini aku mengambil kesimpulan bahwa;
* Kant terlalu membandingkan keadaan moral dan perenungan filosofis keagamaannya untuk merumuskan dasar etikanya.

* Perenungan akan kewajiban Kant terlalu besar cakupannya, bila disalahartikan, dapat menyebabkan penyalahgunaan untuk suatu kepentingan sosial misalnya; golongan.

* Kant membuat suatu pergeseran pengertian dari kewajiban setara dengan menyatakan bahwa kewajiban manusia adalah menghormati hukum moral.

* Kant terlalu mengedepankan ketaatan kepada hukum daripada faktor-faktor perasaan individu, sehingga sudah pasti menurutnya, kepentingan golongan yang terutama, bukan kebahagiaan individu.

* Kant terlalu menekankan akan pentingnya pembentukan moral pribadi yang baik, menurut pandanganku, ini sebenarnya sedang memberikan rantai pada diri sendiri, bukan berarti aku mengatakan ini tidak baik. Tapi aku memberi penekanan, salah memberi rantai akan berakibat fatal.


Sebenarnya menurutku, pandangan Kant akan etika sangat luas maknanya. Cuma mungkin penjelasan Kant agak sedikit bertele-tele. Karena Kant dalam pandangannya, menggunakan banyak sekali kata-kata, spt;
- kebaikan
- hukum moral
- kewajiban
- kehendak (niat)
- perintah
- hormat (patuh)

Jadi dalam hal ini, Kant sedang mencampuradukkan semua tentang KEBAIKAN YANG DAPAT DILAKUKAN MANUSIA. Sehingga aku berpendapat bahwa KEBAIKAN menurut Kant ini adalah salah satu bentuk KEBAIKAN TERTINGGI.

Salah satu komentarku yang paling utama dalam hukum moral Kant ini adalah, bahwa Kant sangat mengedepankan hukum moral universal. Memang Kant sebelumnya menjelaskan bahwa hukum moral universal itu berdasar dari kumpulan hukum moral individu. Tetapi lama kelamaan tentu saja nilai moral individu tsb hilang berganti dengan moral universal. Dan manusia wajib menanamkan moral universal ini dan wajib menaatinya dengan penuh. Menurutku, dalam hal ini, salah satu kesalahan Kant adalah, Kant mengkritik dogmatisme untuk menciptakan dogmatisme yang baru.


Dalam pandangannya dalam moral individu, Kant menyatakan;

“ Bertindaklah semata-mata menurut prinsip (maksim) yang dapat sekaligus kau kehendaki menjadi hukum umum (universal) ” 

maksim = prinsip subjektif = pandangan moral pribadi (individu)

Maksudnya mungkin lebih mirip, kita bertindak sesuai dengan kewajiban  yang sesuai dengan kehendak kita, namun hal itu tidak hanya berlaku bagi kita, melainkan berlaku bagi semua orang, semua mahluk rasional yang ada di dunia. Mungkin ini juga setara dengan; jangan melakukan kepada orang lain, jika kamu tidak ingin itu dilakukan kepadamu.

Kant berpendapat bahwa, maksim yang kita miliki harus disepakati oleh semua orang terlebih dahulu, barulah kita dapat menggunakannya untuk diri kita. Karena pada saat yang sama, maksim tersebut akan menjadi suatu hukum, dan syarat bagi sebuah maksim ialah harus bisa dilakukan oleh semua orang.

Berdasarkan pandangan ini, berarti maksim itu dibentuk atas dasar rasional individualis. Karena sangat tidak mungkin kita menunggu semua orang untuk sepakat dengan pandangan moral pribadi kita, atau bertanya-tanya pada semua orang apakah moral pribadi kita sudah tepat.


Menurut Kant, ada tiga kemungkinan orang melakukan kewajiban, yakni;
- karena menguntungkan
- dorongan dari hati (belas kasihan)
- karena kewajiban

Melakukan kewajiban karena menguntungkan ataupun karena belas kasihan itu disebut dengan legalitas. Secara lahiriah dua keadaan tersebut memang ada kesesuaian antara kehendak dan kewajiban, tapi secara batin segi kewajiban tidak memiliki peranan.

Menurut Kant hanya kehendak yang terakhir inilah yang betul-betul bermoral (moralitas). Melakukan kewajiban karena mau memenuhi kewajiban itulah yang disebut kehendak baik (good will).

Salah satu penyebab kesusahan yang terjadi di sini adalah penggunaan kata kewajiban menurut Kant ini tidak sama dengan kewajiban dalam bahasa Indonesia. Dan di sini Kant terlalu menekan kewajiban dan menyamakannya dengan kebaikan. Sehingga kebaikan menurut Kant tidak berurusan dengan perasaan subjek tersebut. Karena mungkin memang Kant sendiri ingin membedakan antara kebahagiaan dengan moralitas

Sebenarnya menurutku, pandangan Kant sangatlah jauh untuk hal tersebut. Tapi Kant terlalu lupa untuk memikirkan keadaan dari subjek dengan realitas. Karena pada dasarnya, kebaikan ataupun moralitas tidak memberikan jaminan apa-apa di dunia realitas. Dan ini akan membuat penderitaan yang dialami manusia menjadi semakin berlipat-lipat. Karena menurut pandanganku, membuat suatu pandangan moral, kebanyakan adalah untuk menolak JATI DIRI MANUSIA TERUTAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN NALURINYA.

Jadi aku tidak ingin menambahi pengertian Kant tentang hukum moral. Malahan aku ingin menguranginya sampai kepada pernyataan; "bertindaklah semata-mata menurut maksim-mu."

Memang konsep ini mempunyai banyak kekurangan. Kekurangannya adalah karena aku tidak mengambil kelebihan dari konsep Kant. Karena pandangan moral individu adalah sesuatu yang bisa saja baik ataupun buruk.

Tapi aku tidak menyatakan ini benar. Dan aku juga tidak menyatakan konsep Kant adalah benar. Karena menurutku kebenaran di sini terletak di antara keduanya.

Maksudku di sini, kebenarannya terletak dalam ide jiwa manusia. Atau dengan lebih spesifik lagi, kebenarannya terdapat dalam otak manusia. Atau lebih sederhana lagi, kebenarannya adalah menurut pribadi masing-masing manusia menurut akal dan perasaan murni pribadi manusia. Karena kebenaran dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh keadaan (kondisi).



Dan sedikit tambahan penilaianku terhadap argumen Kant;
* Menurutku Kant sangat kesulitan merumuskan dasar etikanya, karena etika Kant adalah salah satu etika idealis tertinggi. Masalahnya dalam perumusan konsep kewajibannya, Kant malah menekankan penggunaan rasio, tanpa mempertimbangkan perasaan

* Tapi bisa jadi aku juga sependapat dengan Kant, bahwa tidak ada kebahagiaan sejati dalam dunia ini. Mungkin saja kebahagiaan sejati cuma bisa didapat setelah kematian.

* Point terpenting dari pemikiran Kant adalah pembentukan moral pribadi.

* Menurutku dalam pandangannya akan KEBAIKAN, KANT kehilangan  sentuhan satu kata; PERASAAN. Atau dalam bahasaku, melakukan moral pribadi yang membuat manusia tersebut bahagia. Suatu argumen yang tidak masuk akal, kan?

* Secara keseluruhan, aku suka orang-orang seperti Kant ini.







ARISTOTELES - ETIKA EUDAIMONIA

Pembahasan ini aku buka dengan argumen; Dalam melakukan segala perbuatannya, manusia mengejar suatu tujuan. Dan semua tujuan itu mempunyai suatu tujuan akhir. Di sini Aristoteles menyatakan KEBAHAGIAAN adalah FINALITAS TUJUAN hidup seseorang. Jadi semua kegiatan manusia, pada akhirnya ditujukan untuk mencapai kebahagiaan manusia tsb.

Eudaimonia (kebahagiaan) bukan lagi menjadi sarana untuk suatu tujuan, melainkan tujuan itu sendiri. Kata eudaimonia tidak memaksudkan suatu PERASAAN subjektif, tetapi suatu KEADAAN manusia yang berupa KESEJAHTERAAN. Dan tujuan hidup seseorang itu bukan untuk mengetahui apa itu kebahagiaan, tapi untuk merasai kebahagiaan itu.

Di sini Aristoteles menjelaskan, ada beberapa hal yang harus dipenuhi manusia agar bisa berbahagia;
* memiliki harta secukupnya agar hidupnya terpelihara
* persahabatan (menurut Aristoteles, persahabatan lebih penting daripada keadilan)(sahabat seperti satu jiwa dalam dua tubuh)(mungkin lebih mirip dengan cinta)
* keadilan



Menurut Aristoteles, supaya manusia bahagia, manusia harus menjalankan aktifitasnya menurut keutamaan. Menurutnya hanya pemikiran yang disertai keutamaan yang dapat membuat manusia bahagia.

* Keutamaan intelektual berkembang terutama karena pengajaran.
Karena alasan itu, keutamaan memerlukan pengalaman dan waktu.

* Keutamaan moral sebaliknya dibentuk oleh kebiasaan, etos, dan istilah etik.
Keutamaan moral terkait dengan KONSEP JALAN TENGAH.

Manusia bisa dikatakan bahagia jika dia menjalankan keutamaannya dalam jangka waktu yang lama. Dengan kata lain, kebahagiaan itu adalah ketika manusia sudah sampai pada keadaan yang bersifat stabil (tetap).

Hidup menurut keutamaan (objektif) dapat membentuk keutamaan pribadi, sehingga selanjutnya perbuatan-perbuatan dilakukan menurut dasar keutamaan pribadinya. Keutamaan dapat mengatur rasio (akal) dan membentuk watak manusia tsb. Mungkin dasar keutamaan pribadi ini mirip dengan dasar moral pribadi


Agar manusia benar-benar mendapatkan kebahagiaan yang utuh maka perlu merasakan senang dalam menjalankan kebahagiaan. Jadi, mesti ada kesenangan atau rasa bahagia yang subjektif, tapi bukan hedonis.
Perlu digarisbawahi bahwa kebahagiaan tidak dapat disamakan dengan kesenangan.

Selain dari kesenangan yang sifatnya batiniah, maka dalam penyempurnaan kebahagian diperlukan juga kesenangan yang sifatnya lahiriah, seperti misalnya kesehatan, kebebasan, kesejahteraan ekonomi, sahabat-sahabat, keluarga, penghormatan, lingkungan yang baik, dan lain sebagainya.

Dan Aristoteles juga menekan upaya pengembangan diri dan pembiasaan untuk mencapai kebahagiaan. Upaya pengembangan diri berupa proses aktualisasi diri, berupa aspek intelektual dan aspek sosial.
Dan pembiasaan adalah hal yang sangat penting dalam pembentukan keutamaan bagi manusia, secara intelektual maupun moral. Karena untuk membentuk manusia yang berkualitas, membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Dan pembahasan etika eudaimonia Aristoteles yang terakhir adalah kehidupan ideal. Aristoteles kembali menyatakan bahwa tujuan terpenting dalam kebahagiaan manusia adalah memandang kebenaran. Tetapi dalam mencapai kebenaran ini, Aristoteles menolak unsur-unsur idealis.

Memang etika kebahagiaan Aristoteles adalah etika yang indah. Dan penjelasanku di sini sebenanrnya masih belum seberapa. Tapi jika anda ingin tahu lebih banyak, silakan baca sendiri bukunya dan silakan anda tafsirkan sendiri.


Tapi ada beberapa hal yang ingin aku kritik dari etika Aristoteles ini. Sebaiknya kita mulai menanamkan pemikiran bahwa kata KRITIK bukan selalu berarti negatif. Menurutku kritik cuma istilah lain untuk memberikan tanggapan.

Aristoteles terlalu memandang kebahagiaan manusia itu secara kompleks dan rasional. Sangat cocok dengan mode pemikiran Aristoteles yang rasionalis.Menurutku, sanking rasionalnya, malah menjadi tidak rasional.

Aku ingin bertanya pada Aristoteles, siapa yang lebih pantas menentukan orang itu bahagia atau tidak? TIDAK ADA YANG LEBIH BERHAK MENENTUKAN MANUSIA ITU BAHAGIA, KECUALI MANUSIA ITU SENDIRI. Maksudku lebih kepada; biarkanlah orang tersebut yang menentukan apa yang disebutnya kebahagiaan. Biar dia menentukan apa yang membuatnya bahagia sehingga dia merasa bahagia.

Syarat-syarat yang ditawarkan Aristoteles di atas menurutku, hanyalah berupa hal-hal yang harus dimiliki manusia agar terhindar dari rasa sakit (perasaan buruk manusia). Tapi sebenarnya perasaan buruk inilah yang harusnya dipelajari manusia lebih jauh.

Sehingga sangat pantas menurutku untuk mengganti istilah eudaimonia = kebahagiaan di atas menjadi eudaimonia = kesejahteraan.

Kebahagiaan Aristoteles merupakan suatu kebahagiaan sempurna versi rasionalis. Dan kebahagiaan seperti ini merupakan hal yang diidam-idamkan setiap manusia yang hidup. Dan menurutku jika kebahagiaan adalah hal yang seperti ini, tidak semua manusia dapat merasakannya.

Maksudku kebahagiaan versi ini sangat mungkin dicapai oleh orang-orang yang terfokus menjalani kehidupan yang baik. Dan mungkin hanya bisa tercapai jika keadaannya baik. Maksudku di sini, kebahagiaan versi ini hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang hidup ataupun terlahir dalam KEADAAN YANG BAIK DAN TIDAK MENGETAHUI TENTANG KEADAAN YANG BURUK. Meskipun menurutku syarat-syarat yang dipaparkan Aristoteles memang benar adanya, karena memang itu rasionalis.

Sedikit masalah yang aku perhatikan di sini adalah, kondisi awal kehidupan orang tersebut, kondisi (alam) lingkungannya, dan kemampuan individu tsb merupakan musuh terbesar dari pandangan ini. Jadi aku lebih menekankan kebahagiaan karena kepuasan batin.

Dan aku juga bisa membalikkan pemikiran, bahwa semua manusia juga bisa bahagia seperti ini, jika pandangan moral adalah ditiadakan. Menurutku Aristoteles sedikit lupa bahwa dunia ini tidak hanya dihuni oleh jiwa rasionalis, tapi juga jiwa idealis.

Karena pandangan Aristoteles ini hanya sangat cocok untuk orang-orang yang menjalani kehidupan yang bahagia. Pertanyaan sederhanaku;
* Bagaimana dengan orang-orang yang telah banyak menerima rasa sakit?
* Bagaimana dengan orang-orang yang tujuan hidupnya tidak terletak di dunia realitas?
* Bukankah selalu ada kondisi awal untuk menentukan kondisi saat ini?
* Bagaimana dengan orang yang kondisinya tidak memungkinkan untuk mendapatkan hal tersebut?


Jadi aku membuat pengertian bahagia menjadi lebih sederhana yaitu dengan mendapatkan ketenangan hati. Apa yang membuat hati manusia tenang, itulah yang membahagiakannya. Melakukan sesuatu karena hal itu membuatnya tenang, itulah salah satu faktor utama kebahagiaan seseorang. Dengan kata lain adalah kebahagiaan adalah keadaan batin yang sempurna.

Dan juga aku sangat sependapat bahwa aktualisasi potensi diri merupakan syarat penting untuk menciptakan kebahagiaan seseorang.


Menurutku sangat menarik untuk membahas kedua etika ini sampai tuntas. Tapi menurutku, ada beberapa kekurangan-kekurangan yang memang muncul tanpa disengaja dalam pembahasan ini, yaitu karena perbedaan konsep etika, moral dan kebahagiaan. Tanpa adanya pengertian pasti, kedua etika ini memang tidak bisa didamaikan.

Seperti misalnya pertanyaan-pertanyaan berikut;
- apakah tujuan pembuatan etika adalah untuk kebahagiaan
- apakah tujuan pembuatan etika adalah untuk moral
- apakah tujuan pembuatan moral adalah untuk etika
- apakah tujuan pembuatan moral adalah untuk kebahagiaan

Dari sini aku menyimpulkan bahwa moral adalah bahan dasar, etika adalah cara pembuatannya dan kebahagiaan sebagai posisi hasil. Dan ini menghasilkan konsep awalku bahwa etika adalah cara hidup bagi manusia tersebut. Dengan berlandaskan pada pandangan moral manusia tersebut. Dan aku juga menyatakan bahwa tujuan pembentukan etika adalah untuk mencapai keharmonisan. Jadi kalau menurut individu tsb harmonis berarti bahagia, berarti bisa jadi begitu. Kalau menurutnya harmonis berarti berdamai, bisa jadi begitu.

Jadi mencapai kesimpulan bahwa etika adalah pandangan moral yang menciptakan keharmonisan. Dan aku menciptakan pandangan ini untuk tujuan dan dengan cara individualistik. Maksudnya etika ini adalah etika perseorangan, tanpa membatasi pandangan umum ataupun dogma; yaitu dengan dasar bahwa tidak ingin hal tersebut dilakukan pada kita sendiri.

Tapi aku lagi-lagi berpikiran, apakah pandangan moral adalah sesuatu yang berhubungan dengan keharmonisan. Keharmonisan yang bagaimana yang ingin dicapai tersebut? Muncul lagi suatu penyebab kesulitan dalam penentuan ini, karena keharmonisan adalah menurut sudut pandang (subjektif).

Keharmonisan adalah menurut pengertian individu tsb;
- keharmonisan bisa berarti untuk diri sendiri
- keharmonisan bisa berarti untuk lingkungan
- keharmonisan bisa berarti untuk dunia
- keharmonisan bisa berarti untuk bahagia
- keharmonisan bisa berarti harta
- keharmonisan bisa berarti cinta
- keharmonisan bisa berarti damai

Dan dengan memunculkan kata keharmonisan, akan selalu memunculkan konsep-konsep seperti di atas, yang sebenarnya makin mengaburkan pengertian moral tsb.

Aku meragukan semua kaitan antara moral, etika dan kebahagiaan, sehingga menghasilkan;
* Moral berkaitan dengan etika; melakukan sesuatu untuk moral dilakukan dapat dengan etika
* Kebahagiaan berkaitan dengan etika; melakukan sesuatu untuk kebahagiaan dapat dilakukan dengan etika

Dan aku menyimpulkan;
* Etika adalah cara manusia
* Moral adalah tujuan
* Kebahagiaan adalah tujuan

Karena etika adalah cara hidup, dengan begitu etika bisa berhubungan dengan moral dan etika bisa berhubungan dengan kebahagiaan. Tapi kedua etika tsb bukan sesuatu yang sama.

* Etika kesejahteraan adalah termasuk etika, tetapi tidak termasuk ke dalam moral.
* Etika moral adalah termasuk etika, tetapi tidak termasuk ke dalam kesejahteraan.

Karena kedua etika ini adalah memang etika yang berbeda. Karena pada dasarnya, moral tidak ada sangkut pautnya dengan kebahagiaan, apalagi kesejahteraan. Maka etika Aristoteles bukan sesuatu yang berhubungan dengan etika moral, dan sebenarnya tidak harus berhubungan.

Karena moral bukanlah suatu dasar untuk semua etika, melainkan tujuan dari suatu etika. Moral adalah sesuatu yang berhubungan dengan moral tersebut, bukan kebahagiaan. TERKECUALI dengan melakukan pandangan moralnya membuat manusia tsb bahagia. Meskipun ini hanya mungkin terjadi untuk orang-orang yang berjiwa idealis.

Dan untuk jiwa rasionalis, selalu ada tujuan dibalik semua tindakan. Maksudku, orang-orang yang menjaga pandangan moralnya untuk mencapai kebahagiaan akan menjadi perbuatan yang sia-sia, jika tanpa adanya janji akan kehidupan setelah kematian. Maksudnya, jika surga dan neraka adalah tidak ada, pandangan seperti ini mungkin adalah sia-sia. Dan untuk hal-hal seperti ini agama selalu menawarkan konsep kebahagiaan abadi.

Dan menurutku, yang seperti ini bukan berarti tidak mungkin ada. Aku malah lebih bingung bagaimana manusia jaman dulu memiliki konsep seperti ini.

Dan menurutku konsep Kant sangat ingin membawakan konsep kebahagiaan KEDISANAAN secara tersembunyi. Dan Aristoteles membawakan konsep kebahagiaan KEDISINIAN secara terbuka. Masalah manusia adalah INGIN BAHAGIA DALAM KEDUA-DUANYA SESUAI IMAJINASINYA.



Kesimpulan dari dua etika yang berbeda tsb adalah;
- etika moral adalah dengan dasar pandangan pribadi dan untuk tujuan moral
- etika kesejahteraan dengan dasar potensi diri dan untuk tujuan sejahtera

Dan menurutku, ada tujuan yang lebih tinggi daripada tujuan dari kedua etika tersebut di atas, yaitu kepuasan batin. Karena menurutku, selalu ada perasaan di balik semua tindakan manusia.

* Tujuan pembentukan moral bukan untuk keharmonisan, tetapi kepada kepuasan batin individu tsb.
* Tujuan kesejahteraan bukan untuk keharmonisan, tetapi kepada kepuasan batin individu tsb.
 


Sedikit kesulitan dalam perumusan di atas adalah karena moral dipakai untuk menggambarkan dua hal;
* moral sebagai PRINSIP (dasar) (pandangan pribadi)
* moral sebagai HASIL (tujuan)





PERPANJANGAN KONSEP KEBAHAGIAAN KARENA KEPUASAN BATIN

PERTAMA; KEBAHAGIAAN KARENA KETENANGAN HATI

Berdasarkan pandangan awalku bahwa kebahagiaan adalah karena ketenangan hati. Maka cara termudah mencapai kebahagiaan adalah dengan cara mengatur hal-hal yang menenangkan hatinya. Aku sangat membedakan ketenangan dengan kesenangan.

Dan juga menurutku kebahagiaan tertinggi manusia itu cuma angan-angan manusia saja. Mengatur angan-angan itulah yang menciptakan kebahagiaan manusia. Maka itu aku menyatakan ketenangan hati, contohnya orang yang hatinya tidak tenang tidak akan bisa merasa bahagia. Setelah hatinya tenang, barulah dia memikirkan lagi kata bahagia itu.

Jadi tujuan manusia hidup untuk mencari ketenangan hatinya. Masalah yang terletak di sini adalah berbagai macam hal yang bisa menyebabkan ketenangan hati seseorang, misal harta, pangkat (kekuasaan), pengetahuan, kesuksesan, cinta, penghormatan.

Jadi ini garis penghubung antara kebahagiaan menurut Aristoteles dengan sesuatu yang menurutku kurang lengkap itu. Ketenangan hati. Jadi cara mendapatkan kebahagiaan itu adalah dengan melakukan hal-hal yang membuat hatinya tenang.

Dan karena ketenangan hati bisa DIATUR,  maka sebenarnya kebahagian manusia itu ditentukan oleh dirinya sendiri. Dengan mengatur hal-hal yang membuat hatinya tenang, maka manusia itu sedang mengatur kemudahan untuk mencapai kebahagiaannya.

Aku pikir hal ini sudah dipikirkan manusia sejak masa kecilnya, berupa khayalan-khayalan masa kecilnya. Berarti kesalahan pandangan akan kebahagiaan pada masa kecil seseorang, berpengaruh besar dengan jalan hidup dan kebahagiaannya.
 Apakah orang yang tidak punya perasaan itu lebih cenderung gampang bahagia? Tidak ada kondisi pasti untuk hal ini, karena kedua-duanya adalah mungkin. Orang yang mengandalkan perasaan adalah orang yang paling mudah bahagia sekaligus paling sulit bahagia. Ini adalah tergantung manusia tersebut mengontrolnya.

Jadi bagaimana manusia mendapatkan ketenangan hatinya? Apakah dengan berbuat kebaikan? Apakah dengan melihat kebaikan? Tentu saja bukan, ketenangan hati manusia dapat diciptakan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melakukan sesuai hukum moral pribadinya.

Maksudku di sini, orang-orang yang menetapkan hukum moral yang keras dalam dirinya, adalah orang-orang yang sulit untuk mencapai kebahagiaan. Karena pada dasarnya orang tersebut sedang melawan kodratnya. Tapi ini bukan berarti bodoh, bodoh selalu berdasarkan subjek. Tetapi sudah jelas manusia tersebut keras kepala.

Maksudku begini, dengan mengatur pandangan-pandangan pribadinya akan segala sesuatu dan gambaran akan keinginan yang menciptakan ketenangan hatinya, manusia itu sudah maju satu langkah dalam menentukan jalan kebahagiaannya sendiri.

Maksudku tentang hukum moral pribadi dengan ketenangan hati; misal dengan contoh begini;
- orang balas dendam untuk menenangkan hatinya,
- orang mencuri untuk menenangkan hatinya,
- dan yang paling rumit, berbuat baik untuk menenangkan hatinya

Ini sedikit panjang pembahasannya; misal tentang mencuri,
1) bisa saja dia memang senang mencuri, mencuri menciptakan ketenangan hatinya
2) dia mencuri untuk memberi makan anaknya, memberi makan anaknya menciptakan ketenangan hatinya
3) dia mencuri untuk mengumpulkan harta, mengumpulkan harta menciptakan ketenangan hatinya
4) dia mencuri untuk membeli sesuatu, membeli sesuatu itu menciptakan ketenangan hatinya

Di sinilah peran moral pribadi seseorang berpengaruh penting dalam menentukan kebahagiaannya. Misalnya seseorang yang berprofesi sebagai pencuri, tapi dia memiliki pandangan moral pribadi, TIDAK BOLEH MENCURI.

Ini akan berpengaruh besar untuk kebahagiaannya, karena dengan kondisi begitu (dilema), dia tidak akan mendapatkan ketenangan hatinya. Jadi tiap kali dia mencuri, dia merasa tidak puas atau tidak bahagia. Jika dia ingin bahagia, dia sebenarnya sedang dihadapkan pada dua pilihan;
* merubah profesinya
* merubah pandangan moralnya

Memang ini cuma contoh sederhana, ini cuma perumpamaan akan gambaranku. Menurutku, dalam kondisi sebenarnya, pikiran manusia lebih rumit daripada itu, mungkin dia malah dihadapkan pada banyak dilema pandangan sekaligus.


Jadi manakah yang lebih baik, kebahagiaan yang menciptakan ketenangan hati, atau ketenangan hati yang menciptakan kebahagiaan. Baik selalu soal sudut pandang, tapi menurutku yang paling baik itu; KETENANGAN HATI YANG MENCIPTAKAN KEBAHAGIAAN. Dengan begitu orang yang tidak bahagia bisa berusaha untuk menjadi bahagia.


Selalu ada satu kata kunci utama untuk kebahagiaan manusia. Aku beri penjelasan begini;
- orang yang jiwanya terletak pada harta, mustahil merasa bahagia jika dia hidup miskin biarpun dia memiliki banyak cinta
- orang yang jiwanya terletak pada cinta, mustahil merasa bahagia jika dia tidak dicintai biarpun dia orang terkaya di dunia
- orang yang ketenangan hatinya terletak pada surga, tidak akan bisa mendapatkan kebahagiaannya selama dia masih hidup
- orang yang bahagia jika menjadi orang nomor satu, tak akan bahagia selama dia menjadi orang nomor dua
- orang yang bahagia jika dihormati, tidak akan bisa bahagia jika dia tidak dihormati di lingkungannya

Mungkin ketenangan hati yang kumaksudkan di sini lebih mirip kepada ketenangan, kepuasan, kelegaan dan kesenangan. Tapi menurutku, ini juga memiliki sedikit kelemahan, yaitu kelemahan pengertian. Karena pengertian hati terlalu cenderung kepada perasaan. Sedangkan yang kumaksudkan adalah kondisi batin yang sempurna.

Ditambah lagi dari banyak sudut pandangku, ketenangan hati ini juga merupakan salah satu kelemahan bagi manusia. Meniru kutipan KARL MARX; KETENANGAN HATI ADALAH CANDU. CANDU YANG BERBAHAYA.

Sehingga aku merasa perlu menambahi konsep kebahagiaan ini dengan satu kata AKAL.





KEDUA; PENAMBAHAN KATA AKAL DALAM KETENANGAN HATI SEHINGGA MENGHASILKAN KATA BATIN

PENJELASAN

Sedangkan manusia juga terbuat dari akal.  Jadi ketenangan hati ini adalah sesuatu yang kurang tepat. Karena aku menimbulkan pertanyaan, apakah ketenangan hati sama dengan ketenangan akal?

Karena sebenarnya yang ingin kumaksud adalah kondisi keduanya sekaligus, sehingga aku harus mengganti penggunaan kataku menjadi ketenangan batin. Atau bisa juga disebut sebagai kepuasan batin.

Karena adanya akal maka selalu akan ada tingkat dalam pikiran manusia. Oleh karena itu kebahagiaan manusia sebenarnya tidak terbatas. Hanya dengan kontrol diri dan kesederhanaan manusia bisa mencapai kebahagiaannya.

Maka aku memberikan penawaran, bahwa kebahagiaan itu adalah ketenangan batin. Dan karena akal manusia selalu mengalami perubahan, maka akal tidak bisa dijadikan dasar. Tetapi ada yang kondisinya lebih stabil daripada akal, yaitu ide jiwa.

Karena itu aku menyatakan kebahagiaan itu bisa didapat manusia dengan cara;
* Mengontrol akal (menentukan ide jiwa)
* Mengontrol perasaan (menentukan ide moral)
* Mengontrol materi
* Mengoptimalkan kemampuan


Jadi kunci kebahagiaan itu menurut pandanganku adalah mendapatkan ketenangan batin dengan mengatur pandangan moral dan mengoptimalkan potensi. Dan ketenangan batin baru dicapai dengan keseimbangan antara akal dan perasaan.


Pernyataan, "manusia hidup untuk mencari ketenangan batinnya" ini berlaku untuk semua manusia, bahkan manusia yang hidup tanpa perasaan sekalipun. Jadi bagaimana dengan orang yang hidup untuk kejahatan, untuk balas dendam, untuk bersenang-senang (hedonis), dll (yang bersifat negatif dari sudut pandang manusia secara universal) ?

Menurutku adalah sama saja, karena melakukan perbuatan semacam itu memberikan ketenangan batin buat mereka. Bagaimana dengan manusia yang mampu bertahan hidup dalam semua tekanan perasaannya, biarpun ketenangan batinnya belum tercapai? Pasti ada suatu alasan tersendiri, atau juga karena orang tersebut BERPENGHARAPAN.

Cara menghindari sikap hedonis adalah bukan dengan menjauhi kesenangan. Tetapi dengan mengatur kesenangan.




SEDIKIT TENTANG KONSEP KEBAHAGIAAN

Menurutku, kebahagiaan itu hanya ada dalam pikiran manusia. Dengan kata lain, kebahagiaan hanyalah ide yang dimunculkan akal. Karena memang tidak ada kebahagiaan dalam dunia realitas ini.

Jadi hanya manusia yang merasa dirinya bahagia lah yang merasa bahagia. Karena memang tidak ada patokan untuk kata bahagia. Dan karena bahagia itu adalah ide, jadi selama akal manusia masih memiliki konsep bahagia tsb, manusia tersebut masih bisa bahagia.

Bahkan jika manusia tidak bisa bahagia hanya dengan menjadi individualis, bagaimana manusia bisa bahagia dengan menjadi sosialis? Tentu saja dengan konsep bahagia menurut pandangannya. Maksudku, jika manusia itu merasa bahagia dengan berbuat baik, maka dengan berbuat baiklah maka manusia itu bisa bahagia. Jika manusia itu tidak bisa bahagia dengan berbuat baik, jangan berbuat baik.

Manusia membuat target untuk didapatkannya, mendapatkan target tsb, membuat manusia merasa bahagia. Setelah itu manusia merasa bosan, mereka membuat target baru, mendapatkan target tsb dan kemudian bahagia lagi. Begitulah seterusnya sampai manusia itu mati. Menurutku, dengan membuat konsep bahagia yang dangkal, sehingga mudah mencapainya, memudahkan manusia untuk bisa bahagia.
Manusia bahkan bisa bahagia hanya dengan membayangkan dirinya bahagia. Tapi menurut realitas, jelas ini adalah hal yang tidak nyata. Dan menurut dunia ide ini adalah hal yang nyata. Dan setelah manusia kembali melihat realitas, dia akan menyadari bahwa bahagia itu tidak nyata. Yang nyata hanya dia ternyata hidup di antara dua dunia.

Maka daripada itu banyak konsep yang menawarkan kebahagiaan di dua dunia tsb. Dan tentunya setiap dunia mempunyai syarat tersendiri. Dan menurutku, syarat ini adalah statis sekaligus dinamis.
(sebaiknya dibuat suatu kata untuk mengganti kata dunia ide, karena penggunaan kata ide sudah terlalu banyak, agar dapat menyaingi kata dunia realitas)(mungkin dunia idea, atau sejenisnya)

Jadi apakah kebahagiaan itu ada? Pertanyaan ini jelas membingungkan. Ini sama dengan menanyakan apakah ular kepala tujuh itu ada? Kalau anda bisa membayangkan ular kepala tujuh dalam pikiran anda, bukankah ular kepala tujuh itu ADA?

Nafsu sesaat, atau hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan sesaat tidak bisa dikategorikan sebagai faktor penyebab kebahagiaan. Tapi tepat seperti pendapat Aristoteles, tentu saja orang tersebut harus merasa senang agar bisa bahagia. Karena setelah melampiaskan nafsunya ataupun kesenangannya, manusia tersebut tetap harus menjalani hidup seperti biasa.

Tapi lagi-lagi aku menekankan; konsep bahagia yang begitu tinggi dan pembentukan moral pribadi menentukan kebahagiaan manusia tersebut. Di sini adalah masalah mengalah pada keadaan atau mengalahkan keadaan.


Aku punya bahasa puitis untuk menyatakan ini; KEBAHAGIAAN ITU CUMA SATU BENTUK GAMBARAN AKAN IMPIAN MANUSIA. TAPI SERINGKALI IMPIAN ITU YANG MENJADI PENENTU KETIDAKBAHAGIAAN MANUSIA.


Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik membahas etika di sini, tapi membahas filsafat tidak begitu lengkap tanpa pembahasan akan etika. Jadi pembahasan tentang etika aku hentikan sampai di sini.





KONSEP TENTANG MORAL

Sebenarnya aku juga ingin menyambung pembahasan akan moral lebih banyak. Tetapi untuk pembukaan, aku akan membawakan sedikit saja.

Meskipun moral adalah sesuatu yang membatasi manusia. Yang menurut bahasaku, kekejaman terhadap diri sendiri. Tapi tanpa moral belum tentu hidup manusia menjadi lebih baik.

Moral tidak ada kaitannya dengan iman kepada agama. Ini adalah sesuatu yang bermakna spesifik. Karena sebenarnya tentu saja moral berkaitan dengan agama. Sedikit banyak pembentukan moral adalah dipengaruhi oleh agamanya.

Tapi untuk lebih jauh lagi, tanpa agama pun manusia bisa bermoral. Karena moral adalah sesuatu yang selalu berhubungan dengan moral. Karena orang yang tidak beragama bisa saja lebih bermoral daripada orang yang beragama.







Wednesday, August 5, 2015

FILSAFAT TENTANG JIWA




Kalau anda ingin membaca tulisan saya ini, saya ingin mengingatkan sebelumnya bahwa ini hanya gagasan saya tentang jiwa. Saya juga tidak ingin mengusik dan menebar keraguan, jadi anda tidak harus percaya dengan apa yang anda baca.

Ini juga bukan ajakan untuk menjadi ateis ataupun menjadi pengikut aliran apapun.
Jangan merubah pendirian anda karena pendapat saya, karena saya bisa saja salah.

Dan tanpa bermaksud untuk menyinggung konsep dalam agama dan kepercayaan apapun, saya ingin mengungkapkan sedikit gagasan saya tentang jiwa.
.

N.B. Saya akan membawakan gagasan saya dari sudut pandang realis dan materialis, dengan pengambilan data dari pemikiran empirisis dan rasionalis, dan akan memasukkan sedikit pandangan saya sebagai idealis,

N.B. Tulisan ini bukan merupakan tulisan yang ilmiah. Jadi untuk menyetarakan pandangan, saya akan lebih membawakan dari sudut pandang materialis dan rasionalis. Karena sesuatu yang kebenarannya mudah dibuktikan adalah  hal terbuat dari materi dan bisa diukur melalui indra.

N.B. Jangan pernah menyimpulkan seperti apa saya jika anda tidak membaca tulisan ini sampai akhir. Karena saya sedang berusaha menggambar dari berbagai sudut pandang

N.B. Kalau anda tidak berkenan dengan tulisan saya, saya persilakan untuk segera pindah ke blog lain.


PEMBUKA

Membahas suatu ilmu berarti tidak lepas dari pembahasan tentang objek dari kajian ilmu tersebut. Sebenarnya sulit mengatakan filsafat sebagai ilmu, karena ilmu itu merupakan hasil dari berfilsafat. Ada baiknya memang filsafat dikatakan sebagai seni dalam berpikir. Tapi bukan suatu masalah juga kalau dikatakan sebagai ilmu, karena ilmu bisa berarti pengetahuan.

Jika ingin membahas mana yang lebih duluan, filsafat atau ilmu, sebenarnya bisa saja kita bahas. Tapi ini tergantung dari pemaknaan dari kata-kata tsb, misal;

Jika filsafat adalah suatu pemikiran atau proses berpikir atau memikirkan sesuatu dari dasar.
Dan jika ilmu berarti pengetahuan atau hasil dari berpikir, sesuatu yang telah dipikirkan, dipatenkan, dan dikelompokkan.
Maka sebenarnya filsafat merupakan induk dari ilmu tsb. Karena dengan manusia berfilsafat, maka ilmu tersebut tercipta.

Tapi seperti yang aku sebutkan di atas, sangat bergantung dari makna dari tiap kata tersebut. Pengertian yang berbeda, bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Tapi menurutku pengertian tersebut sudah cukup baik.

Menurutku dengan berfilsafat manusia bisa mencapai kebenaran sejati-nya. Meskipun kebenaran sejati ini merupakan bersifat subjektif, karena kebenaran dinilai berdasarkan sudut pandang, tapi setidaknya manusia bisa mencapai kebenaran menurut versinya. Berfilsafat juga sedikit banyak akan menambah pengetahuan, karena membahas hakikat sesuatu secara mendalam. Dan membahas sesuatu secara teliti dan mendalam sedikit banyak adalah baik.

Dan filsafat mempunyai objek yang cukup menarik yaitu pemikiran-pemikiran tentang hakikat Tuhan, alam dan manusia, terutama pembahasan tentang manusia, yaitu satu-satunya makhluk yang berakal, yang bisa (atau selalu) memikirkan tentang keberadaannya.

Karena banyaknya versi tentang kebenaran, jadi sebaiknya mulai sekarang aku membawakan kebenaran menurut pandanganku. Karena kalau tidak begini, semua ini tidak akan ada habisnya.
...

...
Menurut banyak ahli, kelebihan utama manusia sebagai makhluk adalah kemampuan akalnya, akal dalam berpikir, pikiran yang mampu untuk belajar. Belajar untuk menambah pengetahuannya, pengetahuan untuk mempermudah kehidupannya. (?) Apakah ini berarti tujuan utama manusia belajar adalah untuk mempermudah kehidupannya? Pertanyaan ini tentu menimbulkan banyak sekali pemikiran. Tetapi kita tidak usah membahas itu di sini.
Memang suatu pemikiran yang tidak buruk. Akal manusia memang unik, akal yang menentukan apa untuk dipikirkan dan menentukan apa untuk dipelajari. Akal yang menentukan apa untuk dilakukan.  Akal yang cerdas yang menentukan apa untuk jadinya seseorang itu.
...
Menurut pandanganku sebagai empirisis. Manusia tidak boleh mengabaikan pengalamannya, karena pengalaman manusia menggambarkan keadaan yang sebenarnya (terutama jika dipandang dari sudut yang netral). Ini tahap awal pengetahuan manusia, karena sebagian besar pikiran manusia (akal) bekerja atas dasar pembandingan atas pengalaman sebelumnya. (Maksudnya yang sudah terekam atau tersimpan dalam otak)(Menurutku)
...
Menurutku dalam setiap kegiatan manusia terdapat seni. Karena seni itu sendiri muncul karena cara. Dan seni terindah di balik pencarian kebenaran adalah pengalaman yang ditempuh dibalik pencarian tersebut. Memang akan terasa lebih indah jika pencarian tersebut berbuah hasil, tapi tidak semua manusia cukup beruntung untuk mendapatkan hasil yang indah.
...
...

Kenaifan adalah suatu hal yang berbahaya. 

Memang tidak diragukan bahwa manusia merasa dirinya adalah makhluk yang spesial karena mereka adalah manusia. Ini bisa dibahas belakangan.
Memang tidak diragukan untuk mempertahankan kehidupannya, manusia menciptakan kecintaan pada dirinya sendiri. Kecintaan berlebihan kepada diri sendiri tidak selalu berarti baik. Dan kecintaan berlebihan kepada orang lain dengan menghancurkan diri sendiri merupakan tidak bijaksana. Mungkin sesuatu yang bijaksana itu adalah tetap mencintai diri sendiri tanpa harus mengabaikan kecintaan akan kehidupan sesama. Kenapa di sini aku mengatakan manusia harus mencintai kehidupan sesama? Apakah ini hanya karena aku masih terbawa-bawa konsep lamaku? Entahlah. Mungkin juga sebenarnya aku berpikiran, jika tidak ada cinta manusia untuk sesamanya, Bumi ini bukan tempat yang layak untuk hidup.
Tapi sepertinya aku sekarang berpikiran, kecintaan akan kehidupan sesama bisa saja diganti dengan penghargaan akan kebebasan individu untuk mencapai kebahagiaannya atau dengan tidak mengganggu hak-hak manusia lain.
Tapi bisakah manusia melakukan hal tersebut di atas tanpa adanya kecintaan akan terciptanya kehidupan sesama yang lebih baik?
Manusia yang sejatinya adalah satu individu tunggal terpaksa harus membutuhkan manusia lain demi mempertahankan eksistensi sbg satu individu tersebut. Di sini tercipta konsep bahwa manusia itu harus hidup sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Hidup dalam satu kondisi saja tidak berarti baik.


Sebenarnya aku ingin membahas konsep ini berdasarkan ketidaktahuanku mengenai konsep-konsep yang akan aku bahas. Tetapi suatu hal yang membingungkan bukan, jika aku harus membahas sesuatu yang aku tidak tahu.

Jadi sebaiknya aku mengatakan bahwa aku membahas berdasarkan pengetahuanku yang terbatas.
Jadi aku menggunakan metode tanya-jawab, yaitu dengan memunculkan pertanyaan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku.

Aku juga (mungkin) akan memberikan antitesis atas pernyataan yang meragukan. Dan untuk itu aku akan memberikan tawaran-tawaran buat antitesis tersebut. Tapi terkadang untuk menghemat waktu, mungkin aku akan membawakan pandangan yang bersifat umum. Dan langsung memberikan tawaran pendapatku.
Aku juga akan membahas berdasarkan pandangan filosofisku saja. Jadi ini bukan sesuatu yang bersifat ilmiah.



UNTUK MEMBAHAS TENTANG JIWA MANUSIA, AKU RASA AKU HARUS MENJELASKAN SEDIKIT TENTANG KONSEP-KONSEP MENGENAI OTAK, EMOSI, DAN SPIRITUAL MANUSIA.


SEPUTAR OTAK

Tentu saja untuk mempermudah pemahaman kita, kita harus mencapai kesepakan akan pengertian tiap-tiap kata yang kita bahas.
Karena itu, kita harus mengetahui pengertian dari otak.
Dan karena aku tidak tahu pengertiannya secara ilmiah, jadi aku akan menjelaskan menurut pandanganku.
Seingatku, otak merupakan bagian (organ) tubuh (fisik) yang terletak dalam kepala manusia.
Bagaimana cara membuktikan bahwa otak itu terletak di kepala manusia?
Begini, sebenarnya aku belum mempunyai pengalaman empiris mengenai otak. Aku juga tidak pernah melihat otak manusia.
Untuk awalnya, kita menurut saja menurut saja pada pandangan para ahli. Jadi jika dinyatakan semua manusia pasti mempunyai otak, bisa berarti memang semua manusia mempunyai otak. Dan jika dikatakan bahwa otak manusia terletak di kepala, mungkin memang begitu adanya.
Memang sebagai dasar, hal ini sulit untuk kujelaskan. Tapi kita anggap saja begitu.
Jadi kita tetapkan saja benda kecil yang ada di  dalam kepala manusia, yang letaknya tepat di belakang kening, yang berwarna putih itu sebagai otak.
Jadi kalau kita berbicara soal otak, maka yang dimaksud adalah benda itu. Biarpun berbeda negara berbeda penyampaiannya, otak, brain, gehirn, cervello, itu cuma perbedaan bahasanya saja, benda yang dimaksud tetaplah sama.
Karena hal ini sangat menjengkelkan jika harus kujelaskan secara detil, maka kita anggap saja kita semua sudah tahu.
Jadi apa fungsi otak dari manusia ini?
Seingatku, fungsi otak secara umum adalah;
- tempat penyimpanan dan pengolahan data (ingatan, memori)
- menggerakkan anggota tubuh
- menerima apa yang disampaikan indra
- tempat berpikir, dan lain sebagainya
Untuk mengetahui fungsi otak pastinya secara ilmiahnya, aku pikir sebaiknya bertanya kepada ahlinya atau dengan membaca buku ilmiah.

Aku juga ingin menampilkan pembahasan otak sekaligus dengan pembahasan tentang konsep IQ. Tapi mungkin pembahasan konsep IQ ini akan kubahas sedikit saja.

Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang mengontrol otak untuk bekerja? Apakah manusia mengontrol otak? Atau otak mengontrol manusia? Atau substansi mengontrol otak manusia tsb?
bekerja - beraktifitas, berpikir
substansi - hal, benda, zat, kumpulan, ide, materi (kata benda)

Menurutku ini bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab.  Tentu saja kita harus membahas lebih jauh tentang pengertian manusia dan otak. Untuk hematnya, kita katakan saja AKAL yang mengontrol manusia. Atau mungkin sebagian setuju kalau JIWA yang mengontrol manusia. Mungkin konsep umumnya begitu. Nanti saja kita bahas lebih jauh mengenai itu.

Bagaimana cara memasukkan suatu data ke dalam otak?

Apakah yang mempengaruhi otak untuk bekerja? Apakah materi ataukah rangsangan atau tubuh atau akal atau JIWA itu sendiri yang mempengaruhinya?

Sebenarnya aku ingin membahas ini satu per satu. Tapi pembahasan mengenai hal ini bisa memakan waktu yang sangat lama, jadi aku membahas sedikit saja.


Misal pada materi;
* Materi bisa mempengaruhi otak untuk bekerja - BENAR
Misal dengan kita berjalan-jalan atau masuk ke dalam suatu ruangan. Secara tidak sadar kita melihat apa yang kita lihat. (mungkin lebih mirip artinya dengan tanpa kita inginkan)
Contoh; misal kita bahkan harus mendengar suara yang tidak ingin kita dengar.

* Materi juga tidak bisa mempengaruhi otak untuk bekerja - BENAR
Misal kita tidak suka melihat suatu benda, kita bisa mengalihkan pandangan kita ke arah lain, jika kita tidak ingin melihat sesuatu, kita bisa menutup mata kita. (tapi menurutku ini kurang begitu cocok)(hampir setiap saat materi lah yang mempengaruhi otak untuk bekerja)(mungkin perlu pemikiran lebih lanjut)
materi - sesuatu yang ada di alam realitas manusia, berupa fisik (atom)
realitas - alam kenyataan manusia



SAMBUNGANNYA BELUM KUPERBAIKI. DAN UNTUK PEMBAHASAN OTAK, AKU AKAN MEMASUKKAN KATA KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ).




KONSEP EMOSI

Sebenarnya tidak banyak yang ingin kusampaikan di sini. Karena pandanganku akan emosi ini cenderung berubah-ubah. Tapi sebaiknya kuberikan pengertian singkat saja.

Pertama mengenai kata EMOSI. Emosi atau perasaan atau temperamen manusia adalah perasan manusia. Kira-kira begitulah. Memang aku tidak bisa menjelaskan secara detil, tapi menurutku kita semua sudah memiliki gambaran akan pengertian emosi ini.

Menurut gambaran awalku, emosi ini mungkin saja berupa roh (spirit) dalam diri manusia.
Dan setelah memikirkan kemungkinan-kemungkinannya, aku menyatakan bahwa emosi ini adalah SEBUAH MATERI. Jadi aku pikir emosi ini terletak dalam otak manusia. Atau aku pikir emosi adalah bagian dari otak. Memang bisa saja emosi ini hanya berupa respon (rangsangan), tapi pada dasarnya, emosi ini tersimpan (atau bisa jadi) berupa materi.

Pemikiran ini juga banyak menghasilkan kemungkinan. Tapi nanti saja aku bahas.
Dan setelah memikirkan kemungkinan-kemungkinannya, aku berkesimpulan bahwa emosi ini bukan otak, MESKIPUN BERUPA MATERI.
Jadi emosi ini lebih mirip kepada SEBUAH MATERI YANG BERHUBUNGAN DENGAN OTAK (AKAL) DAN TUBUH MANUSIA.

Teoriku tentang emosi manusia ini bahkan menghasilkan pandangan fenomenal. MUNGKIN INI BISA BERBAHAYA SEBAB PANDANGAN INI BISA MEMPERKUAT TEORI EVOLUSI DARWIN.
Tetapi tidak usah kuatir, biarpun hal tersebut benar, aku masih punya banyak teori penyangkalan.
Sebenarnya aku juga ingin berfilsafat lebih jauh tentang emosi. Karena menurutku masih banyak pemikiranku yang belum kutuangkan tentang emosi ini. Tapi mungkin waktuku tidak memungkinkan.



MENGENAI KONSEP KECERDASAN EMOSIONAL

Mungkin pengertian dari konsep ini lebih mirip kepada manusia yang cerdas dalam mengontrol emosinya. Dan karena menurutku pengertian konsep ini tidak lebih daripada pembahasanku tentang AKAL dan EMOSI manusia, maka aku sebaiknya tidak usah membawa-bawa konsep ini.
Dan menurutku, konsep juga tidak membawa kita kepada pengetahuan apa-apa. Kecuali menimbulkan segudang pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu.


KARENA LUASNYA PEMBAHASAN AKAN EMOSI. AKU NANTI AKAN MEMBEDAKAN PEMBAHASAN EMOSI DENGAN NALURI ALAMI. DAN MENURUTKU MEMANG SEBAIKNYA DIBEDAKAN, KARENA KONSEPNYA JAUH BERBEDA.



KONSEP JIWA DALAM MANUSIA

Kita memang (mungkin) sudah sering mendengar kata jiwa. Mungkin selama ini, kata jiwa juga sering disamakan dengan roh dalam diri manusia. Atau mungkin sesuatu yang merupakan proses daripada roh, yang menggerakkan manusia.  Ataupun perpaduan antara tubuh dan pikiran manusia.
Untuk mempersingkat tempo, bagi yang ingin mengetahui konsep jiwa secara umum sebaiknya membaca tulisan ilmiah (tentang jiwa) ataupun bertanya kepada ahlinya. Mungkin dalam agama dan kepercayaan masing-masing juga terdapat banyak pembahasan tentang konsep jiwa.
Dan di sini aku akan membahas konsep jiwa menurut pandangan pribadiku. Memang pandangan pribadiku cenderung sesuatu yang bersifat materialistis. Karena memang menurutku, yang bersifat materi adalah hal yang mudah dibuktikan kebenarannya.
Ini juga berguna untuk mengurangi keragu-raguan dalam alam berpikir manusia.
Dan dalam pandanganku ini, aku membedakan pengertian jiwa dengan roh (spirit). Jiwa dalam pandanganku adalah sesuatu yang berhubungan dengan akal, pikiran, alam berpikir, ataupun otak manusia.
Jadi setiap kali aku memunculkan kata jiwa, itu berarti yang aku maksudkan adalah sesuatu yang berhubungan dengan kata-kata di atas.

Atau dengan kata lain, aku akan membawakan konsep jiwa sebagai akal manusia. Dan dengan kata lain, aku membawakan konsep jiwa sebagai otak manusia. Atau dengan kata lain, JIWA TERBUAT DARI MATERI.
Dan dengan ini, berarti aku telah menolak jiwa yang kekal, karena menurutku jiwa tidak ada setelah kematian. Dan juga menolak istilah-istilah perpindahan jiwa.
Dan sekali lagi aku ingatkan, tulisanku ini bukan sesuatu data yang bersifat ilmiah. Aku tidak tahu konsep-konsep jiwa dalam pengertian ilmiah. Ini cuma gagasanku saja.


MUNGKIN NANTI AKU AKAN MEMBANDINGKAN SEDIKIT;
* JIWA SEBAGAI GAMBARAN YANG DIMUNCULKAN AKAL MANUSIA
* TIDAK SEMUA JIWA MERUPAKAN AKAL  (JIWA HANYA PROSES DARI AKAL)
* ATAU MUNGKIN KONSEP MANUSIA SAAT INI, JIWA LEBIH TERFOKUS KE INGATAN ATAU MEMORI BAWAH SADAR MANUSIA;
* JIWA KEPADA PANDANGAN PRIBADI DALAM AKAL MANUSIA
* TAPI DENGAN KONDISI SPT INI, JIWA AKAN SEMAKIN MIRIP DENGAN MENTAL
* TAPI MENURUTKU PENGGAMBARAN JIWA SAAT INI, LEBIH TERFOKUS KPD KESESUAIAN TINDAKAN DENGAN HAL YANG MENYENANGKAN EMOSINYA,
* ATAU RESPON TUBUH TERHADAP TINDAKAN, PERASAAN, DLSB
* KALAU MEMANG KONSEPKU TERLALU JAUH, NANTINYA MUNGKIN AKU AKAN MEMBEDAKAN KONSEP JIWA DAN KONSEP AKAL



SEDIKIT PERUBAHAN KONSEP JIWA

Mungkin karena ada sedikit perbedaan antara pandangan tentang AKAL dan pandangan tentang JIWA, maka aku memajukan sedikit pengertian tentang jiwa menurut pandanganku ini.
Karena aku meletakkan akal lebih tinggi daripada jiwa. Maksudku, jiwa adalah proses daripada akal.

Maka aku menambahkan pengertian dari jiwa;
* hasil daripada akal manusia
* ide yang dimunculkan akal manusia
* gambaran manusia akan dirinya
* berhubungan dengan gambaran manusia atas keinginannya
* sesuatu yang hidup dalam alam pikiran manusia


Dan karena aku sudah membedakan antara AKAL dan JIWA. Maka dengan sendirinya aku (mungkin) harus merubah sedikit konsep-konsepku di bawah.


Seperti misalnya;
* jiwa tidak terbuat dari materi
* jiwa berupa ide
* jiwa tersimpan dalam memori manusia
* jiwa mungkin bisa dianggap sebagai materi karena jiwa tersimpan dalam otak
* jiwa dipandangan sebagai kesesuaian keinginan (akal) dengan respon tubuh



KONSEP SPIRITUAL

Aku akan sedikit menggunakan kata-kata spiritual dalam pembahasan kali ini. Jadi sebaiknya kita mengerti dulu apa pengertian SPIRITUAL ini.
Spiritual mungkin secara umum diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan spirit (roh) manusia, ataupun jiwa manusia, ataupun hubungan manusia dengan Tuhan.
Tapi di sini aku membedakan pembahasan mengenai jiwa dengan pembahasan mengenai spirit (roh).
Jika spiritual dimaksudkan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan roh dalam diri manusia, maka kita anggap saja begitu.
Dan karena aku (untuk pandangan pribadi) meragukan tentang keberadaan roh. Maka mungkin konsep-konsep spiritual ini akan kubawakan sedikit saja.

Dan mungkin kita juga sudah sering mendengar tentang konsep-konsep kecerdasan spiritual. Tapi ini tidak berarti apa-apa menurutku. Dan konsep-konsep ini menimbulkan banyak sekali pertanyaan dalam pikiranku.
Misalnya;
* Apakah kecerdasan spiritual ini berarti roh yang cerdas? Bagaimana roh yang cerdas itu? Bagaimana cara mengajari roh supaya cerdas?
* Apakah konsep spiritual itu selalu yang berhubungan dengan roh? Apakah orang yang tidak percaya roh bisa mengalami peristiwa spiritual? Bagaimana contoh peristiwa spiritual itu?
* Apakah kecerdasan spiritual ini adalah sesuatu yang hanya berhubungan dengan Tuhan? Bagaimana dengan hal yang berhubungan dengan fenomena gaib? Bagaimana dengan fenomena alam?
* Apakah ada alat mengukur kecerdasan spiritual seseorang? Apa yang bisa dilakukan seseorang yang spiritualnya tinggi? Bagaimana ciri-ciri orang yang spiritualnya tinggi? Untuk apa spiritual yang tinggi itu?
* Apakah orang yang spiritualnya tinggi bisa merubah materi? Apakah orang yang spiritualnya tinggi bisa melawan hukum alam? Siapa contoh orang yang spiritualnya tinggi? Kenapa dia dinyatakan memiliki spiritual tinggi?

Karena banyaknya pertanyaan yang TIDAK MEMILIKI DASAR untuk dijawab, maka aku juga menolak untuk membahas lebih jauh dengan kecerdasan spiritual.
Tapi ini bukan berarti aku membantah bahwa di dunia ini tidak ada roh. Aku hanya menyatakan bahwa roh bisa saja ada dan bisa juga tidak. Atau mungkin juga roh hanya tercipta setelah manusia mengalami kematian.
Karena aku ini sesuatu yang tidak berdasar. Maka aku menolak memastikannya.
Tapi jangan kuatir, karena nanti aku juga akan membawakan sedikit teoriku mengenai roh di belakang. Mungkin akan sedikit fenomenal.




KONSEP ROH DAN MAKHLUK GAIB

Di sini aku ingin menambahkan sedikit lagi penjelasan tentang ROH (spirit).
Sebenarnya konsep-konsep tentang roh mungkin sudah banyak dijelaskan dalam agama ataupun kepercayaan masing-masing, dan mungkin sudah dimasukkan dalam konteks kata resmi oleh tiap negara. Maksudku mungkin lebih mirip dengan; sudah dijadikan sebagai kata resmi yang memiliki pengertian tertentu oleh tiap-tiap negara.
Pengertian roh mungkin dalam artian umum mungkin lebih mirip dengan sesuatu yang mendiami tubuh manusia, yang menyebabkan manusia itu hidup, energi kehidupan manusia, penggerak jiwa manusia, dan lain sebagainya.
Roh mungkin digambarkan dengan sesuatu yang tidak kasat mata dan bukan merupakan materi yang tinggal dalam tubuh manusia. Yang dalam konsep-konsep umum (mungkin) digambarkan bahwa roh itu keluar saat manusia tersebut meninggal.
Mungkin dalam beberapa agama atau kepercayaan tertentu bisa berbeda. Tapi mungkin kira-kira mirip seperti itu.
Dan juga mungkin dalam agama tertentu ada konsep-konsep tentang roh halus dan roh kudus. Tapi aku tidak akan membawakan konsep roh dalam pandangan apapun.
Maksudku dalam pandanganku sebagai empiris, rasionalis, idealis dan materialis, aku sangat meragukan keberadaan roh. (meskipun nanti aku membahas kemungkinan adanya roh)(aku hanya akan mengatakan kemungkinan-kemungkinan)
Bukan berarti aku menyatakan bahwa roh itu tidak ada atau omong kosong. Aku tidak punya dasar apa-apa untuk menyatakan itu.
Hanya saja untuk pandangan pribadi, aku meragukan keberadaan roh ini. Karena aku belum pernah melihat roh dalam diri manusia. Mungkin juga roh itu terjadi setelah manusia mengalami kematian. Tapi pembahasannya akan semakin panjang. Mungkin nanti akan kubahas sedikit.
Aku juga menolak pandangan bahwa jiwa adalah sesuatu yang berhubungan dengan roh. Jika konsep jiwa pada umumnya adalah begitu, maka aku tidak akan mengikuti pandangan umum. Dan aku akan membawakan konsep jiwa sebagai akal manusia.
Dan disamping aku mengakui adanya makhluk yang nyata (makhluk hidup) (manusia dan hewan), aku juga mengakui adanya keberadaan makhluk yang gaib (jin, setan, hantu, dsb aku golongkan dalam kelompok ini)
Pembahasan akan makhluk gaib akan kuselipkan sedikit demi sedikit di tengah penjelasan akan konsep-konsepku.



PELETAKAN DASAR BAHWA JIWA BUKANLAH ROH

Bagaimana konsep sebenarnya dari jiwa ini? Kenapa aku meletakkan dasar bahwa jiwa bukanlah roh?
Sebenarnya menurutku ini cuma masalah penggunaan bahasa. Aku terangkan.

Sebenarnya pada awalnya aku terlalu menyamakan jiwa dengan akal. Maka aku akan cenderung tidak menggunakan kata jiwa ini. Karena penggambaran JIWA menurutku di sini bahkan tidak ada bedanya dengan AKAL.

Tapi aku merubah pemikiranku dan menyatakan bahwa JIWA adalah hasil daripada AKAL.
Dan karena akal adalah jiwa, dan akal adalah otak manusia, maka aku menolak jiwa sebagai roh.

Karena penggambaran roh menurutku adalah sesuatu yang gaib. Mungkin aku memasukkan kategori roh itu sebagai makhluk gaib. Mungkin kira-kira begitu.

Lalu kenapa aku menolak AKAL itu sebagai ROH?
Karena roh adalah sesuatu yang masih belum memiliki dasar kepastian. Maka sebaiknya tidak usah aku gunakan saat ini. Maksudku begini,
* Apakah sudah diketahui (dibuat) pernyataan ilmiah mengenai materi pembuat ROH?
* Apakah sesuatu yang bisa dikatakan ilmiah itu hanya yang dapat diterima indra?
* Apakah roh terbuat dari materi?
* Bisakah sesuatu yang bukan materi (immateri) berhubungan (bersentuhan) dengan materi?
* Apakah otak termasuk materi?

Jika akal berupa roh (immateri), bagaimana sesuatu yang immateri bisa bersentuhan (menggerakkan) benda materi (otak)? Tidak mungkin.

Berarti akan mencapai kesimpulan bahwa; JIWA ADALAH IDE, DAN JIWA TERSIMPAN DALAM OTAK, DAN BISA JADI JIWA ADALAH MATERI.




PERPANJANGAN KONSEP JIWA SEBAGAI IDE YANG DIMUNCULKAN AKAL
....




OTAK TIDAK MENGENDALIKAN AKAL MANUSIA

Apakah otak bisa mengontrol akal manusia? Atau akal manusia yang mengontrol otaknya?
Menurutku hubungan timbal balik tidak AKAN terjadi dalam hal ini. Maksudku begini, otak tidak bisa mengontrol akal, tapi akal bisa mengontrol otak. Dan gagasan ini jelas membutuhkan penjelasan.

* Otak (secara keseluruhan) tidak mengontrol akal. Otak cuma lebih kepada memberikan respon-respon dari kondisi fisik manusia. Atau kiasannya, otak menyampaikan apa yang sedang dirasakan manusia tersebut (lebih kepada akibat dari fisik manusia yang terbuat dari materi)

* Akal memang mengontrol otak, kalau tidak, tidak akan ada kejelasan untuk semua pembahasan ini, pada keadaan tertentu mungkin akal bisa dikatakan mengontrol otak, (misal dengan menentukan apa yang dia ingin lakukan)

Jadi mulai saat ini, kita akan membedakan pengertian menyampaikan respon dengan pengertian mengontrol (mengendalikan).
Otak merupakan BENDA (syarat) bagi fisik manusia untuk dapat berhubungan dengan AKAL manusia.



KONSEP AKAL TIDAK MEMILIKI EMOSI

Dengan melalui banyak pemikiran. Aku membuat kesimpulan sementara bahwa akal manusia tidak memiliki emosi. Mungkin awalnya sedikit sulit dijelaskan. Tapi aku membuat itu sebagai dasar.

Dengan itu berarti aku menyatakan bahwa akal manusia tidak bisa lelah, marah, sedih, dll.

Karena konsep ini sedikit rumit, maka aku harus menegaskan perbedaan MEMILIKI dengan MERASAKAN.

Jadi dengan ini aku menambahkan, bahwa emosi hanya bisa dimiliki manusia karena manusia memiliki tubuh (materi) dan jiwa. Kenapa aku memasukkan lagi kata jiwa dalam pembahasan ini?

Karena ada emosi yang hanya bisa tercipta karena manusia menggambarkan ide jiwa dalam dirinya. Emosi ini merupakan hasil kerja (karena manusia memiliki) AKAL.


Jadi berdasarkan ini, bahwa AKAL manusia tetap saja merasakan emosi. Kalau tidak begitu, manusia tidak akan tahu apa itu emosi. Tapi aku menegaskan; MERASAKAN BUKAN BERARTI MEMILIKI.



PENGGAMBARAN AKAL TENTANG JIWA

Seperti pada penjelasanku di awal, bahwa akal manusia tidak memiliki emosi. Dan akal (otak) manusia mempunyai kemampuan menyimpan ingatan dalam dirinya.

Ingatan-ingatan ini (sebagian) berupa gambaran akal tersebut terhadap dirinya secara utuh. Dengan kata lain, dalam proses ini, akal menggambar ide tentang jiwanya. Dan ide tentang jiwa ini diperpanjang oleh manusia dengan menambahkan keinginan-keinginan oleh jiwanya.


Gambaran akan keinginan-keinginan jiwa ini yang menyebabkan seseorang merasa suka (tidak suka), cocok (tidak cocok), mau (tidak mau). Karena akal sedang membayangkan JIWA IDEnya tidak sesuai dengan pilihan yang dihadapinya. Akal juga menetapkan prinsip-prinsip (pandangan) dari JIWA IDEnya tersebut.


Dan karena manusia (mungkin) selalu membawa ide-ide ini, pasti ide ini tersimpan dalam otak manusia. Kalau tidak, manusia tersebut pasti lupa segalanya. Dan karena ide-ide ini tersimpan dalam otak (materi), maka kemungkinan ide-ide ini bisa dipecah menjadi materi-materi. Menurutku.






KONSEP PEMBIASAAN MANUSIA MENGHASILKAN JIWA

Konsep pembiasaan dalam membentuk jiwa. Jiwa aku artikan di sini sebagai hasil dari pembawaan kita sehari-hari. Jadi salah satu proses pembentukan jiwa adalah kebiasaan atau pembiasaan diri.





SEKILAS TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL

Emotional Quotient (EQ) biasa diartikan sebagai kecerdasan emosional. Atau bisa juga diartikan sebagai cerdas secara emosi. Tapi muncul pertanyaan, apakah cerdas secara emosi sama dengan emosi yang cerdas? Menurutku tentu saja tidak. Bagaimana penjelasannya? Tentu saja penjelasannya cukup panjang, tapi sebagai pembuka, sebaiknya kita simpan saja dulu pertanyaan ini.

Untuk pertama kita akan fokus membahas cerdas secara emosi. Karena menurutku, konsep dalam Emotional Quotient ini adalah cerdas secara emosi ini. Atau dalam aturan pemakaian bahasa Indonesia yang baik; manusia yang cerdas dalam mengontrol emosi.

Lalu muncul pertanyaan lain; cerdas dalam mengontrol emosi siapa? Apakah mengontrol emosi pribadi atau mengontrol emosi orang lain? Tentu saja kita berangkat dari emosi pribadi dulu, kemudian emosi orang lain.


Sebenarnya aku tidak punya banyak pengalaman tentang konsep EQ ini, karena aku juga belum pernah membaca buku tentang ini. Cuma tentu saja konsep EMOSI selalu berhubungan dengan EMOSI.

Tapi menurutku, pembahasan akan mengontrol emosi ini tidak lepas dari kerja AKAL manusia. Sehingga aku tidak memperpanjang konsep Kecerdasan Emosional ini. Memang mungkin nanti ada sedikit perubahan pandangan terutama aku mulai memikirkan emosi ini sebagai materi.




APAKAH ADA EMOSI YANG CERDAS?

Sebenarnya pertanyaan ini muncul karena aku memikirkan konsep kecerdasan emosional. Aku berpikir, kalau ada emosi yang cerdas, berarti konsep kecerdasan emosional ini bisa jadi berguna.

Lalu tentunya kita bertanya, seperti apa emosi yang cerdas ini? Memang sekilas kadang kita seperti memiliki gambaran akan adanya emosi yang cerdas, yaitu emosi yang kemunculannya tepat dalam situasi yang tepat.

Tapi aku meragukan emosi yang cerdas ini. Maksudku, apakah emosi ini punya otak sendiri, sehingga ia bisa cerdas tanpa kontrol dari manusia itu?

Dan menurutku tidak ada emosi yang cerdas. Maksudku, kebiasaan dan pandangan (pengetahuan) orang tersebut lah yang memunculkan ketepatan emosi seseorang tersebut sehingga emosi yang tepat bisa muncul pada saat yang tepat.

Akal dan kondisi akal manusia saat itulah yang menyebabkan sekilas seperti ada emosi yang cerdas. Jadi kalau dipandang dari sudut lain, akan kelihatan seperti emosi yang cerdas.

Terutama untuk sudut pandang dari akal. Tapi nanti juga akan membahas dari sudut pandang emosi itu sendiri. 





PEMBENTUKAN JIWA

Sebenarnya pertanyaan ini bersifat relatif, maksudku tergantung pengertian dari kata JIWA.
Dan menurut pengertianku, berarti jiwa manusia terbentuk (ada) setelah manusia itu menggunakan akalnya untuk menggambarkan dirinya.

Jadi pada menurut pandangan ini, bayi belum memiliki jiwa. Tapi ini pasti dianggap kurang menarik.
Jadi bagaimana jika kita menyebutkan bahwa bayi juga sudah punya jiwa, hanya saja belum terbentuk.

Karena pada dasarnya semua bayi memiliki akal, yang masih dalam proses membentuk.Malahan pada tahap ini awalnya masih berupa pemasukan pengalaman dari realitas di sekelilingnya. Dan kemungkinan besar pembentukan ide jiwa seseorang berada pada tahap setelah ini, yaitu tahap menikmati hidup dalam lingkungan terkecilnya.



Aku juga memiliki pertanyaan untuk mempertegas pernyataan ini.
* Apakah sesuatu yang TIDAK ADA bisa dibentuk sesuatu menjadi ADA?
Pasti harus ADA membentuk sesuatu menjadi ADA. Terutama untuk hubungan kausalitas manusia.

Pasti karena ADA besi maka bisa dibentuk suatu mobil. Pasti karena ADA kayu maka bisa dibentuk suatu kursi. Pasti karena ADA otak maka bisa dibentuk suatu jiwa.Atau dengan kata lain, jiwa memang sudah pasti ADA.

Tapi aku juga bisa menolak pandangan ADA karena memang ADA ini. Karena ADA adalah kondisi di saat sesuatu itu ADA. Kalau sesuatu itu BELUM ADA, untuk penggunaan kata umumnya adalah TIDAK ADA. Jadi untuk pandangan seperti ini memang akan didapat pemikiran bahwa manusia bisa membuat YANG TIDAK ADA MENJADI ADA.


 


APAKAH JIWA DIBENTUK OLEH EMOSI?

Dan untuk menjawab pertanyaan; APAKAH JIWA DIBENTUK EMOSI, sudah jelas bahwa jiwa tidak dibentuk oleh emosi. Tapi jika pertanyaannya diganti menjadi; APAKAH JIWA DIPENGARUHI EMOSI?; kita bisa membahas ini.

Menurutku emosi atau perasaan memang mempengaruhi jiwa manusia itu. Berarti jiwa manusia terbentuk atas pengaruh perasaan-perasaan masa lalunya.


Satu-satunya keraguan di sini, apakah yang menyebabkan seseorang itu menjadi sejalan atau berbanding terbalik dengan realitas di sekelilingnya?
Apakah yang menyebabkan manusia tersebut berjalan mengikuti perasaan tersebut atau bertolak belakang dengannya? Dengan emosi yang diterimanya saat masa lalu itu?

Dan ternyata jawabannya cukup mudah, tentu saja karena akal anak tersebut. Menurutku akal pada bayi sangat cepat berkembang. Pada usia 1-2 tahun, bayi sudah memiliki akal yang cukup baik. Dan menurutku, anak usia 3 tahun ke atas, sudah mulai memikirkan konsep JIWA IDEnya. Jadi pengalaman anak tersebut pada usia 3 tahun ke bawah sangat dominan dalam menentukan JIWA IDE anak tersebut.




PEMBAHASAN KONDISI AKAL BAYI SAAT DILAHIRKAN 

Aku tidak menolak bahwa pada saat manusia dilahirkan, PIKIRANNYA sama bersihnya dengan kertas kosong sebelum anak itu menulisinya.

Pikirannya ini bisa ditulis dengan pulpen berwarna apa saja. Maksud pulpen berwarna apa saja mungkin mirip dengan pengalaman dan pemikiran apa saja.

Tapi perumpamaan pulpen berwarna ini memang masih belum terlalu jelas.Misalnya;
* Apakah dengan memberikan pulpen berwarna merah, anak tersebut hanya bisa menulis dengan warna merah? Mungkin lingkungan juga perlu diperhatikan.
* Apakah warna disini adalah lebih cocok untuk menggambarkan emosi?

Jadi menurut pandangan ini, setiap manusia terlahir dengan memiliki akal. Sedangkan akal ini masih kosong. Jadi manusia yang baru lahir tidak memiliki pemikiran. Tetapi dia memiliki perasaan. Kategori perasaan ini agak sedikit rumit, karena sampai sekarang aku belum mempersempitnya. Mungkin biasa kita sebut NALURI.

Kenapa bayi bisa menangis minta minum? Untuk lebih mudah tentu membawa ke persamaan hewan. Karena naluri. Ini semakin menguatkan gagasanku bahwa manusia terlahir dengan perasaan (naluri) hewan.  (HARAP JANGAN TERSINGGUNG AKU BILANG BEGITU. AKU BELUM MENEMUKAN KATA-KATA YANG TEPAT UNTUK MENGGAMBARKAN HAL TERSEBUT.)

Tapi ini banyak menimbulkan pertanyaan;
* Apakah naluri ini diatur dengan cara yang sama dengan cara kerja jantung manusia
* Apakah naluri ini tersimpan dalam otak (bawah sadar manusia)
* Kalau naluri ini tersimpan dalam otak, berarti kemungkinan besar semua naluri yang lain jg tersimpan dalam otak


Dan pada saat ini, akal manusia sedikit demi sedikit mulai terisi, pertama kali dengan melalui proses pengalaman. Sehingga di sini aku menyebutkan bahwa empiris adalah suatu cara utama dan pertama manusia mendapatkan pengetahuannya. Yaitu dengan pemasukan data. Dan dengan pandangan ini, akal manusia berarti langsung bekerja secara otomatis.

Dan kemudian bayi mengembangkan pengetahuan ini dengan cara menggunakan akal (rasio), dengan cara menggabungkan potongan demi potongan data empiris. (ini akan aku bahas di bawah, jadi aku langkahi saja)

Yang ingin  aku tekankan di sini adalah kertas putih kosong. Bayi sudah memiliki akal yang berupa kertas putih kosong. Sudah jelas maknanya, bahwa bayi sekalipun sudah memiliki kertas putihnya, meskipun belum terisi. KOSONG BUKAN BERARTI TIDAK ADA.

Jadi dengan ini berarti aku menolak pandangan ide bawaan Plato bahwa manusia sudah membawa semua pengetahuan dalam otaknya. Dan proses pembelajaran hanya berupa proses pengingatan.

Tapi aku yakin semua hal yang berhubungan dengan jiwa tersimpan bersama rahasia otak (akal). Ini hanya kemungkinan terbesar menurut pendapatku.

Yang menjadi pemikiran dari sini, berarti NALURI DAN AKAL itu merupakan hal yang berbeda.




PEMBAHASAN MENGENAI PENGERTIAN EMOSI

Seperti sudah aku jelaskan di atas, bahwa aku tidak bisa menjelaskan secara ilmiah. Sehingga aku harus membawa penggambaran emosi ini secara filsafat.

Menurut pandangan awalku, emosi atau perasaan atau temperamen yang dimiliki manusia adalah cara pandangan manusia tersebut terhadap kondisi tubuhnya setelah menerima suatu rangsangan (ide)(kesan). Atau bisa jadi merupakan cara tubuh manusia tersebut setelah menerima suatu rangsangan (ide)(kesan). Menurut pengertian ini tentu saja seolah-olah emosi itu punya akal dan hidup sendiri.

Untuk tidak menutup kemungkinan adanya data yang tertinggal, aku tidak menyimpulkan dulu pengertian emosi ini.

Salah satu penyebab kesulitan menyimpulkan ini adalah karena emosi itu digambarkan ke luar dan ke dalam.
Jadi sebenarnya, sampai saat ini, pengertian emosi masih sangat banyak.

Untuk itu, kita perlu memperkecil lingkup pencarian yaitu emosi ke dalam; emosi dalam satu individu (umum). Dan kita akan membahas dari yang paling mudah.

Emosi yaitu kondisi manusia berupa sedih, takut, gelisah, marah, kecewa, senang, bosan, kesal, iri, benci, malas, malu, dlsb.

Bagaimana dengan perasaan seperti dingin, panas, lapar, haus, ngantuk, bising (suara keras), silau, lelah, gatal, sakit, pedih, dsb. Apakah bisa dikategorikan  sama dengan emosi di atas?

Aku pikir ini memang jenis emosi yang berbeda. Dan mungkin sebaiknya yang seperti ini dipisahkan atau tidak disebut sebagai emosi. Aku pikir tidak ada kata yang cocok menggambarkan ini. Mungkin perlu dibuat kata baru; .......

Sehingga untuk pembahasan ke depannya dikelompokkan menurut jenisnya. Maksudku begini, perasaan spt dingin, panas, lapar, dsb sebaiknya dikategorikan sebagai perasaan untuk mengetahui keadaan dari tubuh akibat dari keterkondisian yang berkaitan dengan rangsangan pada saraf manusia (agar manusia menjaga kondisi tubuhnya) (yang berarti ini cuma bisa tercipta karena manusia memiliki tubuh atau raga)(mungkin ini lebih kepada emosi tubuh atau bahasa umumnya kondisi) (mungkin juga perlu dibedakan atas dasar; yang diterima indra dan yang tanpa melalui indra)

Sedangkan emosi spt gelisah, takut, marah, dsb kita kategorikan emosi akibat respon pikiran manusia akan suatu hal.  Inilah emosi yang ingin kita bahas.

Dengan begitu, emosi ini berbeda untuk orang yang berbeda (karena berkaitan akan pengertian dan pandangan orang tersebut). Bahkan menurutku, ide tentang emosi ini malah memang berbeda-beda.

Dan pada tingkat tertentu, emosi ini hanya bisa tercipta karena manusia memiliki pikiran (otak) dan hanya terdeteksi manusia dalam kondisi sadar. Entah bagaimana kaitannya, tapi kita akan pikirkan nanti.

 Jadi kesimpulan sementara, emosi adalah cara manusia mengkomunikasikan pesan tubuhnya.

Dan karena aku sudah membedakan pengertian EMOSI dengan NALURI, yang berarti aku sudah menambah beban pikiranku, ini akan menjadi lebih rumit.



TUJUAN TERCIPTANYA EMOSI

Menurut pandangan awalku, dasar utama kemunculan emosi tersebut adalah sesuatu demi kebaikan manusia itu sendiri (bersifat individual). Berarti tahap pertamanya karena kecintaan manusia akan dirinya sendiri. Dan menurutku tingkat tertinggi dari tahap emosi ini adalah demi sesuatu yang dicintainya.Tapi menurutku ini tidak terlalu benar, karena menggambarkan seakan-akan semua emosi itu baik. Dan apakah yang dimaksud dengan emosi tahap tertinggi itu?

Jadi aku akan memulai dasar pemikiran dari EMOSI DAN HIDUP

Emosi adalah hidup. Emosi untuk hidup, emosi untuk mati.
Hidup adalah emosi. Hidup untuk emosi, mati untuk emosi.
Hidup dan mati mempengaruhi emosi. Hidup dan mati dipengaruhi emosi.

Hidup dengan emosi, mati tanpa emosi.
Hidup dengan emosi, mati dengan emosi. (kematian meninggalkan emosi untuk manusia yang masih hidup)
Maka semua hidup adalah dengan emosi.
Tolak hidup di bawah emosi, tapi hidup di atas emosi.


Hidup adalah pertarungan. Pertarungan melawan emosi.
Melawan emosi untuk menjadi apa-apa. Melawan emosi untuk menjadi tidak apa-apa.
Tidak melawan emosi untuk menjadi apa-apa.
Tidak melawan emosi untuk tidak menjadi apa-apa. Tidak melawan emosi untuk menjadi tidak apa-apa.
Hidup adalah pertemanan. Pertemanan dengan emosi.

Tapi emosi tidak mungkin bertarungan dan berteman dengan hidup. (ini masih butuh pengkajian yang dalam)
Kesimpulan;
- emosi membutuhkan hidup
- emosi di dalam hidup
- emosi untuk hidup
- emosi adalah kutukan dan berkat hidup (menurutku lebih banyak kutukan)
- emosi adalah pasif (ini hasil karena emosi tidak mungkin bertarung dengan hidup)

Bingung. Susahnya di sini karena sebenarnya tidak ada kepastian apakah manusia itu dan untuk apa hidup manusia itu.

Pertanyaan sederhana; apakah makhluk (hewan) bersel satu termasuk (makhluk) hidup? Apakah makhluk bersel satu memiliki emosi?

Emosi muncul karena makhluk adalah hidup. Hidup memunculkan pertarungan. Pertarungan memunculkan emosi.
Pertanyaan sederhana; bisakah pertarungan memunculkan emosi dan bagaimana caranya? Apakah emosi terletak di udara, dan pertarungan menciptakannya? Tidak mungkin, Tuhan sendirilah menciptakan emosi itu di dalam makhluk hidup. (menurutku karena dia tidak tahu apa yang lebih baik daripada emosi)

Sehingga makhluk hidup itu bisa menciptakan emosi. Jadi emosi selalu ada, dan makhluk (terutama manusia) akan selalu bertarung dengan emosi. (bukan cuma demi hidup, tetapi di dalam hidup)

Emosi untuk hidup. Hidup untuk emosi.
Semua emosi untuk hidup. Semua hidup untuk emosi. - SALAH - Semua hidup bukan untuk emosi.

Dengan ini didapat kesimpulan; emosi berada dalam tingkat lebih rendah daripada hidup, karena emosi untuk hidup. Ini diambil berdasarkan sudut pandang hidup.

Kalau diambil dari sudut pandang emosi, hasilnya adalah berbahaya.

MENJADI ROMANTIS BUKANLAH TIDAK BERBAHAYA. DI SITU TERDAPAT EMOSI YANG KUAT - JOSTEIN GAARDER

Jadi dari banyaknya kasus yang dapat kita perhatikan, kita boleh menyimpulkan bahwa tujuan terciptanya emosi adalah untuk menjaga kepentingan hidup manusia.

Tapi kalau aku boleh bicara jujur, menurutku (kebanyakan) tujuan emosi manusia adalah untuk memperpendek hidup manusia. Tapi kalian tidak harus percaya pendapatku, kan?

Dan dengan ini kita akan membuat perbedaan besar antara EMOSI DAN KEINGINAN.
Dan juga menurutku, kita harus membuat perbedaan besar antara EMOSI DENGAN NALURI.
 


 


AKU BELUM SEMPAT MEMPERBAIKI INI, JADI TULISAN WARNA BIRU INI SEBAIKNYA TIDAK USAH DIBACA.

APAKAH SEMUA MANUSIA MEMILIKI EMOSI?

Jadi jika kita bertanya, apakah semua manusia memiliki emosi tersebut? Atau adakah manusia yang tidak memiliki emosi sama sekali? Atau ada juga manusia yang tidak memiliki salah satu dari perasaan-perasaan itu, misal tidak punya emosi marah?
Aku pikir jawaban dari pertanyaan ini relatif tergantung dari sudut pembahasan kita. Jadi biar aku jelaskan sedikit maksud dari perkataanku ini.
Sesuai pemikiranku bahwa manusia lahir dengan tidak memiliki emosi ini berarti ini sudah menjawab pertanyaan; adakah manusia tidak memiliki emosi sama sekali. (aku juga berpikir bahwa kata 'milik' di sini akan lebih cocok jika dimaksud sebagai 'mengetahui')
Dan seiring bertambahnya usia seorang anak, akan mengakibatkan bertambahnya pengalaman anak tersebut. Dan setiap pengalaman dicatat manusia berikut beserta dengan tanggapannya akan hal tersebut. 

Misal dengan contoh: Seorang anak yang terbiasa bermain dengan anak lain yang lebih kecil dan lebih lemah darinya, merasa dirinya sangat pemberani, tidak punya rasa takut. Sampai suatu saat keadaan mengharuskanya bergaul dengan yang lebih besar dan kuat darinya, dia menyadari bahwa dirinya punya rasa takut.
Atau dengan contoh 2: Seseorang yang selalu dikelilingi kebaikan dan selalu berbuat kebaikan, merasa dirinya tidak mempunyai perasaan jahat sama sekali. (Iri hati, dengki, mau menang sendiri, dll)(Kenapa aku menggolongkan perasaan seperti itu ke dalam kelompok perasaan jahat? Itu bisa dibahas di filsafat) Sampai suatu saat, dia diharuskan menjalani keadaan ekstrem yang membuka matanya akan siapa dirinya.

Sebenarnya banyak pertanyaan yang kumunculkan di sini. Tapi pikiranku sedang bercabang.

Dan aku juga tidak menutup kemungkin jika ada orang yang kehilangan emosinya akibat tekanan ekstrem yang dihadapinya. Tentunya kejadian yang luar biasa dan keinginan jiwa yang sangat besar yang bisa menyebabkan hal ini.

Adakah emosi dominan yang dimiliki seseorang? Apa benar ada emosi dominan? Apakah ini bukan masalah kepekaan saja? Kepekaan bisa dipengaruhi oleh lingkungan, kebiasaan dan pengalaman.
Sebelum menentukan apakah emosi dominan ada atau tidak. Ada baiknya kita mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan emosi dominan ini. Aku pikir yang paling tepat disebut emosi dominan ini adalah emosi yang sering muncul dalam diri seseorang dalam kesehariannya menghadapi berbagai macam keadaan (tekanan). Jadi aku pikir emosi dominan ini ada.
Memang benar kepekaan berpengaruh kepada emosi. Tapi kupikir emosi dominan lebih cenderung kepada pandangan seseorang terhadap suatu hal.


Pembahasan selanjutnya, bagaimana cara kerja dari emosi seseorang ini? Apakah emosi* ini timbul sendiri tanpa sebab atau emosi ini merupakan suatu reaksi dari suatu aksi? (Harap diingat kalau kata "emosi" yang kubahas di sini berarti perasaan, bukan kemarahan)
Misal dengan contoh: Karena orang tersebut berbuat seenaknya, kita jadi marah.
Misal dengan contoh 2: Karena ditolak "wanita", kita jadi sedih.
Bagaimana jika permasalahannya lain? Bagaimana jika sedih ketika mengingat masa lalu, atau sedih atau senang ketika menonton tv?
Menurutku, itu karena anda sedang membayangkan kalau andalah yang sedang mengalami hal itu. "AKU" anda memerintahkan otak untuk membawa anda dalam posisi yang bersangkutan. Dan emosi anda bereaksi terhadap emosi yang diterimanya (tergantung kepekaan). Semakin jauh anda memasukkan diri anda dalam

Kembali ke pembahasan kecerdasan emosi yang dikonsepkan sebagai kontrol manusia atas emosi dirinya. Aku berpikir tidak mungkin emosi seseorang mengontrol emosi seseorang. Jadi bagaimana cara kerjanya ini, misal seseorang sedang marah, dia harus melakukan apa supaya tidak marah?

Menurutku, emosi sangat kuat kaitannya dengan pikiran bawah sadar manusia. Maksudnya, pikiran bawah sadar manusia sangat mempengaruhi emosi.




PEMBAHASAN EMOSI PERTAMA MUNCUL BUKAN ATAU DARI OTAK


Sebenarnya keraguan bukan tidak beralasan. Karena memang pengertian dari kalimat ini memang bisa berupa keduanya. Maksudku, keduanya bisa sama benar.
TAPI INI MAKNANYA TERLALU LUAS.
Dari beberapa contoh di atas, aku mengambil kesimpulan bahwa emosi itu merupakan cara "kita" menerima sesuatu dari luar. Dan emosi pertama muncul bukan dari otak manusia.

Aku rasa emosi manusia mempengaruhi cara kerja tubuh manusia. (Misal ketika ketakutan jantung bekerja lebih cepat, atau ketika sedih badan terasa lemas (Energi terkuras), ketika ketakutan kaki jadi gemetaran. Apa mungkin ini karena emosi memerintahkan otak untuk menggerakkan tubuh seperti itu?

Tapi aku juga percaya kalau tubuh (terutama keadaan) mempengaruhi emosi, misal tinggi badan, berat badan, bentuk badan, bentuk rambut, bahkan hal kecil seperti jerawat, bisa mempengaruhi emosi seseorang. Aku menambahkan sedikit, kalau maksud sebenarnya dari pernyataan ini adalah berhubungan dengan tekanan. Dan tekanan tersebut yang menyebabkan munculnya emosi. Dan ini muncul akibat keinginan manusia yang sejatinya selalu membandingkan dirinya dengan manusia lain (karena sejatinya manusia selalu ingin mencapai kemampuan tertingginya).



INI TERGANTUNG PEMAKNAAN KATA TSB. TAPI PADA DASARNYA INI SALAH. MEMANG EMOSI YANG DITERIMA MANUSIA TERGANTUNG DARI KONDISI AKAL MANUSIA SAAT ITU.

Apa sebenarnya dalam diri manusia tidak ada emosi. Emosi di dapat dari luar. Manusia yang membuat dirinya dalam keadaan emosi. Karena dia tidak berdiri di "titik 0" emosi. (Titik 0 emosi maksudku sebagai konsentrasi tinggi manusia (tanpa memikirkan keberadaannya, dan cuma menerima keadaan di sekitar atau alam). Apakah sebenarnya manusia menyimpan emosi dalam diri seperti "gong" yang menunggu dibunyikan? Atau manusia cuma punya alat untuk menangkap emosi?  Tapi kalo manusia gak punya emosi dalam dirinya bagaimana dia bisa tetap dalam keadaan emosi dalam waktu lama?  Tidak mungkin, pasti ada emosi dalam tubuh manusia. Tapi di mana letaknya? Kalau titik 0 emosi ada dalam diri manusia, jadi apa titik 0 emosi ini? Tidak tidak. Manusia itu memiliki emosi, kalau manusia tidak memiliki emosi, darimana emosi ini datang. Apakah melulu dari pikiran* (hasil dari otak yang masih berada dalam otak) atau dari alam. Manusia pasti dilahirkan dengan emosi.


Aku mendapat gambaran akan hal ini. Memang manusia dilahirkan dengan emosi, tetapi emosi yang kita sebut tadi dengan EMOSI TUBUH. Emosi ini mutlak dimiliki manusia karena kodrat manusia sebagai makhluk yang memiliki tubuh. Karena emosi ini mutlak berarti emosi ini diwariskan turun temurun dalam gen (sel) manusia.

Tapi emosi yang berupa PERASAAN KARENA AKAL sangat tidak mungkin karena diwariskan. Maksudku begini, jadi emosi manusia itu diibaratkan tercatat dalam satu sel (ibarat sel = ruangan). Karena sel-sel otak manusia banyak, jadi satu jenis emosi tercatat atau tersimpan dalam  tiap satu ruangan yang berbeda. Jadi emosi ini lebih condong kepada memori.

Tapi ini menimbulkan banyak pemikiran baru. Seperti misalnya, jika manusia tau secara pasti di mana suatu emosi tertentu disimpan (mis. marah), dan manusia ingin menghilangkan emosi tersebut secara permanen. Dan dengan 'operasi' misalnya, sel tersebut diangkat dan dibuang. Apakah hal ini akan berpengaruh pada hal-hal yang berbuhungan akan kenangan orang tersebut? (terutama jika berhubungan tentang emosi marah tsb.)

Dan bagaimana dengan kedepannya? Apakah dia tidak akan bisa lagi memunculkan emosi tersebut? Tidak kuragukan suatu saat dia akan kembali ingin belajar akan emosi tsb (dengan dasar anggapan bahwa semua emosi adalah baik adanya). Dan pada saat dia belajar tentang emosi tsb, apakah dia akan bisa tetap menyimpan emosi tsb dalam otaknya. (Jika dia masih bisa menyimpan emosi tsb, berarti emosi tersebut sebenarnya bisa dipindahkan dan juga disimpan dalam ruangan yang lain, karena ruangan yang lama sudah dibuang).





KEMAMPUAN MANUSIA MERASAKAN EMOSI


Salah satu kesulitan dalam menerangkan ini karena akal manusia bekerja ke luar dan ke dalam. Jadi mungkin perlu dibedakan kemampuan merasakan emosi dari luar dan merasakan emosi di dalam.

Pertama yang harusnya dibahas adalah kemampuan merasakan emosi di dalam (individual). nanti aja.



Pembahasan selanjutnya yaitu merasakan emosi dari luar.
Kemampuan manusia untuk merasakan emosi dari sekelilingnya. Mungkin kemampuan manusia merasakan emosi orang lain berbeda-beda.

Tapi saat ini aku berpikir kalau kemampuan menangkap emosi ini tidak hanya sebatas kemampuan merasakan emosi orang lain, tapi juga kemampuan merasakan emosi alam dan emosi makhluk lain.
Tapi ini hanya kemungkinan.

Mungkin ini termasuk kepekaan. Tapi aku memang belum bisa menyimpulkan apakah kepekaan ini karena akal atau karena emosi atau karena indra. Memang lebih terfokus karena kondisi manusia saat itu.

Aku kurang begitu fokus memikirkan ini, tapi kemungkinan besar ini adalah karena kerja akal manusia. Atau lebih tepatnya paling banyak dipengaruhi oleh kerja akal manusia. Terutama jika menyamaratakan kondisi indra dalam kondisi normal.



Dalam kondisi otak sedang dikontrol emosi. Emosi akan menggunakan akal untuk memuaskan kepentingannya. Jadi emosi punya kepentingan? Bagaimana cara menjelaskan ini?

Apakah ketika dalam kondisi emosi (otak dikontrol emosi), kemampuan otak manusia (IQ manusia) menurun. Pastinya tidak menurun, alasan yang paling mungkin dari menurunnya kemampuan otak manusia adalah lama tidak diasah (dilatih) dan tidak dibiasakan.

Jadi apakah cuma perasaan saja kalau dalam kondisi emosi, kemampuan otak menurun. Menurutku tidak seperti itu, mungkin itu disebabkan karena emosi tidak memiliki konsentrasi. Atau emosi mengurangi kemampuan otak untuk konsentrasi. Emosi menggunakan sebagian kinerja otak untuk memikirkan emosi tersebut.

Sampai saat akal mengambil kontrol otak. Tapi ini memiliki kelemahan bisa saja emosi tsb kembali, dan anda harus berusaha lg mengambil alihnya. Menurutku ada beberapa cara, salah satunya adalah memperbaiki lingkungan yang menimbulkan emosi tersebut. Atau dengan kata lain, menjauhi sumber masalahnya. (Ini sebaiknya berlaku jika lingkungan tersebut buruk atau emosi yang ditimbulkannya buruk.)  

 Salah satu cara mengetahui kamu sudah berdamai dengan kenangan masa lalu adalah coba pikirkan hal tersebut, kalau kamu tidak merasakan apa-apa, aku rasa kamu sudah berdamai dengan keadaan itu. Ini tidak tepat. Karena sebenarnya hampir tidak ada kondisi berdamai dengan masa lalu.

Menurutku, cara paling mudah untuk merasakan emosi adalah dengan tetap tenang. Ini meragukan. Karena orang yang sedang sensitif pun (bad mood) bisa peka terhadap emosi. Meskipun pastinya dia cuma peka terhadap emosi tertentu. 

SEBENARNYA AKU BELUM MENGGAMBARKAN CARA PENYAMPAIAN EMOSI VERSI PANDANGAN TERBARUKU.







Aku berpikir kalau sangat sulit dijelaskan atau bahkan tidak mungkin emosi mengontrol emosi. Emosi tidak bisa mengontrol emosi. Akal manusia yang mengontrol emosi. Kemungkinan terburuk kalau emosi bisa mengontrol emosi adalah; emosi tersebut punya otak tersendiri.

Yang paling mungkin, perasaan memberikan respon ke akal, akal menerimanya, kemudian melakukan aksi. Aksi dalam akal ini bermacam-macam. Bahkan hal sulit diprediksi. Mungkin begitu.
Dan yang paling mungkin, emosi ini merupakan materi. Maksudku, emosi-emosi ini (kategori emosi perasaan) sangat berpengaruh ke kondisi tubuh.
 
Dan akal bukanlah sesuatu yang bisa mempengaruhi kondisi tubuh. Akal cuma bisa menahan diri, atau MENGELUARKAN EMOSI LAIN (dengan cara berimajinasi) agar perasaan (yang sebelumnya) itu tidak menguasai dirinya.

Ini hampir sama dengan AKAL SAMA SEKALI TIDAK MEMPENGARUHI EMOSI TUBUH. Emosi tubuh di sini maksudku sesuatu yang mirip dengan; lemas, tidak tenang, gelisah,  tidak bergairah, tidak bersemangat,dll. Mungkin kata EMOSI TUBUH ini perlu dicari kata penggantinya. Terlalu merepotkan.

Jadi paling besar kemungkinan kalau perasaan lah yang menimbulkan emosi tubuh. Berdasarkan ini, jadi muncul pemikiran bahwa perasaan itu adalah sebuah alat yang terbuat dari materi yang terletak dalam tubuh, yang bisa mempengaruhi emosi tubuh.

ATAS DASAR PEMIKIRAN SEPERTI INILAH MAKANYA AKU BERANGGAPAN BAHWA EMOSI ITU MATERI.




Lalu pertanyaaan untuk pernyataan ini adalah; apakah perasaan itu sama untuk semua orang? Maksudku dengan pembanding seperti kemampuan mata untuk melihat.

Berarti kita nanti harus membahas apakah kemampuan mata (penglihatan) orang sama. (Maksudku tentu saja untuk kadar normal)(Untuk contoh sederhana, misal, apakah batu yang kulihat, sama dengan batu yang dilihat orang lain, untuk waktu, keadaan, bentuk yang sama)



PEMBAGIAN OTAK - AKAL - SADAR - BAWAH SADAR
* SEMUA OTAK ADALAH AKAL
* SEMUA OTAK ADALAH SADAR
* SEMUA OTAK ADALAH BAWAH SADAR

* SEMUA AKAL ADALAH SADAR (?)

KONSEP SADAR DAN BAWAH SADAR INI MERAGUKAN


Memang menurutku ada benarnya jika alam dibagi alam bawah sadar sedikit berbeda dengan alam tidak sadar. Sedangkan aku terlalu menyamakannya.

Menurutku di sini adalah alam tidak sadar merupakan alam bawah sadar yang sudah (telah) terlupakan (tidak sengaja) oleh manusia tersebut. Dan alam tidak sadar bisa menjadi alam sadar maupun alam sadar jika telah dikeluarkan oleh manusia tersebut. Jadi sebenarnya alam tidak sadar itu tidak ada dan terlalu merepotkan, karena akan memperbanyak penggunaan kata.

Karena berbicara alam tidak sadar adalah berbicara tentang sesuatu yang bahkan tidak diketahui ataupun tidak pernah diketahui oleh manusia tersebut. Dan alam seperti ini tidak mempengaruhi kehidupan manusia tersebut.








RANGSANGAN KEPADA INDRA KEPADA OTAK

Mungkin sebaiknya data yang diterima indra yang berupa respon terhadap realitas disebut sebagai rangsangan, atau yang biasa disebut RASA. Tapi kata RASA juga sering digabungkan dengan emosi, mungkin aku pikirkan nanti.

Jadi sekarang terfokus kepada rangsangan. Yaitu realitas yang diterima indra. Yaitu terbagi;
* kulit - .........
* telinga - bunyi
* lidah - rasa
* mata - cahaya
* hidung - bau

Menurutku di sini, indra tidak merasakan rangsangan, jadi indra lebih kepada menerima rangsangan dan meneruskan data yang diterimanya ke otak.

Jadi besar kemungkinan bahwa rangsangan yang diterima tiap orang berbeda. Lebih tergantung kepada akal, emosi, kondisi akal, kondisi emosi, dan mungkin satu lagi sensitifitas atau kondisi indra tersebut.

Tapi itu belum semua, karena realitas (rangsangan) itu sendiri juga tentu berbeda-beda.

Tapi kemungkinan di atas tidak terlalu benar, karena sebenarnya ada kemungkinan bahwa indra juga bisa merasakan rangsangan. Misal terutama untuk kulit dan juga mata.
- Misal pada kulit saat menerima sakit dan panas tiba-tiba
- Misal pada mata saat menerima cahaya tiba-tiba

Jadi manusia ini sangat rumit.





EMOSI TIDAK DAPAT MENGONTROL EMOSI














RANGSANGAN TIDAK MENGENDALIKAN AKAL

Rangasangan hanya menyampaikan keadaan. Atau indra cuma menyampaikan keadaan. Kerja akal yang menanggapi rangsangan tersebut. 

Jadi bagaimana dengan gerakan refleks manusia? Atau gerakan-gerakan cepat yang sama sekali tidak "kita" perintahkan? Berarti ada kemungkinan otak bekerja sendiri?
Memang aku rasa cara kerja otak ini ada dibahas dalam suatu ilmu. Tapi sepertinya aku tidak pernah membacanya. Tapi rasanya aku pernah dengar kalau otak yang memerintahkan jantung untuk memompa, otak yang menyuruh paru-paru untuk bernapas, walaupun tanpa kita sadari (tanpa kita perintahkan). Seandainya otak ini seutuhnya dikendalikan oleh manusia, maka kurasa akan banyak manusia yang mati karena lupa bernapas atau lupa memompa jantung. Aku rasa* ini memang sudah didesain sebagai hukum pasti dalam diri manusia. (Kata "aku rasa" yang akan sering kugunakan di sini dan nantinya berarti "aku pikir", ini cuma masalah kebiasaan)


Jadi otak bekerja dengan mode semi - auto. Kadang tubuh bisa bergerak tanpa dikontrol jiwa, bahkan kebanyakan gerakan-gerakan tubuh itu tidak disadari jiwa. Aku beri gambaran, misal dalam mengetik / bermain gitar. Jiwa cuma memikirkan gerakan tangan ke arah sini atau sana, tapi sebenarnya jiwa tidak mengerti bagaimana tangan itu bisa bergerak dengan kecepatan normal (dia tidak mengontrol tubuh satu - satu, dia cuma memberi perintah misal; tekan kunci D.) Itu yang aku maksudkan tadi. Contoh lain misal ketika aku sedang mengetik ini, aku cuma bilang dalam otak "ketik", jari-jariku bergerak sendiri menuliskan huruf "k", "e" dll. dengan cepat. Aku bahkan tidak terlalu ingat di mana huruf "k", "e", "t" itu.
Mungkin ini bisa kita kategorikan sebagai kecerdasan tubuh? Atau ini adalah kebiasaan. Kebiasaaan otak untuk menggerakkan tubuh dalam menghadapi kondisi tertentu. Tapi bagaimana cara kerjanya ini karena aku yakin ini sama sekali tidak dikontrol oleh jiwa. Muncul pemikiran bahwa jiwa tidak mengontrol otak keseluruhan. Jadi bagaimana cara kita menyebutkan ini? Kondisi normal kita saat dikontrol jiwa, berarti jiwa memegang kendali otak. Kondisi yang normal manusia berarti yang biasa kita sebut sadar (kontrol otak sadar). Apakah kalau dalam "kontrol otak sadar", berarti bahwa manusia mengendalikan semua fungsi otaknya, ini pasti tidak. Berarti dalam keadaan sadar pun, manusia tidak mengendalikan semua kemampuan otaknya. (Penjelasannya seperti tadi, misal dalam mengetik, bergerak, dll. Aku rasa semua orang juga pasti mengalaminya.) Jadi bagian otak yang tidak dikontrol jiwa dalam keadaan sadar itu kita sebut saja dengan otak di luar sadar, atau gampangnya "otak bawah sadar."
Apakah ada bagian khusus dalam otak untuk mengingat kebiasaannya dalam mengontrol tubuh. Di sini banyak terdapat pertanyaan dan aku juga punya banyak pemikiran tentang ini. Tapi sebaiknya kukemukakan nanti saja.

 


Kembali ke pertanyaan awal. Apakah otak mengontrol manusia atau manusia mengontrol otak? Ini berarti timbal balik. Harus kembali lagi ke konsep apakah manusia itu dan pengertian dari kata kontrol itu sendiri. Tapi menurutku, sesuatu dalam manusia itu yang mengontrol otak, adalah jiwa. Bahkan pembiasaan dalam otak bawah sadar juga (seharusnya) ditentukan manusia. Gerakan-gerakan bawah sadar manusia, juga, apabila disadari jiwa, jiwa dapat "memperbaikinya". Apa manusia dalam kontrol jiwa (kontrol otak sadar) adalah manusia itu sebenarnya, atau termasuk juga dalam kontrol otak bawah sadarnya. Ini sebaiknya dijelaskan belakangan.
Ke pertanyaan selanjutnya, apakah IQ ini adalah otak secara keseluruhan? Atau IQ ini bagian dari otak itu? Kalau IQ ini bagian dari otak, apa saja bagian dari otak itu? Apakah IQ ini kata lain dari otak? Apa mungkin IQ ini suatu kondisi otak seseorang

Jadi kita ambil kesimpulan, manusia mengontrol otak yang mana yang IQnya lebih tinggi (lebih baik) lebih bagus untuk dikontrol. Kenapa yang IQ-nya lebih tinggi lebih bagus dikontrol?

Ada pertanyaan sedikit, kalau data dalam otak bertambah (mendapat pengalaman baru), apakah ini berarti otak yang akan berkembang atau IQ yang akan berkembang? Aku mengerti, ternyata itu berarti otak sedang mendapat data. Data ini tidak akan berarti apa-apa tanpa usaha kita memprosesnya. Mungkin ini yang menyebabkan kita kadang-kadang terkejut akan kemampuan kita kalau kita pikirkan ulang suatu kejadian.
Berarti IQ yang dimaksud manusia ini berarti cara (kebiasaan) si AKU*  dalam mengolah data, membandingkannya dengan pengalamannya yang sebelumnya, mengelompokkan yang serumpun dan membedakan yang berbeda. (Kata AKU akan di bahas belakangan). Ini juga berarti otak ini cuma alat dan tempat (ruangan) bagi si AKU ini untuk memproses data.

Atau mungkin istilah IQ ini cuma lebih tepat disebut sebagai data yang pernah diterima. Misal dengan menerobos kelemahan sistem tes IQ yaitu mengerjakan hal sama dua kali atau sudah mengerjakan hal sama sebelumnya. Apakah berarti IQnya tinggi?
Atau kelemahan sistem IQ yang lain seperti penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh si AKU. Apakah kalau si AKU ini tidak bisa menjawab pertanyaan itu berarti dia idiot? Apakah ini dipengaruhi karena kemampuan otak kita yang menurun? Atau bisa kita simpulkan kalau kita tidak menjawab karena AKUnya kita tidak kenal dengan pertanyaannya? (Kita belum berpengalaman dengan pertanyaannya). Pantang, lupa aku kelanjutannya.

Jadi aku sampai pada kesimpulan kalau IQ ini adalah daya serap otak (kemampuan otak mengingat data). Kemampuan otak untuk menyimpan data secara efektif dan teratur. Karena AKU tidak bisa menentukan bagaimana kecepatan otak menyerap data, maka kemampuan ini hanya bisa ditingkatkan dengan melatihnya berulang-ulang sehingga menjadi hukum pasti dalam otak. (Sampai kita mengubah informasi ini dan menetapkan yang baru menjadi hukum yang pasti)(Ini juga bukan suatu kepastian kalau "AKU"nya manusia ini tidak bisa menetukan itu, mungkin suatu saat manusia bisa).  Apakah berarti kalau IQ adalah sebuah alat yang bisa "dimodifikasi" manusia? Aku menyimpulkan kalau IQ manusia bisa berkembang sesuai cara "kita" mengembangkannya dan "data" yang sudah diterimanya.

Apakah IQ dipengaruhi terhadap besarnya otak (kapasitas otak)? Atau besarnya kapasitas otak berpengaruh dengan jumlah data yang ditampung otak? Apakah IQ dipengaruhi dengan jumlah data yang dimiliki otak? Apakah otak manusia bisa bertambah besar (atau otak manusia seperti ruangan kamar)? Kalau otak manusia seperti ruangan kamar, bukankah sebaiknya kita memilih data yang masuk ke otak? Apakah data yang sedang kita terima (misal membaca) langsung terekam dalam otak? Atau ini bisa di pengaruhi kemampuan dari IQ yang tinggi tadi (IQ yang tinggi bisa dengan cepat merekam data melebihi IQ normal)?   Jadi orang yang IQ tinggi mestinya memilih data yang diterimanya, untuk mencegah kepadatan data dalam otak?


 
EMOSI BISA MENGURANGI KEMAMPUAN AKAL UNTUK MENANGKAP REALITAS
Aku beri contoh dengan misalkan: Kita masuk ke dalam suatu ruangan baru yang berisi meja, kursi, lampu meja, komputer, tempat pensil, jam dinding, rak buku, aquarium, karpet, sapu, sepatu. Coba kita melihat berkeliling sambil tidak berpikir, atau kalau sulit, melihatlah sambil memikirkan hal lain. Sekarang anda ditanya benda apakah yang ada dalam ruangan itu? Saya ragu anda tidak melihat satu bendapun. Mungkin anda masih bisa menyebutkan beberapa benda. Tapi ini karena sudah menjadi kebiasaan kita untuk melihat dengan berpikir. Tapi bisa juga pada saat seseorang yang pikirannya sedang dikuasai emosi tidak bisa mengingat satu bendapun (emosi menggunakan otak untuk kepentingan emosi tsb, bukan untuk kepentingan diri). Tapi menurutku, pada orang-orang yang memiliki kontrol otak yang baik, hal ini seperti ini mungkin bisa dilakukan.

KONDISI MELAMUN MEMPENGARUHI FUNGSI INDRA MENANGKAP REALITAS
Mungkin ini dikarenakan kondisi gelombang pada otak, spt kondisi tidur dan pingsan

Maksud dari semua keraguanku tadi adalah begini. Jika seseorang misal terlahir dengan otak yang cerdas. Apakah ini berarti manusia tersebut pasti menjadi cerdas? Berarti kita pertanyakan dulu kecerdasan apa yang dimaksud.
Jadi misalnya cerdas yang dimaksud cerdas menurut otak. Apakah itu dengan serta merta akan menghasilkan manusia yang cerdas? Menurutku tidak.
Jadi aku pertanyakan lagi, apa keunggulan dari orang yang otaknya cerdas ini? Apakah cara berpikir seseorang dipengaruhi oleh ini? Menurutku tidak.
Masih banyak pertanyaan lain, apakah IQ manusia sudah ditentukan sejak lahir? Kalau sudah ditentukan sejak lahir, apakah ini berarti IQ tidak dapat bertambah dan tidak dapat berkurang? Atau IQ cuma dapat berkurang tapi tidak dapat bertambah. Apakah ini berarti ada suatu limit tertinggi (batasan) dari IQ manusia?
Jika IQ manusia sudah "ditentukan" sejak lahir, apakah IQ orang itu akan sama saat berumur  5 tahun dan saat berumur 20 tahun? Atau yang sudah "ditentukan" itu adalah batasan IQ seseorang. Jadi dengan kata lain, IQ manusia dapat bertambah dan berkurang sampai sebatas "limit tertingginya".
Masalah utama yang terlihat di sini adalah sudut pandang. Misal orang tersebut memiliki otak yang cerdas, misal dalam contoh kecil, tapi dia tidak melakukannya, apakah ini termasuk kategori cerdas?
Misal dengan contoh lain, orang tersebut sudah mengetahui jawabannya, tapi dia tidak berani mengungkapkannya, apakah ini berarti dia cerdas?
Misal orang tersebut sudah mengetahui, tapi tidak bisa melakukannya, apakah ini termasuk cerdas?
Ini menghasilkan pertanyaan lain, berdasarkan apakah kecerdasan itu ditentukan?
Sebenarnya menurutku, masih banyak kebocoran dan ketidakpastian dalam konsep IQ manusia ini. Yah, mungkin memang lebih menarik jika memiliki otak yang cerdas.

Jadi dengan ingin mengetahui kecerdasan otak seseorang, memiliki maksud tersembunyi yaitu ingin mengetahui kemampuan tersembunyi orang tersebut. Dan karena yang ingin dicari tahu adalah tersembunyi, bisa saja tidak ditemukan. Karena IQ lebih cenderung ke PENGALAMAN, PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN. Bisa jadi IQ itu tidak berarti apa-apa selain keinginan dan keingintahuan manusia.

NYATANYA, KONSEP IQ INI SEMAKIN MENGABURKAN PENCARIAN TENTANG KEMAMPUAN OTAK MANUSIA.







PERASAAN MENUTUPI KEMAMPUAN AKAL UNTUK BERPIKIR

Perasaan cenderung menutupi kemampuan akal untuk berpikir. (Ini aku gak ragu sama sekali) Sewaktu-waktu perasaan bisa mengambil alih kontrol akal.(Ini berarti bukan kecerdasan intelektual yang berpikir saat itu)(Dapat pemikiran kalau kecerdasan intelektual  bukan berarti otak. Berarti otak adalah suatu alat penggerak/perantara untuk menggerakkan tubuh)(Aku yakin semua respon tubuh sekecil apapun berasal dari otak.)(Atau jangan-jangan otak ini cuma alat oleh ketiga kecerdasan ini?)Ini bisa berarti baik dan bisa berarti buruk. Tapi ini terlalu beresiko.
Misal dengan contoh 1: Seorang yang biasa menahan diri ketika dimaki bosnya, suatu saat bisa saja kehilangan akal  dan menikam bosnya bertubi-tubi (apalagi kalau didekatnya ada pisau). Ini dinamakan lepas kontrol sesaat (perasaan menutupi logikanya)(aku rasa ini menyebabkan penyesalan di hatinya, tapi semua sudah terlambat). Hal yang harusnya dilakukannya adalah mengundurkan diri saat akalnya masih jalan. (Memang masalah ekonomi menjadi urusan berat) Ini mungkin yang diibaratkan Freud dengan kesadaran untuk menahan nafsu (perumpamaannya tentang penjaga pintu diartikan dengan kesadaran). Ada pertanyaan cerdas sebenarnya dari pernyataan ini, kesadaran itu termasuk kecerdasan apa? Tidak ada kecerdasan dalam kesadaran, kesadaran itu adalah suatu kondisi. Tapi aku percaya kesadaran dipengaruhi keinginan.


Misal contoh 2: Ada dua orang wanita bertengkar memperebutkan suatu benda. Yang satu perempuan cantik dan sangat menarik hati. Yang kedua cukup jelek atau bertampang tidak enak. Lalu kita datang melerai. Si perempuan cantik ini menjawab dengan lembut dan budi pekerti bagus sedang yang satu lagi menjawab sedikit kasar dan blak-blakan. Kalau kita tidak mempertimbangkan faktanya (tidak berpikir logika/menggunakan kecerdasan inteligence), kita akan cenderung menyimpulkan kalau yang cantik ini yang benar. Seandainya kita adalah HAKIM yang harus menilai. Bagaimana kalau dasar perasaan seperti ini kita jadikan acuan. Aku rasa kita tidak akan mendapat kebenaran sejati dalam kasus ini. Atau bagaimana jika kita tau bahwa dia salah, tapi karena dia cantik kita cenderung menutupinya. Ini mungkin lebih mengacu ke kebijaksanaan. Tidak mungkin otaknya yang bijaksana, adalah "AKU"nya yang bijaksana.
Bertindak dengan otak yang sedang dikuasai kemarahan tidak akan berakibat baik, karena yang dihasilkannya adalah hasil kemarahan anda, bukan kebijaksaan. Aku pikir semua orang suka dengan tindakan yang bijaksana, orang jahat sekalipun. (Meskipun orang jahat suka kebijaksanaan yang menguntungkannya)
IQ adalah pembiasaan cara berpikir.












MERUBAH OTAK BISA MERUBAH JIWA MANUSIA


KONDISI OTAK MANUSIA MEMPENGARUHI JIWA MANUSIA







Tubuhlah yang merasa lelah. Tubuh yang terbuat dari materi (benda) memerlukan energi untuk beraktifitas.
Apakah semua aktifitas membutuhkan energi?

Pada klimaks tubuh yang kehabisan energi, akal tidak bisa lagi mengontrol tubuh. Tubuh tidak lagi mengikuti perintah dari akal, tapi akal masih memiliki energi.

Tetapi akal berbeda, entah karena akal cuma memerlukan sedikit energi dalam aktifitasnya, atau akal menggunakan energi yang lain untuk aktifitasnya. Dan menurutku akal pasti membutuhkan energi untuk beraktifitas.

Jika pada kasus manusia merasa jiwanya lelah, itu pasti cuma anggapannya, karena jika manusia menganggap jiwanya lelah maka begitu yang dirasakannya. Tetapi pastinya tubuh manusia menyampaikan kondisi pasti akan keadaannya.

Apakah energi untuk menggerakkan akal sama dengan energi untuk menggerakkan tubuh? Jika tidak, energi apakah yang dipakai akal? Bagaimana akal mendapatkan energi itu? Tapi kenapa tubuh bisa merasakan kelelahan sedangkan akal tidak bisa?

Bagaimana jika seseorang merasa ada sesuatu yang tidak beres, apakah ini karena bukan karena perasaan jiwa? Ini bukan perasaan jiwa, ini karena akal berpikir sesuatu yang terjadi di luar daripada hal-hal yang seharusnya terjadi. Jiwa (otak) sudah memiliki pengalaman kejadian serupa dan hasil dari kejadian itu, dan jiwa berpatokan pada data tersebut, sehingga sesuatu yang terjadi di luar dari data tersebut, jiwa jadi ragu.

Berarti ragu itu bukan perasaan , ragu merupakan kondisi (keadaan) di mana akal tidak yakin akan data yang akan diterimanya (bisa juga berarti data yang telah diterimanya), akan sesuai dengan kebiasaan.







SEPUTAR TENTANG KETENANGAN DALAM DIRI MANUSIA

Awalnya aku beranggapan bahwa ketenangan itu bukan termasuk emosi (perasaan) dalam diri manusia. Atau dengan kata lain, aku beranggapan ketenangan itu adalah suatu kondisi jiwa (akal) manusia tidak merasakan (mengeluarkan) emosi apapun.
Tapi aku meragukan pandangan ini. Sebenarnya aku tidak memiliki suatu dasar ilmiah untuk membahas ini.
Tapi aku anggap saja ketenangan itu sebagai emosi netral; yaitu tidak positif dan tidak negatif. Jadi dengan begitu, sebenarnya ketenangan itu masih merupakan salah satu bagian dari emosi.
Supaya lebih mudahnya aku memasukkan ke dalam matematika;
EMOSI POSITIF kita samakan dengan bilangan asli (1,2,3)
EMOSI NEGATIF kita samakan dengan bilangan imajiner (-1,-2,-3)
EMOSI NETRAL kita samakan dengan bilangan nol (0)

JIKA SEMUA BILANGAN  -3,-2,-1, 0,+1,+2,+3  TERMASUK KATEGORI BILANGAN.
MAKA SEMUA EMOSI NEGATIF, NETRAL, POSITIF TERMASUK KATEGORI EMOSI.

Atau dengan gampangnya begini, jika emosi negatif, emosi netral, dan emosi positif terletak pada satu garis lurus, dan semua emosi ini berada pada satu garis, yaitu GARIS PERASAAN.

Dan dengan pemikiran di atas aku menyatakan; TIDAK ADA KONDISI SADAR MANUSIA TANPA MELIBATKAN EMOSI.



Jika ini benar berarti otak manusia teramat rumit. Maksudku begini, otak melakukan beberapa fungsi sekaligus. Maksudku dengan fungsi misal begini, fungsi untuk berpikir, fungsi untuk berperasaan, fungsi untuk menangkap yang disampaikan indra, fungsi untuk mengatur (kinerja) tubuh, dll.
Dan menurutku otak tidak bisa mengatur fungsi untuk mengatur kesadaran. Atau bahasa mudahnya, kesadaran manusia tidak diatur oleh otak manusia. Tapi kondisi sadar itulah yang membuat manusia bisa menggunakan akal (otak)nya.
Dan aku ingin bertanya, apakah berhayal atau berimajinasi termasuk dalam berpikir?
Jadi aku juga berpikir, apakah ada batasan maksimal dalam otak dalam melakukan fungsi-fungsinya sekaligus? Misal dengan angka maksimal = 100. Dan untuk mengatur fungsi organ tubuh (berhubungan ke dalam) diperlukan 20. Jadi sisa untuk lain-lainnya tinggal 80.  Dsb?
Jadi menimbulkan pemikiran, apakah perasaan itu terletak dalam otak? Atau perasaan itu terletak dalam organ tubuh yang lain. Dan jika begitu, jadi organ tubuh yang lain itu yang menyampaikannya ke otak (jiwa).
Apakah mungkin kalau otak (manusia?) itu hanya terdiri dari perasaan-perasaan saja? Ini tentu sangat sulit dijawab oleh orang seperti aku.






MANUSIA MEMUNCULKAN KATA AKU DALAM ALAM PIKIRANNYA
....
Keingintahuan manusia memang sangat besar. Karena manusia memiliki kemampuan mengingat peristiwa dan kenangan akan masa lalu. Manusia menggunakan kata AKU dalam pikirannya untuk menggambarkan dirinya. Aku pikir ini bukan suatu kepastian. (Maksudku mungkin tidak semua manusia melakukan hal ini)
.....

Berawal dari pemikiranku di atas bahwa yang mengatur kontrol emosi (perasaan) seseorang itu bukan kecerdasan emosional tapi suatu kecerdasan yang lain. Mungkin ini kecerdasan intelektual atau mungkin kecerdasan yang lain.
Sebenarnya dasar pemikiranku adalah begini. Kenapa jika ketakutan atau marah atau malu, kita cenderung tidak bisa berpikir dengan akal. Paling tidak sampai perasaan tersebut hilang, dan kita kembali mengontrol diri (otak) kita lagi. Jika emosi sudah mengontrol otak, bagaimana mungkin otak itu bisa melepaskan diri dari emosi. Aku menganggap sudah pasti (apa yang disebut dengan) kecerdasan intelektual adalah bagian dari otak. (emosi tidak bisa mengontrol otak, emosi menguasai otak)(?)
Aku misalkan dengan contoh: Adikku sedang memainkan mobilan* (mobil-mobilan) (mobilan diibaratkan otak) (mobilan itu dibeli adikku dengan uangku). Apa mungkin mobilan itu melepaskan diri dari tangan adikku tanpa keinginan dari adikku sendiri? Sangat tidak mungkin.
Aku berikan contoh kedua: Adikku sedang memainkan mobilan, aku merampas mobilan itu dari tangan adikku. Inilah yang paling mungkin. Tapi adikku masih ingin memainkan mobilan itu dan aku berkeras tidak memberikannya. Terjadilah perebutan di mana yang menang yang akan mengontrol otak. (Teori menekan perasaan dengan akal)(Cara ini cukup bagus tapi masih memiliki kelemahan)


Setelah emosi muncul dari diri manusia, dia menuju "otak" manusia, dan otak akan meneruskannya ke "AKU". Di sini sering terjadi kesalahan, kurangnya kontrol emosi yang dimiliki si "AKU" ini, menyebabkan emosi ini mengambil alih fungsi aku untuk menggerakkan otak (otak dikendalikan oleh emosi). Dengan ini aku menyimpulkan dengan pasti kalau kontrol emosi bukanlah tugas si "emosi", melainkan tugas "AKU"

Kata AKU yang dimunculkan manusia itu bukan berarti manusia itu sesungguhnya;
* AKU BISA BERARTI MENYATAKAN PERASAAN INDIVIDU TSB
* AKU BISA BERARTI MENYATAKAN JIWA INDIVIDU TSB
* AKU BISA JUGA BUKAN BERARTI JIWA
* AKU BISA BERARTI AKAL DAN JUGA TIDAK BERARTI AKAL
Tapi tetap saja semua ini hanya GAMBARAN yang dimunculkan AKAL.

Timbul pemikiran kalau akal itu bukan kata AKU dalam diri (otak) manusia. Karena manusia dalam kondisi emosi pun memunculkan kata AKU dalam penyampaiannya. Jadi akal itu berada di atas kata AKU tersebut, karena akal itu yang menciptakan kata AKU. Bisa jadi kata AKU itu adalah ide jiwa yang digambar manusia tersebut.


Kata AKU berarti kondisi normal manusia tsb, cara manusia membawakan dirinya sehari-hari, keyakinan manusia tsb akan dirinya. Sesuatu yang dianggap manusia sebagai dirinya, padahal bukan tentu dirinya.




EMOSI TIDAK DAPAT MERASAKAN EMOSI DARI LUAR

Dengan dasar pasti, bahwa perasaan (individu) tidak dapat merasakan perasaan (dari luar). Akal manusia lah yang bisa merasakan emosi. Blum tentu juga. Aku belum merubah konsep ini.

Dengan kata lain, semua emosi yang dirasakan manusia itu harus terlebih dahulu melalui akal.

Salah satu kesulitan di sini adalah indra. Karena sudah jelas indra lebih dulu merasakan emosi.
Tapi kata emosi di sini juga tidak terlalu cocok, mungkin lebih cocok menggunakan kata rangsangan.
Sebenarnya aku pikir, akan menimbulkan suatu kesulitan membedakan antara emosi dan akal manusia ini. Karena sebelum konsep ini ditentukan, maka yang didapat adalah hampir seluruh tindakan manusia adalah karena akal (?) terlebih dahulu. Jadi menurut pandanganku emosi manusia sesungguhnya ada di dalam diri manusia. Atau lebih mudahnya, emosi itu adalah yang dirasakan tubuh manusia. Dan setelah dikeluarkan, itu cuma masalah penyampaian emosi itu saja.

MENGONTROL EMOSI BUKAN SELALU BERARTI MENAHAN EMOSI. MENAHAN EMOSI BUKAN BERARTI BERDAMAI.


MARAH ITU MUDAH - SEMUA ORANG BISA MARAH. TETAPI MARAH PADA ORANG YANG TEPAT, DENGAN KADAR YANG SESUAI, PADA WAKTU YANG TEPAT, DEMI TUJUAN YANG BENAR, DAN DENGAN CARA YANG BAIK - BUKANLAH HAL MUDAH  -- ARISTOTELES



Cara mengendalikan orang yang sedang dalam kondisi emosi kembali ke dalam dirinya adalah menyadarkannya kembali akan akalnya. (?)

Jadi pada dasarnya prinsip ini adalah melawan emosi dengan akal. Ada sedikit yang membingungkan di sini. Berarti pada dasarnya orang yang jiwanya lemah akan kalah terhadap emosinya. Karena terlalu bergantung pada kondisi, apakah jiwanya yang lebih besar atau emosinya lebih besar. Tapi ini bagus dilakukan pemula. (Jiwa yang lemah itu jiwa yang tidak mengetahui siapa dirinya.) Dan menurutku tidak ada jiwa yang lemah. Karena jiwa itu adalah ide. Kalau ada orang yang jiwanya lemah itu pasti orang itu kurang berimajinasi.

Aku berpikir sebenarnya cara terbaik adalah mengharmoniskan perasaan anda dengan jiwa anda. Dan kadang keikhlasan bisa bermanfaat.



KONSEP AKAL DAN EMOSI DALAM MENGONTROL MANUSIA

Apakah emosi tidak mempengaruhi cara jiwa untuk tumbuh? Aku rasa berpengaruh, kadang ini lebih mengacu kepada dorongan (motivasi) dan tekanan. Tergantung cara jiwa kita membawakannya. Lebih mengarah ke alasan. Jangan berpikir menggunakan perasaan, tapi jadikan perasaan alasan untuk berpikir.
Tapi jika seseorang terus tumbuh di bawah tekanan perasaannya, bukannya tidak mungkin suatu saat jiwanya akan berubah. Maksud


Melihat dengan mata membutakan hati. Menilai dengan hati menutupi akal. Ini cuma istilah. Maksudnya gunakan kedua-duanya.




Kemampuan berbicara adalah kecerdasan akal, bukan kecerdasan otak. 
Seperti halnya otak yang punya kecerdasan, akal juga punya kecerdasan.
Otak mengatur keseimbangan, bagaimana cara kerja ini?

Saat pikiran dikuasai akal, emosi akan selalu berusaha mengingatkannya akan emosi yang ditangkapnya. (Bisa kita permudah dengan tubuh mengingatkan akan emosi yang diterimanya) Ini salah. ini bukan jenis emosi, ini adalah rangsangan.

Misal, ketika sedang serius belajar dan di rumah orang tua sedang sakit keras. (Otak sedang dikuasai jiwa) Biarpun kita konsenstrasikan pikiran kita, emosi selalu berusaha mengingatkan kita akan kondisinya. Berarti salah satu cara mencapai ketenangan adalah memperbaiki keadaan yang menyebabkan emosi tersebut. Berarti orang tua kita harus sembuh dulu. (Berbeda hal jika kita sudah berdamai dengan emosi tersebut)(Mengingat pengalaman tersebut tidak menimbulkan emosi dalam diri.)(Berarti bukan suatu hal yang cerdas jika kita menyimpan pengalaman buruk kita, karena suatu saat kita mengingat pengalaman tersebut, emosi saat kejadian tersebut akan muncul lagi, dan jiwa kita harus berusaha merebut otak kita, dan begitu seterusnya.)

Emosi bisa dipengaruhi otak. Berarti teori emosi pertama muncul tidak melalui otak tidak bisa dipakai. Tapi aku masih sedikit yakin kalau ada suatu kondisi di mana emosi muncul tidak melalui otak sama sekali. nnti aj.

Semua teori ini hanya bisa berlaku hanya dalam kondisi bahwa jiwa lebih kuat dari emosi. Sebenarnya aku berpendapat bahwa sejak awalnya, jiwa lebih besar (lebih kuat) dari emosi. Kalau tidak begitu, saat seseorang yang mendapat emosi yang sangat besar, tidak seorangpun yang bisa mengatasi emosi (di sini aku beranggapan bahwa ada saja orang yang mampu mengatasi emosi yang terbesar sekalipun pada saat waktu tertentu)(tidak seorang memiliki emosi yang besar dari jiwanya, kalau ada orang yang kalah dengan emosinya, berarti orang tersebut tidak pandai mengontrol jiwanya.)
Jadi bingung lagi, bagaimana sebenarnya emosi ini. Apakah emosi bagian dari jiwa. Jadi emosi dan jiwa itu satu. Kalau begitu akan sulit jadinya mengontrol emosi. Jadi emosi dan jiwa itu dua hal berbeda dalam 1 raga.
Bukan berpikir yang dengan perasaan (emosi), tapi pengambilan keputusanlah yang perlu mempertimbangkan emosi. (Sangat membingungkan)(Konsep ini tidak terlalu tepat, ini cuma jadi baik jika perasaannya baik, jika perasaannya buruk ini jadi berarti buruk. Apalagi jika jiwa yang buruk dengan perasaan yang buruk.)
Emosi yang ditangkap manusia dipengaruhi oleh kondisi jiwa manusia saat itu. Jadi misal pada keadaan yang sama dan dengan orang sama, emosi yang dirasa orang tersebut bisa berbeda? Berarti kondisi jiwa sesorang itu berubah-ubah.
Otak bisa menggerakkan tubuh tanpa dikontrol jiwa? Apakah ini faktor kebiasaan?



EMOSI SAAT MENGUASAI OTAK (?)

Emosi saat menguasai otak, menggunakan sedikit dari otak untuk mempertahankan keberadaannya, karena memang sebenarnya bukan tugasnya untuk mengontrol otak. dia cuma mencuri kesempatan.
Ini bisa kita permudah dengan gambaran berikut. Manusia A membunuh manusia B menggunakan pisau. Berarti A yang telah membunuh B, bukan pisau yang membunuh B. Kalau pisau yang membunuh B, berarti pisaulah yang harusnya diberi hukuman. (Pisaunya aja yang dipenjara, karena pisau sudah membunuh, si A lepaskan aja)
Bagaimana dengan kasus,


Hal yang dilakukan manusia tidak menggambarkan apa yang jiwa manusia itu pikirkan.
Contoh; saat sedang marah, bisa saja manusia itu tersenyum.


Kita buat dengan tabel
- Akal mengontrol otak
- Otak tidak mengontrol akal (cuma memberi respon)
- Otak mengontrol tubuh
- Tubuh tidak mengontrol otak (cuma memberi respon)

Tapi perlu penambahan emosi di sini;



Kalimat-kalimat spt; Manusia rata-rata mengontrol otaknya 12%, atau kondisi spiritual manusia saat ini sekitar 20% dan sebagainya dan sebagainya sangat tidak masuk akal.
Kalau manusia tau kondisi 12% atau 20%, berarti manusia sudah memiliki gambaran kondisi yang 100%.
Apa pernah ada manusia yang sudah mengalami 100% itu?
Atau apa yang terjadi jika manusia mencapai 100%?

Sederhananya.
Jika angka 5 itu merupakan kondisi 1%.
Sudah pasti 100% nya adalah 500.

5 = 1/100 . x
x = 5 . 100/1
x = 500
Jadi kalau cuma diketahui angka 5, kita tidak akan tau itu berapa % dari berapa %. Mungkin kalau soal otak, manusia membandingkan berapa % bagian otak yang sedang bekerja dengan bagian otak yang tidak bekerja dari ukuran otak tersebut.
Tapi apakah bagian otak yang sedang bekerja bisa menggambarkan kemampuan otak secara keseluruhan?
Menurutku kata-kata di atas tidak masuk akal.




HUBUNGAN ANTARA OTAK DENGAN AKAL MANUSIA
Berarti;
Semua akal adalah otak.
Tapi tidak semua otak adalah akal.





KECERDASAN TUBUH

Musik- aku punya banyak pertanyaan soal musik ini. Apakah keharmonisan nada itu karena memang kebiasaan manusia, atau itu adalah hukum yang pasti? Kita harus kembali dari awalnya untuk membahasnya. Ada banyak pertanyaan, tapi nanti saja.

Apakah ada akumulasi dari dua perasaan dalam diri seseorang?

Misal dalam keadaan bosan (emosi), jiwa mencoba menutupi kebosanan dengan memberi obat penawar bosan, misal dengan memikirkan hal yang menyenangkan.

Tidak mungkin emosi tanpa melalui otak, Apa berarti otak yang lebih dulu menangkap sinyal-sinyal emosi. Misal melalui kulit, dsb?
Menekan perasaan takut dengan pengaruh minuman. Mungkin berlaku juga. Tapi bagaimana dia bisa menekan perasaan takut. Minuman mempengaruhi otak. Lalu apa? Apa berarti perasaan takut (emosi) berada dalam otak?




Aktifitas di luar kontrol jiwa
Misal saat bermain alat musik, menari, (biasa yang berhubungan dengan gerakan fisik) lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan. Otak (bawah sadar) menggerakkan tubuh tanpa melalui jiwa dan bergerak atas dasar kebiasaan (di sinilah jiwa harusnya menghapus ingatan akan gerakan-gerakan yang tidak disukainya, pastinya tidak mudah).
Contoh utama dalam membawakan musik secara langsung (misal sambil diiringi nyanyian)(dalam proses latihan, adalah saat gerakan tubuh dikontrol oleh jiwa seutuhnya (kategori seutuhnya terbatas), inilah proses pembiasaannya itu). Lebih mudah mengetahui kesalahan-kesalahan kecil dalam nada daripada kesalahan dalam tarian. Dalam tarian, kesalahan kecil bisa ditutupi, misal dengan mengatakan kalau gerakannya memang begitu, (padahal gerakannya salah). Berarti dalam musik, ada kepastian dalam nada, apakah memang dari dulu begitu atau manusia yang menetapkan kepastian nada itu?
Memori otak jangka panjang. Saraf.
Saraf. Kata ini tidak teringat sama sekali. Apakah saraf berarti jalan dari emosi dari luar masuk melalui saraf dan diteruskan ke otak. Otak lalu meneruskannya ke jiwa? Nanti saja.
Dimanakah pusat emosi ini?
Apakah emosi di hati. Kenapa saat merasakan emosi, hati terasa bergetar?
Semakin tenang jiwa, semakin kecil emosi yang masuk atau semakin mudah mengontrol emosi. Karena kondisi jiwa yang berbeda dalam menghadapi keadaan yang sama, menghasilkan emosi yang berbeda. (meragukan)
Jangan-jangan orang gila itu orang yang saraf menghubungkan jiwa dengan otak sudah putus? Tidak mungkin melalui saraf, kalau saraf terbuat dari materi, berarti jiwa juga materi. Apa jiwa terdapat dalam gen? Tidak mungkin. Kalau gen manusia banyak, berarti jiwa manusia banyak. Atau mungkin yang dimaksud dengan orang gila itu karena penghubung antara jiwa dan otak sudah terganggu, rusak, hilang, putus. Tidak bisa dipastikan, tapi masuk akal. Berarti dalam orang gila, jiwanya masih tetap ada (dengan konsep hanya saat kematianlah, jiwa tidak lagi berada dalam tubuh) tapi tidak bisa mengungkapkan dirinya pada orang lain. Karena manusia pada umumnya, cuma bisa berinteraksi dengan manusia lain dengan apa yang disampaikan dirinya (sudah melalui proses dalam otak). Mungkin agak membingungkan, tapi maksudku begini, manusia cuma bisa "melihat" apa yang kita sampaikan dan lakukan, tapi tidak bagaimana jiwa kita yang sebenarnya. Kalaupun ada manusia yang bisa berkomunikasi dengan pikiran orang lain, ini tetap saja bukan menjadi jawaban, karena jiwa dalam otak manusia sudah bisa berbohong. Maksudku berkomunikasi dengan jiwa orang lain tanpa melalui otak, agaknya sangat mustahil, tapi aku pikirkan nanti.
Emosi milik tubuh? Naluri seks milik tubuh?
Saraf diibaratkan dengan selang air.

Jika emosi bisa mengendalikan otak (menguasai). Apa berarti cara kerja emosi seperti cara kerja jiwa? Atau emosi (perasaan) ini cuma cara tubuh menyampaikan kondisi tubuh ke otak.
Contoh: Saat manusia merasa lapar. Tubuh menyampaikan ke otak bahwa dia memerlukan energi. (ini tidak sepenuhnya benar). Cara penyampaian emosi ini ke otak melalui saraf (apa iya saraf terbuat dari materi seperti kulit?)(mengalir seperti air dalam selang)(berarti jika saraf terbuat dari materi, emosi juga terbuat dari materi khusus)(kalau tidak ada yang mau dialirkan, untuk apa dibuat selangnya?). Jika saraf seperti selang air, berarti ada kemungkinan kalau saraf juga tersumbat (misal, ada kotoran dalam selang) dan ini bisa mempengaruhi penyampaian emosi ke otak. (besar diameter selang juga berpengaruh)
Mungkin kesalahan besar aku mencoba merumuskan ini tanpa mengetahui lebih dulu cara kerja dan bagian-bagian otak.

Emosi yang tertinggal. Belum berdamai dengan masa lalu.

Ada 3 cara yang dilakukan manusia setelah menerima emosi.
- manusia menerima emosi dari luar lalu mengabaikannya (terlalu sering mengabaikan emosi individu tsb. akan menyebabkan berkurangnya kepekaan akan emosi tsb.)(belum bisa memutuskan apakah otak sebenarnya masih menerima emosi tsb. tapi tidak diteruskan ke jiwa atau tidak bisa diakses jiwa.)
- manusia menerima emosi dari luar, jiwa lalu menggunakan data tsb. untuk diolah dan dicari pemecahannya. Mungkin ini juga yang disebut bijaksana karena sesuatu yang bijaksanapun, merupakan keputusan tanpa mengabaikan emosi yang seharusnya.
- manusia menerima emosi, karena jiwa tidak sanggup mengontrolnya (mungkin karena sudah terbiasa melakukan hal yang sama untuk menerima emosi tsb.) (atau bisa jadi karena dia tidak menyadari bahwa jiwanya sanggup mengontrolnya,) (bisa jadi juga dia sering mengalah dengan emosi tsb. sehingga tanpa disadari menjadi spt. suatu hukum dalam dirinya) Aku selalu berpendapat bahwa pembiasaan merupakan faktor yang sangat penting dalam menanggapi emosi yang masuk.

Karena aku mulai memikirkan bahwa emosi adalah materi. Maka selain daripada memperbaiki akal. Ada baiknya juga memperbaiki emosi manusia.

Maksudku, bagaimana jika membedah emosi itu dan memperbaiki kerusakan-kerusakannya secara manual. Mungkin sedikit rumit, tapi bisa saja seperti itu.












KONSEP PENYESALAN

Penyesalan juga merupakan hal yang berguna bagi kehidupan manusia. Memang kebanyakan manusia menyesal setelah mengalaminya sendiri. Tentu saja karena manusia memang keras kepala.

Pastinya manusia yang hidupnya sempurna yang tidak pernah menyesal, atau terkadang manusia yang merasa bahwa hidupnya sempurna. Memang kenaifan dan kedewasaan seseorang bisa mempengaruhi hal ini. Tapi pasti suatu kenaifan manusia jika tidak mau mengakui hal ini.

Jadi bagaimana konsep penyesalan yang baik ini? Penyesalan itu selalu berhubungan dengan pemikiran manusia bahwa dirinya telah melakukan kesalahan. Penyesalan itu terjadi karena sebetulnya manusia berpikiran bahwa dirinya masih mempunyai pilihan lain, tapi dia mengambil pilihan yang salah (merugikan dalam kategori thd. masa depan). Kalau seseorang menyesal tetapi sebenarnya pilihan itu tidak ada, maka orang itu berlebihan.

Misal dengan contoh: AA menyesal karena dilahirkan di negara BBB, terlebih karena negara BBB adalah negara dunia ketiga, terlebih lagi terlahir dalam keluarga yang finansialnya lemah. Dia sebenarnya melakukan hal yang bodoh (tidak bijaksana), karena tidak ada manusia yang bisa memilih di mana dia dilahirkan, di keluarga mana dia dilahirkan, dsb.

Apakah manusia sudah menyadari adanya pilihan sebelum mengambil keputusan? Sebenarnya bisa YA bisa TIDAK. Bisa saja manusia itu terlambat menyadari adanya pilihan tersebut.


Saat pikiran sedang memikirkan emosi (misal malu) hal yang paling utama dilakukan adalah konsentrasi jiwa. Lalu mengambil tindakan. Jadi sebenarnya ketenangan adalah hal terbaik. Sulit sekali. Menurutku yang paling dasar adalah merubah hal yang menyebabkan






LANJUTAN AKAL DAN EMOSI MANUSIA


Sejak memulai karangan ini aku berpikiran bahwa akal dan emosional bukan hal yang sama. Kenapa aku bisa beranggapan begitu, karena ketika emosional muncul di otak (akal merasakan emosi), manusia mungkin cenderung melupakan dirinya yang sebenarnya. Emosional ini akan mengontrol otak dan yang paling seringnya; melakukan kesalahan.

Saat emosi sudah berlalu, kembali ke kondisi normal  manusia, berpikir dengan akal sehat,  manusia menjadi bingung kenapa hal itu bisa terjadi.
Jadi aku menjadikannya hal yang pasti; bahwa akal dan emosi itu bukan hal yang sama.

Tapi konsepku ini banyak menimbulkan pemikiran.
Contoh: bagaimana bentuk emosi itu, apakah emosi juga seperti akal. Kalau emosi berupa akal, berarti manusia memiliki 2 akal atau 2 otak.

Karena menurutku emosi tidak mungkin memiliki otak, berarti cara kerja emosi seperti sensor, dan sama halnya seperti akal; membutuhkan otak untuk menyampaikan dirinya.

Sebenarnya aku berpikiran, kalau emosi seperti sensor, berarti emosi ini berupa benda padat (materi), karena aku tidak pernah melihat sensor yang tidak berwujud. Memang sensor (materi) ini kemungkinan dipengaruhi oleh materi ataupun energi.






KALAU AKU BELUM PERNAH MERASAKANNYA, BAGAIMANA MUNGKIN AKU MERASAKANNYA.






Ataukah jiwa ini cuma istilah untuk cara otak membawakan dirinya. Tidak. Aku sekarang berpikiran kalau jiwa ini adalah satu bagian dari otak. Jika salah satu bagian dari otak berfungsi sebagai tempat menyimpan data. Yang sering kita sebut jiwa ini adalah pusat kontrol otak (seperti ruang kontrol utama)(sesuatu yang ada dalam keadaan sadar)(yang berpikir). Jadi jiwa ini bagian dari otak itu sendiri.

Pemikiranku kalau dalam tertidur, manusia sedang dalam mode perasaan(dalam kontrol perasaan), bukan dalam kontrol jiwa. Kenapa kebanyakan orang tidak bisa melawan rasa kantuknya? Karena jiwanya kalah dengan perasaannya. Menurutku jiwa manusia bisa saja tidak tidur sampai akhir hayatnya, tapi pastinya tubuh manusia tidak akan sanggup. Ini bukan berarti jiwa manusia tidak ingin tidur, jiwa yang cerdas pasti ingin tidur pada waktunya, untuk menjaga kondisi tubuhnya supaya bisa beraktifitas dengan baik. (Mungkin orang-orang kedokteran bisa menjelaskan pengaruh tidur dengan kondisi tubuh). Jadi saat bangun, manusia berada dalam kontrol emosi atau kontrol jiwa? Aku rasa ini bisa keduanya, tergantung kebiasaan, tujuan, kondisi dan keadaan orang tersebut. (Ini masih panjang)
Ini menimbulkan pemikiran baru spt bahwa tujuan itu bukan milik jiwa dan emosi, tapi milik bersama, tapi dalam kontrol jiwa, manusia itu benar-benar terfokus, sedang dalam kontrol emosi (spt pada konsep awal), emosi itu cenderung memikirkan tentang dirinya, sehingga tujuannya jadi tersamar, bahkan terlupakan.

Keberadaan orang lain selalu memberi tekanan pada diri seseorang. Bahkan hanya dalam khayalan.

Akal sehat (rasio): berpikiran jernih tanpa keberpihakan terhadap perasaan tertentu.

Seputar tentang kecanduan
Apakah kecanduan itu? Apakah benar bahwa ada zat-zat tertentu yang menyebabkan orang kecanduan, atau semua hal bisa menyebabkan kecanduan, tergantung bagaimana pandangan orang tersebut akan hal itu? Berarti kecanduan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia secara berulang-ulang, dan kegiatan itu merupakan hal yang di luar aktifitas normal manusia. Jadi apakah kalau manusia itu kecanduan, otak yang sedang kecanduan ataukah jiwa manusia itu yang kecanduan?

Jika kamu terjatuh berkali-kali, selagi kamu masih hidup, sangat tidak mungkin pengalaman kamu tentang jatuh tidak bertambah. (Salah satu masalah terberatnya adalah bahwa banyak orang tidak sadar dirinya sedang terjatuh)
Salah satu buah yang baik dari kedisiplinan adalah gerakan/tindakan yang dilakukan tanpa kontrol jiwa (gerakan tanpa sadar).
Aktifitas otak bawah sadar.


Menurutku, alam otak sadar manusia bekerja sesuai dengan data yang pernah diterimanya dan untuk keadaan tertentu karena kebiasaan yang kita lakukan.

Bukan selalu berarti tidak cerdas jika seseorang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungannya, karena manusia punya kemampuan yang lebih cerdas lagi yaitu membuat lingkungannya beradaptasi terhadap dirinya.



KESEPIAN ADALAH PERASAAN KARENA AKAL (?)
Bisakah jiwa merasa kesepian? Memang tergantung dari arti dari kesepian itu. Tapi pada dasarnya aku beranggapan bahwa jiwa tidak merasa kesepian. Tapi ada baiknya nanti kujelaskan lebih dalam tentang ini. Sebenarnya jawaban ini bisa ya dan bisa tidak. Dan keduanya sama-sama benar.
Tapi muncul pemikiran baru, apakah hewan bisa juga merasa kesepian?


Tidak baik menekan keberanian dengan memunculkan rasa ketakutan. Apakah ini berarti manusia menciptakan sendiri rasa takutnya? Ini pernyataan yang salah.

Seputar akumulasi dari dua (atau lebih) perasaan

Tidak mungkin emosi diketahui manusia tanpa melalui otak.
Berarti sebenarnya tubuh manusia bisa bergerak sendiri tanpa kontrol jiwa. Tapi apakah mungkin tubuh manusia bisa bergerak sendiri tanpa kontrol otak. Berarti masih banyak bagian otak yang belum mampu (atau memang tidak bisa) dikontrol jiwa.

Aku sedang memikirkan kalau jiwa tidak bisa secara langsung menghilangkan emosi yang sudah mendarah daging (emosi dominan) hanya dengan memberikan perintah(bisa jadi yang sering disebut sebagai sifat) terutama saat menerima tekanan langsung dari penyebab utama munculnya emosi itu. Memang sangat mungkin bagi jiwa menekannya (tapi saat tekanan dari jiwa hilang), emosi itu muncul lagi selagi kondisi (keadaan yang memunculkan emosi tsb masih terasa). Jadi melawan emosi dominan dengan konsentrasi di jiwa tidak terlalu baik (bahkan menurutku lebih besar peluang gagal). Cara paling baik itu mungkin dengan keteguhan hati, merubah pandangan hati tentang hal tersebut atau dengan cara kembali ke masa lalu di mana pandangan hati akan "hal" tersebut muncul.
Bagaimana caranya berkonsentrasi jika emosi itu sudah memenuhi pikiran (memang mungkin ini tergantung kepada kecepatan dan tingkat konsentrasi seseorang). Dan juga ada pengecualian jika otak sedang dalam mode konsentrasi, mungkin emosi ini sulit masuk mengambil alih.

Apa maksud dari keteguhan hati? Apa pengaruh hati dalam urusan ini? Apa pengaruh emosi ke hati? Apa pengaruh hati ke tubuh?


Apakah keinginan manusia untuk menyakiti makhluk lain sudah menjadi bawaan lahir dalam diri manusia??



Menutupi emosi dengan memunculkan emosi lain. Misal dalam keadaan emosi bosan. Jiwa mencoba menutupi / mengurangi kebosanan dengan memberi obat penawar bosan yaitu menyenangkan, misal dengan cara memikirkan hal-hal yang menyenangkan. Keberhasilan dari cara ini tergantung dari besarnya kebosanan itu dan seberapa mampu otak menggambarkan hal-hal yang menyenangkan itu (aku beranggapan bahwa memikirkan hal-hal menyenangkan masih kalah kuat dibandingkan dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan)(memang ini tergantung daripada kemampuan otak manusia tersebut dalam membayangkan hal-hal yang menyenangkan tersebut).
Berarti dalam menghadapi suatu tekanan emosi, adalah lebih baik dengan mengganti kondisi dari lingkungan itu sendiri. Memang ini tidak berlaku untuk semua hal, karena ada hal-hal tertentu yang harus dihadapi manusia. Timbul pemikiran bahwa sebenarnya manusia itu yang menciptakan tekanan dalam dirinya.

Apakah mungkin jika jiwa dan perasaan (emosi) seseorang berbeda sangat jauh (bertolak belakang)? Aku pikir semua orang mengetahui ini, tentu saja hal ini sangat mungkin, terutama dalam hal-hal tertentu. Tapi jika ada orang yang jiwa dan perasaannya selalu bertolak belakang, sudah pasti tidak ada keharmonisan dalam orang tersebut.

Kamu harus yakin akan sesuatu yang kamu yakini. Jika kamu selalu ragu satu ditambah satu sama dengan dua, suatu saat kamu akan lupa kalau satu ditambah satu itu sama dengan dua. Sama dengan pembiasaan untuk melakukan hal yang benar. Jika kamu membiasakan sesuatu yang salah, (meskipun kamu awalnya tau kalau hal itu salah) suatu saat kamu akan lupa mana yang benar dan mana yang salah. Bukan tidak mungkin kamu akan yakin kalau yang salah itulah yang benar, dan sebaliknya.

Apakah benar kalau dalam tidur itu berarti manusia dalam kontrol emosi (kalau berada dalam kontrol emosi berarti manusia itu tidur dalam kesadaran)(dengan konsep bahwa emosi sama dengan jiwa yaitu cuma bisa muncul di bagian otak kesadaran)(dan kalau tidur dalam kondisi kesadaran (sadar), adalah tidak tepat jika kita menyebutnya sebagai tidur). Jadi kita harus menolak konsep bahwa manusia itu tidur dalam kontrol emosi.(tapi ini tidak berarti kita harus menolak konsep bahwa manusia tidur karena emosi). Atau sebenarnya saat tidur manusia itu sedang berada di luar kesadaran (kondisi bawah sadar).
Apakah benar kalau emosi cuma bisa muncul di bagian otak kesadaran? Ataukah ini cuma istilah bagi emosi yang berupa perasaan, dan tidak termasuk emosi yang diterima tubuh.


Jika pernyataan bahwa kerja jantung diatur oleh otak adalah benar, berarti bahkan saat manusia tertidur, otak masih bekerja (karena pastinya jantung masih bekerja). Dan jika saat manusia tertidur otak masih bekerja, berarti seluruh aktifitas manusia (gerakan tubuh) diatur oleh otak.

Apa sebenarnya otak bawah sadar manusia itu, apakah itu adalah cuma otak sadar manusia pada saat tidak dikontrol jiwa (dan emosi). Maksudku di sini, otak sadar dan bawah sadar itu sebenarnya satu bagian yang sama. Cuma yang sering disebut dengan otak bawah sadar itu adalah otak sadar itu sendiri ketika sedang tidak dikontrol jiwa. (Bahasa mudahnya otak sadar itu sama dengan otak bawah sadar.)
Aku pasti tidak punya dasar menyimpulkan ini.
Memang aku beranggapan bahwa bagian otak bawah sadar manusia lebih besar daripada otak sadar karena banyaknya kinerja, gerakan, aktifitas, tindakan  manusia yang didasarkan atas kinerja otak bawah sadar.
Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa otak sadar manusia bisa bertambah besar (bagian otak yang dapat dikontrol jiwa), dengan syarat bahwa kapasitas (ruang / luas) otak bawah sadar menjadi berkurang. Ini juga hanya didasarkan dengan anggapan bahwa kapasitas (besarnya) otak manusia tidak dapat bertambah besar (dalam artian tertentu).
Maksudnya begini, misal pada awalnya manusia A memiliki kontrol otak sadar sebanyak 200, dan otak bawah sadar sebanyak 800. Dan pada saat si A mampu meningkatkan kontrol otak sadarnya menjadi 250, maka otak bawah sadar A menjadi 750.

Jadi pada saat tidur manusia bukan berada dalam kontrol emosi, tapi dalam kondisi otak bawah sadar. Memang tidak meragukan jika dikatakan bahwa manusia tidur karena emosi (perasaan) ngantuk (emosi tubuh saat dia menginginkan istirahat). Timbul pemikiran apakah sebenarnya emosi manusia itu muncul dalam otak bawah sadar manusia. Dan jika benar, maka emosi manusia itu muncul karena pembiasaan, kenangan (pengalaman), entah ini hanya berpengaruh untuk emosi oleh tubuh, atau juga berpengaruh pada emosi (perasaan).
Kembali ke EMOSI TUBUH karena pembiasaan dan pengalaman. Apakah memang benar ini karena proses pembiasaan semata, ataukah hal ini memang tersurat dalam otak bawah sadar manusia. Aku pikir jawaban paling mungkin itu adalah emosi tubuh memang sudah terdaftar (terprogram) dalam otak bawah sadar manusia. Kita sebut saja emosi ini berupa tombol-tombol, dan rangsanganlah yang menekannya. Memang pembiasaan dan keinginan jiwa dapat mengurangi atau mempengaruhi kepekaan dan dampak yang ditimbulkannya.



Atau jangan-jangan perasaan tidak berbicara apa-apa. Akal cuma mengartikan pengertian dari getaran-getaran emosi dengan acuan pada kondisi. Jika berdasarkan konsep ini, maka akan ada kemungkinan terjadinya kesalahartian akal akan emosi yang sedang dialaminya. Aku belum bisa memastikan ini untuk saat ini.









Karena emosi itu berupa tombol di bawah sadar dan untuk penyampaiannya ke jiwa harus melalui proses pengartian oleh jiwa. Dan adanya banyak kemungkinan emosi yang diterima olehnya disalahartikan oleh jiwanya. Proses pembiasaan menciptakan ingatan dalam otak bawah sadar (mendapat rangsangan A berarti emosi A), padahal emosinya itu salah arti dari awal. (tidak sesuai dengan konteks umum/pandangan universal) (membingungkan, nanti saja)
 


Aku menolak konsep penyembuhan jiwa karena pada dasarnya jiwa tidak bisa sakit (jiwa tidak memiliki perasaan)(menurut pendapatku). Bagaimana dengan istilah-istilah 'sakit jiwa', 'jiwaku sakit', dsb. Itu cuma perasaan manusia itu saja, mereka sedang percaya bahwa jiwa mereka sakit. Ini juga mengacu atas anggapan umum bahwa manusia tersebut dikatakan sakit jiwa jika tidak berbuat hal yang sesuai dengan pandangan pada umumnya. Tapi menurutku, jiwa tidak bisa merasa sakit, karena jiwa adalah sekumpulan pandangan, gambaran, keinginan dan pemikiran manusia tersebut, dan ini pasti (menurutku). Dan ini menimbulkan banyak pertanyaan, misal jiwa itu terkumpul dalam suatu 'ruangan' dalam otak manusia, apa saja isi dari 'ruangan' itu. Apakah dalam ruangan itu terdapat zat atau materi atau atom khusus? Bagaimana jika hal tersebut ada, dan dipindahkan ke 'ruangan' milik orang lain, apakah akan menghasilkan jiwa yang sama? 

Yang lebih masuk akal itu, tubuh orang itu yang sakit. Bukan tubuh fisik dari luka luar. Tapi lebih ketidakpuasan tubuh,  otak bawah sadar mungkin menyampaikan respon-respon kpd tubuh.




Maksudku di sini, manusia hidup dengan gambaran akan dirinya, tetapi selalu ada saja kejadian-kejadian yang menyentak pikiran manusia yang menyadarkan akan dirinya sesungguhnya. (Kejadian-kejadian ini bisa menyentak tanpa harus tergantung pada keterbukaan pikiran manusia tsb, tapi pastinya jika manusia tsb membuka pikirannya, maka makin lebih banyak kejadian-kejadian yang mengejutkannya) Tapi ini tidak berarti apa-apa,  yang paling penting itu adalah respon / tanggapan kita akan kejadian-kejadian tersebut. Apakah kita menerimanya dan memikirkannya ataupun mengabaikannya.











KONSEP KEINGINAN AKAL YANG KUAT TIDAK MENCIPTAKAN REALITAS

Keinginan akal manusia tidak mungkin merubah realitas material di luar manusia tsb.

Jika semua manusia mempunyai keinginan akal. Dan jika setiap manusia bisa merubah dunia realitas sesuka keinginannya. Maka Bumi yang bulat ini bisa saja berubah bentuk menjadi segitiga, persegi, jajargenjang, trapesium tiap detiknya.Atau dengan kata lain, semua manusia akan menjadi Tuhan.

Dengan ini aku menolak akan adanya kemampuan telekinetis. Memangnya siapa manusia yang sudah membuktikan telekinetis?

Aku sangat ingin mengatakan sebaiknya manusia diajarkan untuk tidak berpikiran dengan konsep-konsep yang tidak masuk akal.





PENGARUH KEINGINAN PIKIRAN BAWAH SADAR MANUSIA TERHADAP REALITAS

Menurutku keinginan pikiran bawah sadar manusia sama sekali tidak mungkin bisa merubah dunia realitas ataupun hal-hal di luar dirinya (spt manusia lain). Tapi pendapatku ini bukan merupakan kenyataan dalam dunia ini, karena sebenarnya aku juga masih menyisakan sedikit kemungkinan dalam hal ini.

Misal dengan contoh, bisakah kemampuan pikiran bawah sadarku bisa membuat artis Korea memikirkan tentangku? Memang aku bisa membayangkan tentang artis Korea karena aku bisa melihat foto, video, dsb. Tapi jelas dia tidak akan pernah memikirkan tentang diriku.

Jadi konsep-konsep spt dengan keinginan bawah sadar yang kuat (?) bisa membuat orang lain merasakan hal yang sama (tentang kita) itu cuma bisa terjadi karena memang kondisinya memungkinkan yaitu mereka kenal atau mengetahui tentang kita (keterkondisian tertentu).

Mungkin malah bukan keinginan kita yang membuat dia mengingat kita. Lebih masuk akal kalau dikatakan itu merupakan keinginan dirinya sendiri. Tapi memikirkan orang lain saat orang tersebut memikirkan kita (tanpa adanya hubungan sebab-akibat) jelas bisa dikategorikan sebagai peristiwa kebetulan.

Dan sulit membayangkan semua pikiran bawah sadar kita akan selalu menjadi realitas dalam dunia. Memang ada kemungkinan untuk terjadi, inilah yang aku sebut sebagai salah satu peristiwa kebetulan. Dan semua peristiwa kebetulan ini tidak bertentangan dengan hukum alam.


MANUSIA BUKANLAH APA YANG PERASAAN MEREKA GAMBARKAN TENTANG DIRINYA. TAPI APA YANG MEREKA LAKUKAN KARENA PERASAANNYA.



Apakah mustahil untuk berpikir tanpa kesadaran? Maksudnya apakah saat manusia pingsan, manusia bisa berpikir? Jika mustahil, berarti pikiran cuma bisa diakses melalui kesadaran dan berarti kesadaran manusia memiliki tingkatan-tingkatan.
Berarti berpikir sama kondisinya dengan belajar, cuma dalam memasukkan data ke otak (memori) tidak usah dikategorikan sebagai berpikir. Dan berpikir sebaiknya dimaksudkan bagi kegiatan sebagai proses pencarian jawaban, pengolahan data untuk mencari kesimpulan, sebagai proses pencarian jalan dalam menghadapi suatu kondisi.

Apakah kontrol otak manusia pada terletak pada dasar . Maksudku besarnya persentase luas penggunaan otak dari luas otak secara keseluruhan. Dan mampu lagi memasuki memori otak (tempat otak menyimpan data). Jadi hanya dengan tingkat otak sadar yang sekian persen dan memasuki memori. Jadi kemungkinan kontrol sadar itu sangat kecil, mungkin hanya 1% dari kemampuan otak sesungguhnya. Apakah di sini


Nampaknya aku tidak mempermudah satupun dari ini, malah memperumit. Apakah memang emosi memang bisa mengontrol otak? Tidak mungkin. Jadi bagaimana yang sebenarnya?


Apakah emosi itu tersimpan dalam satu ruangan saja, atau terdiri dari banyak ruangan?
Bagaimana pengaruh sebenarnya antara emosi dan hati?

Aku sangat sependapat dengan kata-kata, "Manusia sebaiknya mencari sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya." Karena hasil yang sama bisa saja berasal dari kondisi yang berbeda, dan kondisi yang sama bisa menghasilkan hal yang berbeda. Karena banyaknya faktor-faktor lain di antara kedua hal itu.

Aku pikir bagian-bagian otak mengolah sesuatu itu bersifat tetap (tidak berpindah-pindah). Maksudku begini, misal seseorang sedang kondisi konsentrasi akan tujuan, otak yang aktif berada di depan. Jika seseorang dalam kondisi mengingat, otak yang aktif berada di bagian kanan belakang, jika seseorang sedang menghitung otak yang sedang bekerja otak kiri bagian atas. Cuma misalnya. Maksudku mode berpikir seseorang menentukan bagian mana otaknya sedang aktif.  Dan berarti jiwa itu bukan ruangan, tapi sesuatu yang di dalam ruangan itu.

Jadi kepikiran kalau IQ itu jangan-jangan berada di otak bawah sadar manusia. Yaitu bagian yang tidak dikontrol manusia. Ini tidak mungkin, aku yang sekarang berpendapat bahwa IQ lebih tergantung dari memori manusia (terutama untuk memori yang sering digunakan), kejelian mata seseorang dan pengalaman seseorang (mungkin pengalaman bisa juga dikategorikan sebagai memori). Tapi bisa juga berarti kecepatan dan ketelitian seseorang dalam melihat dan memecahkan masalah (terutama masalah yang tidak melibatkan perasaan).


OTAK SADAR DAN BAWAH SADAR MANUSIA

Dalam diri manusia (otak), bagian yang aktif saat hidup disebut kesadaran.  Dan di luar itu adalah otak bawah sadar, atau bisa disebutkan bahwa otak bawah sadar itu bagian yang SEDANG TIDAK DIGUNAKAN. Otak sadar dan otak bawah sadar ini, terdapat di dalam satu kesatuan, yaitu otak. Otak sadar manusia terbuat materi yaitu memiliki wujud, bisa dilihat dan memiliki massa. Begitu juga dengan dunia. Bagian dari dunia yang bisa ditangkap indra ibarat kesadaran, yaitu cuma sebagian kecil dari dunia. Mungkin saja dunia -dunia ini(dengan perbandingan dengan manusia yang hidup dalam dunia) hidup dalam dunia lain yang lebih luas, mungkin ini yang dinamakan Tuhan. Berarti manusia hidup dalam diri Tuhan, dan manusia juga bisa merubah Tuhan. Dengan pandangan bahwa manusia bisa merubah dunia. Tapi yang berubah di sini adalah sesuatu yang mirip dengan .... . Tapi hukum-hukum dalam dunia tidak dapat dirubah manusia. Dan berarti juga hukum-hukum dalam Tuhan tidak dapat dirubah manusia. Berarti ini sedang menyamakan Tuhan sebagai manusia. Cuma teori. Aku juga tidak percaya hal ini.


Kualitas hanya terdapat dalam subjek, meskipun disebabkan oleh atom-atom dalam subjek -- dalam objek hanya terdapat kuantitas. Bagaimana cara menjelaskan ini? Bagaimana dengan narkotika dalam mempengaruhi subjek?

Ini mungkin lebih seperti pengaruh suatu zat dalam substansi dalam mempengaruhi suatu materi -- bukan berupa kualitas di dalam suatu materi. Karena zat dalam suatu materi (substansi) adalah di luar kontrol manusia, atau bahasa umumnya adalah bukan urusan manusia (pada awalnya). Manusia tidak menentukan apa yang dikandung oleh substansi tersebut. Tetapi adalah sangat mungkin bahwa satu zat mempunyai dampak jika digabungkankan (dihubungkan) dengan substansi lain.




Ego dapat menggantikan ketidaksadaran, jika akal dapat membuktikan adanya Tuhan. Maksudku dalam kondisi tertentu dapat dikatakan bahwa ego dapat menggantikan ketidaksadaran. Tetapi ini hanya bisa terjadi dalam pandangan khusus. Untuk pandangan umum, tidak mungkin ego bisa mempengaruhi ketidaksadaran. Ketidaksadaran selalu memberontak untuk menggantikan ego. Hanya dengan mengontrol ego, manusia bisa mengontrol ketidaksadaran.
Tidak ada satu manusia pun punya ego yang tidak berubah. Harusnya ego digunakan sesuai dengan kepentingan manusia tersebut. Sehingga ego sangat tergantung dari keinginan. Keinginan orang tersebut mempertahankan egonya sehingga egonya tidak berubah. Tetapi ego tetap saja bisa berubah. Pendasaran ego manusia kebanyakan sangat berdasarkan pengalaman dan ide jiwanya. Atau bahkan ego itu merupakan ide jiwa dari manusia tsb.


Hubungan pikiran manusia dengan tubuh manusia, sama dengan hubungan Tuhan dengan alam. Aku lebih cenderung berpendapat bahwa pikiran adalah sama cara kerjanya dengan hukum alam. Maksudku adalah bisa dihitung.

Aku juga menolak bahwa keberadaan Tuhan tidak bisa dibuktikan dengan pengalaman. Keberadaan makhluk-makhluk gaib sudah membuktikan bahwa Tuhan adalah ada. Meskipun ini sangat bergantung dengan pengalaman.

Menurutku manusia tidak dapat hidup tanpa mengisi hatinya dengan keyakinan. Baik itu yakin untuk tidak yakin, yakin untuk ragu, dan yakin untuk yakin. Yang sedikit mengganjal di sini adalah aku terlalu menyamakan yakin untuk ragu dengan keragu-raguan.

Memang menurutku ada sedikit perbedaan di sini;
* yakin untuk ragu adalah menegaskan dirinya bahwa dia ragu
* keragu-raguan adalah kondisi ragu-ragu atau tidak memiliki kepastian, dan ini adalah kondisi yang berbahaya, sebab berpeluang besar menjadi penyebab kegagalan.


Aku ingin mengutip sedikit; JANGAN MEYAKINI APA YANG ANDA RAGUKAN. TETAPI RAGUKANLAH APA YANG ANDA YAKINI SEHINGGA KEYAKINAN ANDA BERTAMBAH. SEBAB MANUSIA ADALAH LEMAH TANPA KEYAKINAN.

Hati = kondisi akal dan perasaan ke tubuh



PENGARUH EMOSI KE HATI

Kenapa saat merasakan suatu (emosi), memikirkan sesuatu, atau setelah melakukan tindakan (biasanya yang sebenarnya kita anggap salah), kita merasakan getaran di dada atau yang biasa disebut di hati? Jadi apakah fungsi hati di sini? Apakah getaran di hati menunjukkan kalau kita melakukan kesalahan?
Aku akan menjawab dengan cepat. Aku pikir fungsi hati di sini hanya sebagai penyampai pesan bahwa sebenarnya pemikiran kita masih belum bersesuaian dengan pandangan kita. Jadi setelah kita melakukan suatu tindakan misalnya, hati kita terasa tergetar, sebenarnya tindakan kita itu belum seutuhnya bersesuaian dengan pandangan kita.
Seperti pada saat kita ingat akan keteguhan hati; yang hampir sama dengan kesamaan antara perkataan dengan pemikiran. Dan menurutku, perkataan yang diucapkan dengan keteguhan hati akan menyebabkan getaran pada orang lain (lawan bicara).
Jika kita ingin misalnya ingin berubah dan ingin tau apakah diri kita sebenarnya sudah berubah (pandangan sudah berubah), cara paling gampang adalah dengan menghadapi langsung situasinya dan merasakan getaran pada hati kita.
Aku juga berpendapat bahwa pandangan dan kebiasaan seseorang bisa sangat mempengaruhi fungsi hati ini. Maksudku begini, jika seseorang berbohong, akan terjadi pengingkaran terhadap data yang sebenarnya. Dan pada awalnya pengingkaran ini masih terasa di hati (menimbulkan getaran di hati). Tetapi membiasakan diri untuk berbohong menyebabkan diri tidak menyadari lagi bahwa dirinya berbohong. Dan hati tidak lagi bereaksi (menimbulkan getaran). Dan menurutku ada benarnya jika lama kelamaan (melakukan banyak kebohongan)(terutama untuk jangka panjang), manusia tersebut jadi tidak tau lagi mana yang sebenarnya telah terjadi.
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin ku jelaskan di sini. Tapi ada sedikit gangguan saat ini.
Biarpun aku menjelaskan banyak tentang jiwa dan perasaan. Banyak hal yang tidak kumengerti di sini. Apakah tujuan dari keberadaan perasaan ini? Apakah perasaan cuma berguna pada awalnya (masa pembelajaran manusia akan lingkungan terkecilnya). Dan lalu pada akhirnya harus disingkirkan? Karena pada kenyataannya, manusia tidak akan bisa hidup dengan perasaan, dan perasaan tidak memberikan apa-apa selain kebodohan dan penderitaan.
Dan pada masa selanjutnya, keputusan bisa diambil dengan mengandalkan jiwa yaitu pikiran. Karena manusia sudah bisa membayangkan kejadian dengan kondisi.
Jika konsep ini benar, jadi tujuan utama perasaan ini adalah sesuatu yang untuk dipelajari untuk diabaikan. Dan
Memang kehidupan ini menyedihkan, setelah menerima semua kepahitan dan rasa sakit, manusia harus tetap hidup dengan menanggung deritanya. Menurutku manusia bukan harus hidup untuk menanggung semua rasa sakitnya. Tapi manusia harus menekan semua rasa sakitnya untuk tetap hidup.

Menurutku, bukan berpikir yang bisa membuat manusia menjadi "gila". Tapi berpikir dengan tekanan perasaannya. Atau perasaan saat manusia itu berpikirlah yang menyebabkannya.

Perasaan dan keinginan manusia akan kebenaran tertinggi itu adalah sesuatu yang muluk-muluk. Karena pada kenyataannya, kebenaran itu hanyalah sesuatu yang sesuai dengan jamannya.





PEMBAHASAN MENGENAI SIFAT


Menurutku, sifat adalah ciri yang melekat dalam suatu ide.

Maksudku;
- ide panas menggambarkan hal yang panas
- ide dingin menggambarkan hal yang dingin
- ide marah menggambarkan hal yang marah



Sifat ini juga bersifat subjektif dan objektif. Karena kata; SIFAT ini sendiri memang menggambarkan dua hal, yaitu menggambarkan ide tersebut dan menggambarkan substansi tersebut. Dan sifat ini tidak dapat berdiri tunggal. Karena jika dia tunggal, dia hanya berarti ide.

Maksudku spt;
- malas
- panas
- bosan

Dia hanya jadi berarti jika ada substansi (subjek) yang mengenainya. Dengan kata lain, sifat ini terdapat dalam substansi tersebut.

Karena sifat dapat berupa penilaian yang bersifat subjektif, berarti sifat bisa digambarkan subjek tersebut berdasarkan sudut pandangnya. Atau dengan kata lain, penilaian sifat diberikan oleh subjek, berdasarkan pengamatannya. Untuk pengamatan yang berbeda, bisa menyimpulkan sifat yang berbeda.

Dan dikatakan sifat bersifat objektif, karena memang sifat ini sendiri sudah digambarkan manusia melekat dalam objek tersebut. Jadi sifat ini tetap berada dalam objek tersebut, sampai objek tersebut berubah.
Maksudku lebih mirip kepada, sifat itu cuma menggambarkan keadaan ketika substansi tersebut ketika memiliki sifat tersebut.

Sifat suatu substansi itu tidaklah mutlak.Tapi ide SIFAT itu menggambarkan sesuatu yang mutlak. Dengan kata lain, substansinya yang berubah, sehingga menghasilkan sifat yang berbeda.

Mungkin pada suatu kesempatan, ada substansi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh suatu sifat tertentu. Tapi aku belum memikirkan sejauh itu.


Jadi karena kata; SIFAT ini pembahasannya cukup luas. Jadi kita persingkat saja untuk pembahasan yang berhubungan dengan manusia, akal, jiwa, dan emosi. 
 
Sebenarnya aku tidak begitu tertarik dengan pembahasan sifat ini. Karena menurutku, SEMUA SIFAT MANUSIA SUDAH MELEKAT DALAM DIRI MANUSIA. Jadi menurutku semua manusia memiliki semua sifat-sifat manusia; baik dan buruk dalam dirinya.

Kebanyakan menurutku, akal manusia tersebut yang menyebabkan perbedaannya. Sifat itu digambarkan atas dasar keseringan. Jadi penentuan sifat dipengaruhi kebiasaan. Jika kebiasaan berubah, tentu saja sifat itu berubah. (sifat yang berubah sebenarnya lebih pantas dikatakan sebagai sifat yang berbeda)

Atau dengan kata lain, keinginan dan pembiasaan yang menyebabkan hal tersebut menjadi DOMINAN.

Berarti, masalah sifat manusia cuma masalah pembiasaan manusia tersebut terhadap akal dan juga emosinya. Atau sifat-sifat manusia itu tercipta karena manusia tersebut memiliki akal dan juga tubuh.



Jadi aku ingin sedikit menjelaskan tentang sifat baik dan buruk dalam manusia.

Sebenarnya awalnya aku ingin mengatakan bahwa hanya sifat baik yang tertanam dalam diri manusia. Dan kondisi dari luar lah yang menyebabkan pembiasaan suatu sifat yang akan menjadi dominan.

Berarti ini menyatakan bahwa keadaan adalah faktor penyebab sifat dominan. Dan sepertinya kurang tepat.
Karena dengan dengan ini, aku secara otomatis sedang menyatakan bahwa semua sifat yang diciptakanNya adalah baik.

Dan sifat buruk itu adalah akibat dari kekurangan sifat baik. Seperti contoh;
- Tuhan tidak menciptakan sifat malas, yang disebut malas itu hanya akibat dari kekurangan sifat rajin
- Tuhan tidak menciptakan sifat takut, yang disebut takut itu hanya akibat dari kekurangan sifat berani

Tapi menurutku ini tidak terlalu benar. Karena menurutku Tuhan itu sendiri yang menciptakan yang tidak baik itu.Tapi ini akan menimbulkan pemikiran baru; KEBAIKAN DAN KEJAHATAN ADALAH BAIK UNTUK KEHIDUPAN MANUSIA

Atau bahasa lainnya; Tuhan menciptakan kebaikan dan kejahatan bertujuan untuk menciptakan keharmonisan. Karena dengan kebaikan sejati atau kejahatan sejati, manusia akan punah.

Point dari pandangan ini;
* Tuhan juga yang menciptakan kejahatan tsb.
* tujuan penciptaan kebaikan dan kejahatan sejatinya adalah untuk kebaikan (keharmonisan versi Tuhan)
 
Ini mungkin akan kubahas juga dibawah.

Dan karena menurutku pembahasan sifat manusia tidak ada kejelasannya, karena penilaian sifat manusia biasa dinilai dari apa yang tampak. Maka aku akan memasukkan kategori pembahasan sifat ke dalam pembahasan AKAL dan EMOSI.

Tapi pertanyaanku di sini; apakah pengertian "Semua sifat manusia tertanam dalam diri manusia" itu bermakna sebenarnya, atau bermakna kiasan?

Mungkin ini bermakna kiasan, karena yang tertanam itu menurutku lebih kepada naluri alami manusia. Dan apakah naluri alami manusia itu, bisa kita bahas belakangan.

Ini juga agar tidak bertentangan dengan pemikiran tentang TABULA RASA.



APAKAH SIFAT JIWA BERASAL DARI PERASAAN?

Sebenarnya aku kurang mengerti arti pertanyaan ini. Tapi mungkin sifat jiwa yang dimaksud di sini adalah sifat manusia tersebut. Dan kata; berasal juga agak kurang tepat, mungkin lebih tepat jika diganti menjadi; disebabkan oleh. Lagipula jika membahas sifat jiwa, aku hampir tidak bisa menjawabnya karena jiwa bersifat ide.

Dan jika membahas sifat manusia, seperti yang sudah aku katakan tadi, bahwa sifat manusia disebabkan oleh pengalaman, keinginan, perasaan dan juga emosinya.

Sifat manusia tercipta dari kondisi manusia dalam jangka waktu tertentu. Hal ini bisa disebabkan oleh pemasukan data berupa pengulangan. Dan bisa berubah karena sifat manusia tidak bersifat permanen.

Dalam bahasa umum, yang biasa disebut sifat manusia adalah cara manusia itu membawakan dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Bisa jadi sifat yang biasa ditampilkannya itu bukan diri manusia itu sebenarnya. Karena manusia bisa saja berbohong.

Dan untuk merubahnya secara instan mungkin tidak mudah. Mungkin karena pembiasaan. Dan merubahnya juga dengan pembiasaan.

 Jika ingin menampilkan kata sifat jiwa, berarti hampir sama dengan pengertian keinginan yang dimunculkan akal akan sifat-sifat (ciri-ciri) milik ide jiwanya. Atau sifat jiwa ini hanya terjadi dalam alam pikiran manusia.

Tapi menurutku, menanyakan bagaimana sifat (ciri) jiwa ini hampir sama dengan menanyakan bagaimana sifat (ciri) dari naga.

KARENA SIFAT JIWA MANUSIA CUMA ANTARA DUA; RASIONALIS ATAU IDEALIS. LAINNYA HANYA TERLETAK DI ANTARANYA.


Tapi aku menemukan kelemahan dalam pernyataan tsb. Mungkin karena aku terlalu sulit membedakan antara rasionalis dengan idealis. Karena menurutku, ini bukan perbandingan yang sesuai.

Maksudku sebaiknya dibuat penyetaraan pembanding;
rasionalisme - realisme - budinisme; akalnisme - materialisme - idealisme (misal)

Dan juga terkadang sangat sulit membedakan mana hasil akal dan mana hasil perasaan. Karena keduanya menurutku sama saja dengan hasil akal, maka harusnya mereka berasal dari satu dasar yaitu brainisme. Atau mudahnya brainisme terbagi dua yaitu rasionalis (akal murni) dan budinisme (akal budi). (misal)



Karena jika tidak begitu, kesulitan-kesulitan yang sama akan selalu terulang-ulang di masa mendatang.



SEDIKIT PEMBAHASAN TENTANG IDE


Aku membalikkan konsep Plato dengan menyatakan bahwa setiap substansi mempunyai ide yang melekat di dalamnya. Karena menurutku, ide terbentuk dari realitas yang diterima indra manusia. Dan ide yang kumaksud di sini adalah ide yang berdiri sendiri. (ide tunggal)(ide simpel)

Memang sudut pandang pernyataanku ini berdasarkan sudut pandang realisme. Sedangkan Plato sedang masuk ke dalam dunia objek. Dengan kata lain, Plato menggambar saat dirinya sedang berada dalam objek ide tersebut.

Sebenarnya dua hal yang meragukan dalam kemutlakan suatu ide, yaitu;
* kemutlakan ide adalah pewarisan. Memang di sini yang diwariskan adalah bahasanya. Mungkin karena dunia realitas yang begitu luas.
* kemutlakan suatu ide adalah tergantung keberadaannya dalam alam realitas, maka dari itu, jika suatu ide sudah jarang ditemukan dan tidak diwariskan, ide tersebut bisa jadi akan punah

Salah satu masalah di sini adalah, apakah ide selalu berasal dari realitas? Ini sebenarnya hal yang membingungkan, karena penggunaan kata IDE memang untuk menggambar apa yang ada di alam pikiran manusia.

Jadi jawabannya;
- ide berasal dari realitas;
misal ide panas, dingin, keras, padat, cair - berupa sifat
misal kursi, kayu, besi, mobil, tv, radio - berupa benda

- ide tidak berasal dari realitas, lebih kepada angan-angan atau imajinasi manusia
misal naga bersayap, kuda pegasus, burung phoenix, mesin waktu, mobil terbang, dll

Jadi di sini sebenarnya harus dibedakan penggunaan kata IDE dengan IMAJINASI.

Ide yang aku maksudkan adalah lebih kepada suatu ciri, sifat, karakter yang dimiliki oleh substansi. Jadi kekekalan ide tsb adalah selama substansi tersebut ada.

Sedangkan yang lebih kepada imajinasi sebaiknya tidak usah aku bahas. Karena akan semakin mengambang. Memang ide yang tidak berasal dari realitas (imajinasi) adalah lebih kepada penambahan sesuatu ide baru dalam ide yang sudah ada, dan begitu seterusnya. Jadi pastinya ide tersebut sudah ada dalam realitas terlebih dahulu. 

Dengan ini juga akan timbul pemikiran; berarti kebenaran suatu ide adalah dapat dipertanyakan. Sebenarnya pemikiran ini membingungkanku. Tentu saja ide imajinasi suatu hal yang tidak (belum) nyata. Karena dalam alam pikiran manusia, semuanya bisa terjadi.


Seperti pada pertanyaan berikut;
- Apakah Tuhan menciptakan mobil?
Tuhan jelas tidak menciptakan mobil. Bahkan menurutku Tuhan tidak memikirkan ide tentang mobil pada awalnya. Ide mobil tercipta setelah mobil itu ada.
Tapi ini menimbulkan pertanyaan, darimana mobil tercipta kalau tidak ada ide mobil terlebih dahulu? Dari penggabungan ide-ide yang real (sebelumnya), spt ide roda, ide setir, ide kereta kuda, ide mesin, dll.







PEMBAHASAN HATI NURANI

TEORI AWAL

Awalnya aku memikirkan bahwa semua manusia memiliki hati nurani. Jadi menurut pemikiran ini, hati nurani adalah hal yang diwariskan (berupa fisik) dalam diri manusia. Tapi aku memikirkan, bagaimana bentuk hati nurani ini? Apakah sama seperti otak manusia? Apakah hati nurani ini bisa menyimpan data?

Karena awalnya aku pikir ini diwariskan dalam tubuh (fisik), berarti hati nurani ini berupa materi. 

Karena sering mendengar konsep bahwa anak kecil memiliki hati nurani yang bersih, jadi timbul pemikiran bahwa hati nurani ini seperti sebuah ruangan kosong (fisik).

Dan hati nurani ini cuma bisa berisi dengan dua hal; kebaikan dan kejahatan. Dan dua hal ini akan tetap hidup dalam ruangan tsb (tentu saja selagi manusia tsb hidup).

Tetapi perkembangan hati nurani ini tidak sama besar, seperti; mana yang lebih sering dipupuk dan diberi makan, hal tersebutlah yang akan menjadi dominan dalam diri manusia.


Tapi menurutku ini semua seperti suatu omong kosong. Tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan kepastian.



TEORI LANJUTAN

Karena menurutku teori di atas sedikit tidak masuk akal dan meragukan. Maka aku memunculkan konsep pemikiran lain.

Bahwa hati nurani adalah sesuatu yang terletak dalam otak manusia. Atau dengan kata lain hati nurani adalah sesuatu yang tersimpan dalam ingatan (memori) manusia.

Dengan pernyataan ini, aku sedang menyatakan bahwa hati nurani tidak diwariskan dalam fisik manusia. Jadi hati nurani adalah tidak dimiliki manusia sejak kelahirannya. Atau dengan kata lain, bayi tidak (belum) memiliki hati nurani. Terutama karena pada bayi, proses akal masih belum terlalu berkembang.

Karena hati nurani lebih kepada ingatan, maka hati nurani lebih dominan kepada sesuatu yang diajarkan dalam manusia. Dan karena hal ini berupa pengajaran, maka hati nurani tergantung kepada pengajar (orang tua, saudara, guru). Maka itu kebenaran dari hati nurani manusia (biasanya) adalah merupakan kebenaran (turun temurun) yang diakui secara umum atau bersifat universal.

Dan karena ini juga, kondisi (keadaan) masa kecil seseorang berpengaruh kepada tindakan dan cara pikirnya saat dewasa.


Dan pada kondisi selanjutnya, hati nurani ini lebih mirip kepada pembentuk moral pribadi individu tersebut.
Jadi dengan kata lain, hati nurani lebih kepada gambaran (ide) yang dihasilkan akal atas keinginan manusia tsb. Yaitu gambaran (ide) tentang sifat yang dimiliki jiwanya. 


Atau bahasa puitisnya; BAYANGAN AKAL AKAN GAMBARAN JIWA MEMBENTUK HATI NURANI.



Karena hati nurani atau moral pribadi ini tersimpan (terekam) dalam memori otak (bawah sadar) manusia, maka saat melakukan tindakan, manusia (mungkin) membandingkan tindakannya dengan moral pribadinya.

Dan saat melakukan tindakan yang bertentangan dengan moral pribadinya, hal ini yang menyebabkan ketidaktenangan dalam diri manusia.

Dan berdasarkan konsep ini, hati nurani merupakan hasil dari pemikiran manusia. Dan dengan merubah pandangan moral pribadi manusia, maka dapat merubah hati nurani manusia. Tapi menurutku ini bukan hal yang mudah dilakukan, butuh keinginan dan usaha yang keras untuk bisa melakukan hal ini.


Dalam penggambarannya,  kata hati nurani ini lebih ditekankan kepada hal-hal yang berupa kebaikan. Maksudku tujuan dari penggunaan istilah hati nurani ini hanya untuk hal yang bersifat baik, dan untuk hal yang buruk lebih ditekankan kepada kata tidak punya hati nurani. Hanya suatu trik psikologis.


Apakah dasar pembentukan hati nurani adalah; tidak ingin hal tersebut dilakukan pada diri kita?
Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan hati nurani ini, tapi bisa jadi begitu. Karena menurutku pembentukan hati nurani ini hampir mirip dengan pembentukan hukum moral individu.

Nanti aku juga akan membahas tentang hukum moral pribadi.




PENURUNAN SIFAT INDUK

KONDISI EMOSI IBU HAMIL DENGAN KANDUNGANNYA

Berhubungan dengan kondisi emosi seorang ibu dengan kandungannya mungkin bisa saja terjadi. Karena saat seseorang dalam kondisi emosi, misal fungsi-fungsi tubuhnya menjadi sedikit berubah. (Mungkin aku kurang mengerti menjelaskan maksud fungsi-fungsi tubuh ini, tapi aku yakin akan hal ini) Dan ini mungkin bisa dirasakan oleh janin. Tapi emosi-emosi ini manusia ini tidak diwariskan dalam darah sang janin. Meskipun aku cenderung menaruh kemungkinan lebih besar bahwa emosi makhluk adalah suatu pewarisan.
  Tapi bagaimana janin bisa merasakan emosi ibunya? Sebaiknya dipertimbangkan dengan jelas, apakah janin merasakan emosi dari ibunya atau merasakan perubahan kondisi fisik ibunya? Jika si janin bisa merasakan emosi si ibu, berarti sejak manusia dalam kandungan, manusia sudah memiliki kemampuan merasakan emosi. Apakah ini berarti sejak dalam kandungan manusia sudah memiliki emosi. Atau bayi cuma merasakan bahwa emosi lewat EMOSI TUBUH (karena berhubungan dengan fungsi-fungsi tubuh ibunya)(dan sesuai dengan anggapan bahwa EMOSI TUBUH itu diwariskan). Jadi harus diperjelas lebih lengkap tentang masalah ini.



PENURUNAN SIFAT INDUK

Apakah ada penurun sifat induk (hereditas) dalam hal kepribadian? Sebelum mulai memikirkan jawabannya tentu kita harus mengerti dulu sifat induk yang seperti apa yang dimaksud dalam pertanyaan di atas.

*Apakah sifat induk di atas berupa sifat emosi induk; marah, sedih, senang
* Apakah sifat induk di atas berupa sifat kepribadian induk; pemarah, pemurung, penyayang
* Apakah sifat induk di atas berupa naluri;
Ini pasti merupakan suatu pertanyaan besar. Tapi mencoba menjawab ini di bawah.

Tapi aku berpikiran lagi kalau pikiran tidak sama dengan tubuh (keinginan tubuh). Apa ini berarti tubuh mempunyai pikiran, dan dia menyampaikan pikiran ini ke jiwa melalui otak? Apakah semua perasaan merupakan keinginan tubuh? Atau maksud pertanyaan ini, apakah semua perasaan yang dimiliki manusia itu semata-mata karena manusia mempunyai tubuh? Perasaan (emosi) adalah berbeda dengan pikiran tubuh.
Pikiran tubuh adalah lebih mirip kepada kondisi tubuh secara nyata. Karena pikiran tubuh hanya bisa diketahui melalui akal, pikiran tubuh manusia bisa jadi salah diartikan oleh manusia tsb.

Tapi aku memikirkan suatu hal yang menarik, bahwa akal dan emosi adalah dua hal yang berbeda, yang terjadi dalam suatu alam. Alam tubuh manusia (makhluk). Emosi adalah bukan karena manusia memiliki tubuh, tapi karena manusia memiliki emosi (materi).

Jadi di sini aku memunculkan pemikiran bahwa TUBUH MANUSIA ADALAH ALAM REALITAS TERDEKAT DARI PIKIRAN MANUSIA.

Dari sini aku bisa membuat banyak teori-teori, beberapa yang paling menarik muncul dari pertanyaan;
* Alam tubuh di dalam alam realitas, apakah berarti alam realitas di dalam alam Tuhan
* Alam tubuh bisa merubah alam realitas, apakah berarti alam tubuh bisa merubah alam Tuhan
* Akal mengendalikan alam tubuh sendiri, apakah berarti ada pengendali (Tuhan) bagi alam realitas
* Alam realitas adalah satu, jika ada banyak alam realitas, maka akan banyak Tuhan
* Alam realitas manusia tidak hanya Bumi, jika hanya Bumi, maka sesuatu di luar Bumi adalah di luar kendali Tuhan
* Kalau akal bisa merubah alam tubuh (tanpa kontak langsung), berarti Tuhan bisa merubah alam realitas tanpa kontak langsung

Tapi tentu saja teori-teori ini cuma teori kosong yang tidak masuk akal.

PIKIRAN TUBUH MANUSIA ADALAH SAMA, AKAL MEREKA YANG MEMBEDAKANNYA.






PEMBAHASAN TENTANG MENTAL

Sebelumnya aku ingin menerangkan bahwa aku tidak punya pengetahuan ilmiah untuk membahas mental. Jadi aku hanya membahas sebatas pengetahuanku saja. Tapi ini kata sudah biasa kita dengar bukan?

Menurutku mental mungkin lebih mengarah kepada kesesuaian suatu individu terhadap jiwa, emosi dan tubuhnya. Atau mental ini lebih kepada kepribadian, yang berarti mental tercatat dalam otak manusia tersebut.

Dan aku selalu berpikiran, sesuatu yang berhubungan dengan otak manusia, pasti selalu berhubungan dengan kecerdasan manusia. Tapi ini bukan berarti bahwa otak yang cerdas selalu memiliki mental yang baik.

Otak yang cerdas lebih kepada akal. Dan akallah yang menggambarkan jiwa. Dan hubungan antara ketiganya adalah; kalau akal tidak mampu menggambar ide jiwa sesuai pandangan umum, maka umum akan mengganggap orang tersebut kelainan mental. Dan jika akal cukup cerdas, dia pasti ingin agar mentalnya sesuai keinginannya.

Penilaian tentang mental juga sebenarnya hanya berdasarkan kebiasaan atau hal yang dianggap normal oleh orang banyak. Jadi untuk tempat tertentu, takaran mental juga pasti berbeda-beda.

Mental juga mungkin hampir sama dengan jiwa (ide). Tapi mental ini lebih kepada kesesuaian antara ide jiwa, tubuh, emosi dengan memori yang tersimpan dalam otak individu tersebut.

Atau dalam pandangan umumnya, mental lebih kepada kondisi jiwa saat itu.

Karena memori yang tersimpan, mental lebih cenderung dipengaruhi oleh alam atau lingkungan. Karena itu kondisi lingkungan yang buruk bisa menyebabkan mental yang buruk. Dan  lingkungan yang paling banyak mempengaruhi, tentu saja lingkungan terdekat individu tsb.
 
Mungkin kemampuan akal bisa mempengaruhi mental adalah karena akal terjadi dalam kesadaran, dan mental lebih terfokus ke ingatan (otak bawah sadar). Tapi kondisi mental juga bisa mempengaruhi akal. Karena ketidaksesuaian akal tentang ide jiwanya dengan emosi (tubuh) menyebabkan tekanan-tekanan.

Tekanan-tekanan dari ketidaksesuaian ini mungkin yang menyebabkan kerusakan pada otak, yang akan mempengaruhi akal. Tapi aku tidak tahu ini secara pasti. Ini cuma perkiraan.

Tapi apakah jiwa dan mental sama-sama bisa berubah? Aku pikir ya, jiwa berubah karena pandangan akal, dan mental berubah karena keinginan jiwa. Tapi sebenarnya tetap dalam kuasa akal.

Jadi manakah yang lebih besar antara jiwa dan mental? Sebenarnya aku tidak mengerti arti pertanyaan ini.

Menurutku, ada sedikit ketidakjelasanku dalam penggambaran mental ini. Mungkin karena aku membawa banyak pandangan. Menurutku, salah satu yang menyebabkan ini adalah kata MENTAL sering dipakai untuk menggambarkan banyak hal yang memang berbeda. Tapi mungkin nanti kuperbaiki.

Contoh begini;
- apakah tujuan pembentukan ide mental ini sesuatu yang berhubungan untuk individu tsb?
- apakah tujuannya untuk penilaian orang lain untuk individu tsb
- apakah ide mental ini memang bermanfaat bagi kehidupan manusia



Apakah mental dan perasaan adalah hal yang sama? Tidak.
Akal memiliki potensi, sedangkan mental bersifat pasif. Mental juga dipakai sebagai istilah untuk menyatakan gambaran yang timbul dalam ingatan manusia. Kondisi akal dalam suatu waktu tertentu. Atau kondisi otak bawah sadar manusia.


Jiwa manusia memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu, perubahan jiwa itu sendiri yang mengakibatkan perubahan mental. (Sedikit menjurus dalam mental dalam artian perasaan, bawah sadar)
Dan karena itu semua jiwa berpotensi untuk menjadi baik. Tapi tidak semua jiwa nyata menjadi baik. Karena faktor perjalanan jiwa itu sendiri.
Sebagai contoh sederhana;
Semua telur ayam berpotensi menjadi ayam.
Tapi nyatanya tidak semua telur itu menjadi ayam.

Karena mungkin perjalanan dari telur itu sendiri, misal langsung digoreng, pecah saat dipindahkan, dimakan musang, terkena air, dll. (Di sini memang perjalanan lebih cenderung akibat faktor dari luar)
Dan sedikit tambahan di sini, penggambaran kondisi pertama itu tidak terlalu tepat. Apakah memang benar semua telur berpotensi menjadi ayam? Dan dengan pembandingan tersebut bisa kita jadikan pemikiran, apakah semua janin berpotensi menjadi jiwa yang baik? Ataukah ada janin yang memang tidak bisa menjadi jiwa yang baik?
Dan pertanyaan terakhir mengenai ini, apakah penggambaran "telur - ayam", bisa disamakan dengan "janin - jiwa"?
Atau perbandingan ini cuma bisa di antara yang setara, seperti; telur menghasilkan ayam = janin menghasilkan manusia (dalam artian fisik)


Dengan peletakan dasar bahwa "tujuan" dari segala penciptaan adalah baik, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari akal adalah baik. Dengan begitu aku berpendapat bahwa akal memiliki potensi untuk dapat mengatasi segala "yang tidak baik" dalam dirinya.



Jadi, kesimpulan untuk pertanyaan utamaku; bagaimana cara mengontrol emosi?
Yaitu dengan cara;
* membuat gambaran (khayalan) dualisme antara akal dan perasaan
* mengetahui mana yang merupakan kerja akal dan mana yang merupakan kerja perasaan
*  mengetahui kondisi diri saat ini (keadaan mental)
* tenang dan tidak terbawa perasaan (ini yang sulit)
* bisa juga dengan memunculkan perasaan positif (tidak terlalu baik)
* mendidik pikiran dan mendidik hati






KESETIAAN KARENA AKAL DAN KESETIAAN KARENA PERASAAN

Menurut pandangan awalku. Manusia tidak akan bisa menjadi SETIA dengan menuruti keinginan perasaan (hati). Karena menurutku, hati (perasaan) manusia bisa (sering) khianat. Jika seseorang merasa perasaannya disakiti, hatinya akan berubah menjadi membenci. Mungkin lebih mirip kepada efek balik dari suatu hal.

Sehingga aku memunculkan pemikiran bahwa manusia tidak bisa SETIA karena hatinya.
Hanya dengan menggunakan AKAL lah manusia bisa menjadi setia. Maksudku di sini lebih mirip dengan bahwa dengan keinginan jiwa lah manusia bisa menjadi setia. Atau jiwa manusia lah yang membuat manusia setia, bukan hatinya (perasaan).

Tapi ini tidak selalu benar. Karena pada awalnya kan, dia memang sudah SETIA karena hatinya. Jadi aku memunculkan pernyataan, bahwa manusia juga bisa SETIA karena perasaannya.
Dan ini akan lebih diperkuat jika manusia SETIA dengan dengan dorongan dari jiwanya.

Sehingga sampai kepada pernyataan;

MANUSIA BISA SETIA KARENA PERASAAN DAN ATAUPUN KARENA AKALNYA.






PEMBAHASAN MENGENAI ROH MENURUT PANDANGAN UMUM

Pengetahuanku tentang konsep roh secara umum memang sangat terbatas. Tapi aku coba memberikan penggambarannya secara umum;
* sesuatu yang menyebabkan manusia dan makhluk lain menjadi hidup
* penyebab kehidupan manusia
* sesuatu yang keluar saat seseorang meninggal
* sesuatu yang ada di dalam alam dan benda, mis; batu, pohon
* sesuatu yang ada di dalam raga hewan
* sesuatu yang kudus
* sesuatu yang terbentuk dari kepribadian manusia
* berupa makhluk tunggal dalam diri individu
* berupa elemen-elemen dalam tubuh manusia, dlsb


Mungkin dalam (ilmu) agama, sudah banyak diterangkan mengenai konsep-konsep roh menurut pandangan masing-masing.


Tapi biarpun begitu, aku tetap ingin membedakan pengertian antara roh dan makhluk gaib.
Kenapa aku berpendapat bahwa ada makhluk lain selain daripada roh? Mungkin bisa dikatakan karena beberapa pengalamanku. Dan aku sangat menghargai pengalaman sebagai data yang bisa kupercaya.
Sebenarnya pengalaman ini juga bisa disangkal karena aku tidak memiliki bukti. Tapi tetap saja pandangan pribadiku tidak bisa berubah.
Jadi bagaimana perbedaan antara roh dan makhluk gaib ini?
* untuk setiap kata roh yang aku maksudkan di sini, akan lebih sering mengarah kepada sesuatu yang meninggalkan tubuh (fisik) manusia saat kematian
* untuk setiap kata makhluk gaib di sini adalah;
          - makhluk yang gaib, tidak berupa materi (mungkin)
          - makhluk yang di luar daripada makhluk hidup nyata
          - makhluk yang mempunyai kehendak bebas (maksudnya; spt manusia)
          - sesuatu yang bersifat mistis
          - sesuatu yang sering digambarkan mendiami pohon, batu, hutan, dlsb

Dan karena di awal tadi aku menyatakan meragukan keberadaan roh, maka nanti aku juga akan memberikan penyanggahan dari pernyataanku tentang roh.


Jadi pertama aku akan membahas konsep roh menurut pandangan umum, dan membandingkan kepada pengalamanku,
Misal aku pernah melihat roh. Tentu dapat disangkal, karena bisa saja aku sedang berhalusinasi.
Lalu aku menambahkan, jika aku pernah melihat roh saat orang lain juga melihat roh tersebut. Lalu muncul pertanyaan, apakah 2 orang atau lebih bisa menghalusinasikan hal yang sama?
Kalau manusia tidak dapat menghalusinasikan hal yang sama, dalam bentuk, tempat, dan waktu yang sama, kesimpulan paling mungkin berarti hal tersebut benar-benar nyata.


Misal aku beberapa kali melihat roh. Dan misal roh tersebut adalah MILIK dari kenalan yang sudah meninggal. (kenalan maksudnya tetangga, dsb) Dan roh tersebut masih berada di alam realitas. (alam realitas mungkin lebih tepat diganti menjadi alam ini)
Pertanyaan yang muncul, untuk apa roh tersebut tetap berada di alam ini? (dengan dasar pandangan bahwa sesuatu mempunyai tujuan)

Ini menimbulkan banyak teori dalam pemikiranku.



TEORI PERTAMA

Kita sebut saja kita tidak mengetahui tujuan keberadaan roh tsb.
Tapi aku menambahkan pengandaian, jika semisal SEMUA ROH DARI MANUSIA YANG SUDAH MENINGGAL tersebut masih tetap berada di dunia ini. (konsep dunia ini luas cakupannya)
Untuk apa roh tersebut masih berada di dunia ini? Apakah tujuan roh tersebut MEMANG berada di dunia ini? Bukankah lebih mudah jika roh tersebut langsung menuju tujuan utamanya?
Pertanyaan ini juga memunculkan banyak pemikiran. Aku akan membawakan beberapa konsep yang mudah.
* Tujuan roh tersebut MEMANG berada di dunia ini untuk menuntaskan urusannya. Urusan apa? Bisa kita ambil kemungkinan-kemungkinan.
- Karena anggapan dasarku bahwa roh tidak bisa berhubungan dengan materi. Maka tujuan keberadaan roh tersebut bukanlah hal-hal yang berhubungan dengan materi.
- Aku akan membahas; dendam dan urusan yang tertinggal
Misal dendam; setelah kematian, roh keluar dari tubuh manusia. Aku membayangkan ke jaman perang dan penjajahan dulu. Jika manusia itu dibunuh, bukankah lebih mungkin kalau roh itu mempunyai dendam terhadap pembunuhnya. (menurut pandangan manusia)
- Kalau memang roh bisa berhubungan dengan materi, kenapa dia tidak membunuh saja orang yang membunuhnya itu?
- Kalau dia tidak bisa berhubungan dengan materi, kenapa dia tidak membunuh ROH dari orang yang membunuhnya itu?
PANDANGAN INI SANGAT BERBAHAYA. JADI JAWABANNYA TIDAK KUTAMPILKAN.


+ Dan aku juga menampilkan sanggahan, itu mungkin saja karena ingatannya dan kenangan sebelumnya dihapuskan. (dalam pandangan lamaku pun, ini sangat kuragukan)
+ Dan karena tidak ada kemungkinan ada urusan yang bisa dilakukan oleh roh di alam ini tanpa harus berhubungan dengan materi,
+ Maka aku memajukan KONSEP TUJUAN KEBERADAAN ROH BUKAN DI ALAM INI.




TEORI KEDUA

Jika tujuannya bukan di alam ini, kenapa dia masih berada di alam ini?
Dengan pembandingan banyaknya waktu yang telah berlalu. Dan jika roh terdahulu masih berada di dunia ini, dan dari banyaknya generasi yang telah berlalu. Berarti roh terdahulu itu telah menunggu roh generasi selanjutnya.
Kata menunggu ini memang mungkin sedikit sulit dipahami. Mungkin lebih mirip dengan kata tertahan atau terpaksa menunggu. Tapi maknanya sama saja menurutku.
Dan menunggu selalu mempunyai kondisi akhir, yaitu SAAT YANG DITUNGGU. Meskipun hal yang ditunggu jelas cuma ada di dalam ALAM PIKIRAN MANUSIA.



TEORI KETIGA

Aku memunculkan pemikiran.
Mungkin ini tidak terlalu tepat. Tapi aku selalu mendasar kepada keharmonisan dan efisiensi dalam alam. Maksudku segala sesuatu yang diciptakanNya mempunyai tujuan penciptaan.
Menurut pandangan efisienku, untuk lebih mudahnya, sebaiknya roh tersebut langsung menuju ke tujuan penciptaannya saja. (tujuan dari terciptanya roh)
Dan kondisi menunggu dan berkumpul untuk SUATU SAAT ini, mengingatkanku akan kondisi pengeliminasian.  Tentu saja semua pengeliminasian mempunyai syarat eliminasi, tapi kita bahas belakang.

Sebenarnya ini cuma kemungkinan kecil. Tapi aku memberikan gambaran;
Misal seseorang ingin pergi ke suatu daerah naik transportasi massal, misal kereta api. Apakah transportasi itu akan membawa satu orang saja? Untuk setiap satu orang yang ingin berangkat, maka transpotasi itu akan langsung berangkat. Rasanya sedikit mustahil.
Atau kereta itu menunggu orang lain yang mempunyai tiket dan tujuan, dan jam keberangkatan yang sama?
Berarti hal ini menciptakan kondisi bahwa hanya yang mempunyai tiketlah yang bisa berangkat dengan kereta tsb menuju tujuan tsb. (dengan mengabaikan penumpang gelap yang sering memanjat di atas gerbong).
Dan kereta tersebut cuma bisa mengantar penumpang yang sudah bersiap dan menunggu di peron. Bukan mengantarkan orang yang sedang tidur di rumahnya.
Tapi ini cuma penggambaran berdasar pengalaman manusia. Aku kan belum pernah tahu cara kerja kereta roh. Itu pun kalau kereta roh itu ada.

Kondisi menunggu dan pengeliminasian ini sebenarnya tidak terlalu cocok. Terutama untuk contoh di atas, aku membawakan hal yang pada dasarnya akan dieliminasi.
Sedang pada pembicaraan tentang roh, memang tidak ada ditentukan kondisi untuk eliminasi kecuali pengumpulan.
Sebenarnya adanya tidaknya eliminasi ini bisa juga ditentukan antara lain dengan;
- mengetahui luas (ruang) tujuan
- mengetahui cara perpindahan, dll
Tapi kita tidak memiliki dasar menentukannya, kan?


TEORI KEEMPAT

Jika ada kondisi pengeliminasian, apakah syarat dari eliminasi tersebut?
Menurutku proses dalam eliminasi adalah seleksi. Dan syarat dari seleksi adalah kemampuan. Kemampuan yang sulit dimiliki semua orang. Dan menurutku adalah kebaikan. Karena menurutku, melakukan kebaikan adalah sesuatu yang sulit bagi manusia sebagai makhluk individu. Karena hanya dengan melakukan kebaikan untuk diri sendiri, peluang untuk berbuat baik untuk orang lain menjadi lebih kecil.
Mungkin perkataanku sedikit sulit dimengerti. Tapi aku punya banyak konsep kebaikan. Tapi sebaiknya tidak usah aku jelaskan. Misal;
Menurutku, bahwa dengan melakukan kebaikan untuk orang lain, sebenarnya manusia itu sedang mengurangi kebaikan untuk diri sendiri.

Jadi menurut kata-kata itu, bisa diibaratkan kalau kebaikan itu satu lingkaran penuh, dan semakin besar kita lakukan kebaikan untuk orang lain, maka sisa dari sudut lingkaran itu semakin kecil. Dan kebaikan yang paling besar itu sama dengan  melakukan sesuatu untuk orang lain tanpa menyisakan untuk diri sendiri.
Tapi kebaikan terbesar bukan berarti kebijaksanaan terbesar. Karena dengan melakukan kebaikan terbesar itu, hampir sama dengan orang itu menyakiti diri sendiri sebagai makhluk individu.
Aku sedang menghayalkan orang-orang yang melakukan kebaikan terbesar pasti menjalani hidupnya dengan menderita. (menurut pandangan orang lain, mungkin juga diri sendiri)
Jadi apa bisa dikatakan di sini bahwa tujuan dari kebijaksaan itu adalah menghindari penderitaan tsb? Aku yakin aku tidak cukup bijaksana menjawab ini.
Jadi apakah kebijaksanaan itu lebih mulia atau lebih utama daripada kebaikan? Aku juga tidak bisa menjawab pertanyaan ini.


JIKA SESEORANG BERBUAT BAIK DEMI SESUATU DI LUAR DARIPADA KEBAIKAN ITU, SEBENARNYA DIA TIDAK SEDANG BERBUAT BAIK -- MELAINKAN SEDANG BERBUAT SEJALAN DENGAN KEBAIKAN.



TEORI KELIMA

Seleksi adalah cara mencapai tujuan. Tujuan apa yang dicapai dari seleksi itu? (karena seleksi merupakan proses, dengan sendirinya akan menciptakan subjek yang melakukan proses tsb)
Mungkin ini yang disebut-sebut dengan akhirat oleh manusia itu.
Tapi ini bukan suatu kepastian. Ini cuma teoriku saja. Aku juga begitu tidak tertarik dengan konsep akhirat ini.


Dan karena tidak adanya dasar yang dapat dijadikan pegangan. Jadi aku menimbulkan sanggahan. Bagaimana aku bisa yakin bahwa yang aku lihat itu adalah roh manusia yang telah meninggal? Karena bisa saja kan, yang aku lihat itu adalah makhluk gaib yang menyamar?

Karena belum ada gambaran batasan kemampuan roh dan makhluk gaib seperti apa. Dan karena menurutku, kemungkinan keberadaan roh sangat kecil dibanding keberadaan makhluk gaib, maka aku tidak memperpanjang pembahasan roh. Sehingga aku mengganti kepada pembahasan makhluk gaib.

Lagipula tidak ada batas gambaran roh seperti apa? Dan aku juga tidak tahu batasan kemampuan makhluk gaib seperti apa?

Memang aku juga mungkin punya ratusan pemikiran tentang roh, yang mungkin aku kategorikan sebagai makhluk gaib. Tapi untuk menghemat waktu, sebaiknya tidak usah kujelaskan. Mungkin ini dipengaruhi oleh lingkungan yang dipenuhi mistis.


NEGERI TIMUR - LAND OF MYSTICISM

PENGALAMAN SELALU MENJADI SESUATU YANG SULIT DIJELASKAN KEPADA ORANG YANG TIDAK MEMILIKI PENGALAMAN SERUPA.



PEMIKIRAN TENTANG MAKHLUK GAIB

Karena aku sudah terlalu bosan menuliskan tentang ini. Maka akan kupersingkat melalui pandangan materialisku.

Pertanyaan paling mendasarku adalah apakah mata bisa melihat benda immateri?
Jadi kemungkinan yang ingin kumunculkan di sini adalah;
- makhluk gaib adalah immateri (tapi mata bisa melihatnya)
- makhluk gaib adalah materi (tapi mata tidak selalu bisa melihatnya)
- makhluk gaib adalah makhluk yang bisa berubah dari immateri menjadi materi (punya kehendak bebas)

Aku mempunyai beberapa pemikiran, dan yang menurut paling mungkin adalah;
- makhluk gaib adalah makhluk yang bisa berubah dari materi menjadi immateri
- makhluk gaib memiliki energi untuk berubah menjadi materi
- makhluk gaib adalah energi

Dan aku mempunyai banyak pemikiran tentang makhluk gaib ini, dan untuk saat ini sebaiknya tidak usah kusampaikan. Kemungkinan lain;
- makhluk gaib bisa mendengar suara manusia
- makhluk gaib sebagai alat
- makhluk gaib memiliki perasaan (akal)
- makhluk gaib tidak bisa membaca pikiran, mungkin hanya bisa membaca ekspresi wajah dan tubuh


Pesan utamaku tentang yang berhubungan dengan makhluk gaib adalah; JANGAN PERCAYA, TAPI JANGAN TIDAK PERCAYA. Maksudku lebih kepada jangan takabur, di dunia ini masih banyak yang tidak anda ketahui.



PELETAKAN DASAR KETIDAKMUNGKINAN MEMBAHAS TENTANG ROH

Peletakan dasar roh ini lebih karena hal-hal yang tidak berupa materi atau tidak bisa dibuktikan dengan indra adalah hal yang sulit dijelaskan.

Seperti misal, apakah roh ini bisa berhubungan dengan dunia fisik manusia? Aku pikir ini sangat tidak mungkin, karena jika hal ini bisa terjadi, maka tidak akan pernah terjadi pembunuhan atau peperangan.
Karena roh orang yang dibunuh bisa (ingin) membalaskan dendamnya, maka tidak perlu ada banyak korban dalam perang.

Atau bukankah akan lebih mudah jika kita memanggil roh dan bertanya tentang suatu hal, hal-hal yang membuat kita tertarik atau meragukan kita, misalnya?Apakah mungkin karena pengaruh ketidakmungkinan ini adalah tentang tujuan keberadaan roh berhubungan dengan alamnya sendiri?
Apakah roh bisa belajar ilmu baru dan melakukan sesuatu?

Aku pikir karena keterkondisian roh, roh tidak bisa menambah ilmunya. Dan roh hanya membawa pengetahuan semasa hidupnya. Berarti pengetahuan roh bersifat masa lalu, bukan masa depan. (Maksudku roh tidak mengetahui kejadian masa depan)

Kenapa begitu? Karena jika roh bisa belajar dan melakukan sesuatu (memperbaiki masa lalunya misalnya), maka kehidupan di alam nyata ini hanya omong kosong belaka. Karena bisa saja diperbaiki setelah kematian.

Membahas soal roh akan sama panjangnya dengan pembahasan tentang manusia itu, maka sebaiknya kita tidak usah memperpanjangnya lagi. Dan menurutku adalah hal yang sia-sia, apalagi sebelum peletakan dasar.

Apakah ini pendapat ini hanya berdasarkan perasaan saja? Aku pikir aku tidak sedang membicarakan perasaan, tetapi kemungkinan.


Bagaimana dengan konsep dengan pertobatan manusia, peluang masuk ke surga bisa terbuka? Aku percaya aku tidak cukup bijaksana untuk bisa menjawab  pertanyaan ini.

Jadi apakah sebenarnya kehidupan di dunia ini hanya persiapan untuk kehidupan yang lebih tinggi lagi? Aku tidak bisa memastikan, tapi bisa jadi begitu. Tentunya konsep ini sangat idealis.
Tapi biarpun itu ADA atau TIDAK, tentunya manusia harus mendapatkan kebahagiaannya dalam kehidupan ini.

Dan ada sedikit pemikiran tentang roh ini, yang ternyata sampai sekarang belum terpecahkan secara ilmiah. Untuk membuktikan roh secara ilmiah aku pikir dengan cara membuat alat agar semua manusia bisa melihat, merasa, atau mengukur roh. Karena sesuatu yang ilmiah berati dapat dibuktikan oleh semua manusia dalam keadaan yang sama.



ROH ADALAH ENERGI ??

Apakah ada kemungkinan bahwa roh adalah energi? Mungkin.
Kalau roh adalah energi, berarti roh tidak seperti konsep-konsep yang sering dibayangkan-bayangkan selama ini? Memangnya apa konsep roh selama ini?

Dan apabila roh adalah energi, apakah ada kemungkinan bahwa energi ini bisa mempengaruhi roh lain?
Ataukah energi ini hanya bisa berhubungan khusus dengan khusus, maksudnya bersifat individu atau tunggal.

Menurutku, suatu energi yang sama itu pasti bisa mempengaruhi  suatu materi yang sama.

Maksudku begini;
Jika panas bisa mempengaruhi air.
Maka semua panas bisa mempengaruhi semua air.

Dan jika memasukkan persamaan;
Jika roh bisa mempengaruhi tubuh.
Maka semua roh bisa mempengaruhi semua tubuh.

Tidak ada dasar untuk menjawabnya bukan?



Jadi bagaimana dengan fenomena kerasukan? Aku sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai itu.

Tidak mungkin saat berpikir, setan berbicara dalam pikiran manusia. (biasa saat pada menanggapi pilihan dalam keputusan). Kalau anda menganggap pikiran yang buruk itu sebagai setan, berarti anda sedang menyetujui pikiran anda sendiri sebagai setan. (ini bukan berdasarkan pengalamanku)(cuma teringat akan film di Indonesia) Lagipula mana ada setan yang bisa berbicara dalam pikiran manusia.

Bagaimana dengan konsep penciptaan?
Aku pikir sekarang bukan saat yang tepat untuk memikirkan konsep tentang awal penciptaan manusia. Biarpun manusia mengetahui hal ini tetap saja mereka harus bekerja untuk bisa makan. Daripada memikirkan hal itu, lebih baik manusia memikirkan tujuan keberadaannya atau cara mempertahankannya. Untuk saat ini aku beranggapan begitu. Terutama aku ingin menyelesaikan masalah akal dengan emosi.





SEPUTAR KONSEP PENCERAHAN JIWA DAN PERISTIWA KEBETULAN

Aku sedikit tertarik dengan konsep pencerahan jiwa. Yaitu dengan pemberian (bisa juga berupa penambahan atau perbaikan) konsep, gagasan, pemikiran, gambaran, jawaban baru atas keraguan atas konsep-konsep lama yang sebenarnya tidak bersesuaian lagi dengan realitas. Atau merasakan kegelisahan.

Menurutku, pencerahan jiwa ini bisa terjadi jika sebelumnya, jiwa tersebut sudah menyadari hal tersebut (sudah terekam dalam memori bawah sadar)(merasakan kegelisahan), tetapi tidak dapat mengingkari, merubah, menolak atau melepaskan diri dari prinsip-prinsip yang lama karena keadaan-keadaan tertentu.

Dan menurutku, kondisi pencerahan jiwa ini hanya bersifat sementara. Tetap berusaha untuk berpegang dan percaya akan hal tersebutlah yang membuat manusia tetap berada dalam kondisi tsb. Menurutku konsep utama pencerahan jiwa ini agak mirip yaitu dengan merubah keteguhan hati (pikiran bawah sadar manusia), tapi proses ini  dalam keadaan yang kebetulan (tiba-tiba). Sehingga dalam proses ini manusia seperti mendapat ilham.

Kebangkitan jiwa atau pencerahan jiwa yang aku maksudkan di sini mungkin tidak sama atau bukan sama dengan kebangkitan spiritual pada konsep-konsep New Age Movement. Karena memang aku tidak mengerti dengan konsep-konsep spiritual tsb.




PERISTIWA KEBETULAN

Memang aku juga sedang memikirkan tentang peristiwa kebetulan. Peristiwa yang unik memang. Belakangan aku juga mengalaminya beberapa peristiwa kebetulan yang membawa kepada peristiwa-peristiwa kebetulan lainnya. Hanya saja dua bulan belakang peristiwa ini tidak terjadi lagi.

Aku juga memiliki beberapa pertanyaan mengenai konsep spiritual; "PERISTIWA KEBETULAN BERMAKNA YANG MEMBAWA KITA KEPADA PERISTIWA KEBETULAN LAINNYA."

Seperti misalnya;
* Apakah peristiwa kebetulan bermakna yang satu (jika kita menyadari dan mengakuinya) akan terus berlanjut ke peristiwa yang kedua, dst sampai kita sampai kepada pencapaian akhir kita?
* Bagaimana jika kita misalnya berhenti di tengah jalan? (tidak menemukan peristiwa kebetulan lainnya)
* Apakah jika kita tidak misal tidak menyadarinya, akan memutuskan jalan peristiwa kebetulan lainnya?
* Apakah peristiwa kebetulan ini mengarah ke satu tujuan saja (jalan tunggal)? Atau ini hanya semacam peristiwa acak yang aneh? Ke arah mana peristiwa kebetulan ini mengarah?

Menurutku, jika ini TIDAK mengarah ke satu tujuan tunggal, sesuatu seperti ingin membuktikan bahwa di alam ini ada KEJADIAN YANG AJAIB.

Dan jika ini mengarah untuk satu tujuan tunggal, besar kemungkinan bahwa ALAM INI INGIN MENUNJUKKAN BAHWA TUHAN ITU ADA.

Atau dengan kata lain, sesuatu ingin mengatakan; "TUHAN IKUT CAMPUR DALAM KEHIDUPAN MANUSIA" (?)






SEPUTAR KEAJAIBAN

KEAJAIBAN TERJADI JIKA MASIH ADA PELUANG

Karena konsep keajaiban merupakan suatu ide oleh manusia, maka konsep-konsep keajaiban ini perlu kita samakan (perkecil) untuk mempermudah pemahamannya. Mungkin sebaiknya kita membedakan konsep keajaiban dengan mukjizat. Dengan mukjizat berada pada tingkat yang lebih tinggi.

Dan jika kita berbicara tentang keajaiban. Aku lebih berpendapat bahwa keajaiban bisa terjadi jika kesempatan masih ada. Dan ini juga tergantung dari apa pengertian keajaiban tsb.

Tapi aku punya pemikiran, pengetahuan manusia tentang dunia ini memang masih terbatas, sehingga belum ada takaran pasti dari suatu kondisi. Jika ada kondisi pastinya, maka penjelasannya akan menjadi mudah.

Misal dengan contoh pada pengundian sebuah koin dengan 2 sisi, yaitu gambar A dan angka B. Tidak mungkin muncul koin dengan sisi gambar C dalam pengundian tsb, karena kondisinya sudah pasti hanya 2, yaitu gambar A dan angka B. Dan jika dalam 100 kali pengundian, ternyata muncul koin yang bersisi gambar A sebanyak 100 kali.

Sudah pasti kita akan mengkategorikan ini sebagai sesuatu yang ajaib. Tetapi keajaiban ini masih tetap dalam prinsip bahwa kemungkinan masih ada. (Biarpun ini mungkin terjadi, tetap saja ini mencurigakan, pasti ada kecurangan dalam pengundian tsb)

Kepastian cuma bisa terjadi jika kita sudah mengetahui kondisinya secara keseluruhan. Keajaiban bisa terjadi jika kemungkinan masih ada. Maksudnya begini, keajaiban terjadi asal sesuatu itu tidak keluar dari hukumnya. Memang menurutku, yang terjadi sampai saat ini, manusia belum mengetahui semua hukum dalam alam ini.



TENTANG MUKJIZAT KARENA IMAN

 Sebelum aku mulai menyangkal adanya mukjizat ini. Tentu aku harus menanyakan dulu tentang mukjizat yang dimaksud. Jika mukjizat yang dimaksud adalah seperti yang digambarkan kitab-kitab, tentu saja aku menolaknya. Ini menurut pendapatku.

Tapi jika mukjizat yang dimaksud lebih kepada peristiwa kebetulan atau peristiwa yang ajaib (tanpa menolak hukum alam). Aku tentu saja percaya. Dan itu sudah aku jelaskan untuk dua kategori di atas.

Dan jika ada yang berkeras kepala yang menolak gagasanku, aku akan menambahkan sedikit pemikiranku.
Maksudku seperti; biarpun aku yakin aku bisa menyuruh gunung untuk pindah, gunung tersebut tetap tidak akan bisa pindah karena keyakinanku. Dan biarpun gunung itu ternyata pindah, aku tidak yakin bahwa itu karena aku, pasti karena ada kekuatan lain di dunia ini.

Jadi bahasa mudahnya; bukan iman perseorangan yang akan merubah realitas dunia ini, tetapi substansi yang diimaninya tersebutlah yang merubahnya.

Jadi tentang ada tidaknya mukjizat itu, bukan aku yang menentukannya. Sebaiknya anda putuskan sendiri.


HIDUP ITU SEDERHANA. KALAU ANDA PERCAYA ADANYA KEAJAIBAN, JALANI HIDUP ANDA DENGAN KEPERCAYAAN ITU. KALAU ANDA TIDAK PERCAYA, JALANI HIDUP ANDA DENGAN TIDAK PERCAYA. - A. EINSTEIN



FENOMENA SLEEP PARALYSIS

Mungkin aku cukup beruntung untuk bisa menjawab fenomena ini berdasarkan pengalamanku. Dan karena sering mengalaminya, aku jadi bisa membandingkan data dan menyatakan kepastian. Memang dasar aku menyimpulkan kepastian di sini yaitu alam realitas dan hubungan kausalitas. Karena aku malas menceritakan pengalamanku, jadi sebaiknya aku menyampaikan data yang kuanggap membantu.

Kondisi ini lebih mirip seperti yang biasa disebut halusinasi (mungkin, karena aku tidak bisa menjelaskan secara ilmiah apa itu halusinasi). Tapi begitulah kira-kira. Jadi HAL yang ada dalam halusinasi tersebut adalah TIDAK NYATA. Aku menjadi mendapat gambaran bahwa otak manusia bisa mengeluarkan sendiri imajinasinya ke alam nyata, meskipun alam nyata itu jelas tidak terpengaruh. (tidak terjadi hubungan kausalitas).

Jadi kondisi yang terjadi saat mengalami ini adalah; biarpun kita kondisi sadar, tapi kita masih belum dapat mengontrol tubuh secara baik.

Menghasilkan kesimpulan sederhana; manusia bisa berada dalam posisi sadar, tapi tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya, meskipun dia menginginkannya.

Tapi biarpun dalam posisi begitu, manusia tetap masih bisa dalam berpikir dengan tenang. Berpikir secara rasional, masih mengingat hubungan kausalitas dalam alam realitas. Atau lebih sederhananya kesadaran masih sama seperti saat kondisi normal manusia.

Cuma menurutku ada perbedaan tahap-tahap awal dalam mengalami fenomena ini;
- manusia harus dalam kondisi tidur (baik tidur sesaat)
- terbangun (tersadar)
- berhalusinasi
- melepaskan diri
- kembali ke kondisi normal

Yang sedikit aneh maksudku di sini terletak di antara saat kondisi tersadar dan berhalusinasi ini adalah saat bersamaan, tapi belum bisa mengontrol tubuh. Fungsi mata dan telinga juga sudah dalam kondisi normal. Yang tidak normal cuma menambah suatu halusinasi di antara hal yang nyata.

Maksudku di sini, ada saat di mana keadaan kita sadar secara utuh, tapi tidak bisa mengontrol tubuh. Mungkin saja harus ada penghubung antara kesadaran (pikiran) dengan bagian otak yang mengontrol tubuh.

Yang sedikit menjadi pertanyaanku adalah, bisakah mengalami ini secara bertubi-tubi?






PASTI ADA SATU TUHAN, KARENA SEGALA SESUATU PASTI ADA PENYEBAB UTAMANYA - ARISTOTELES

YANG DIKETAHUI OLEH SEMUA ORANG, BELUM TENTU ITU KEBENARANNYA.




FILSAFAT DASAR MAKHLUK DAN BENDA HIDUP

Tapi banyak keraguan dalam teoriku ini, dengan pembanding; Apakah yang menyebabkan makhluk itu hidup? Apakah dengan menciptakan sesuatu dari materi (fisik) bisa menghasilkan makhluk yang hidup? Jadi bisa saja, makhluk itu hidup karena memiliki roh. Atau bisa jadi juga makhluk itu hidup karena memiliki jiwa. Nanti kuterangkan.
Aku pikir, pertanyaan manusia tentang apakah roh itu ada  hampir setara dengan pertanyaan apakah Tuhan itu ada.
Jadi apa perbedaan antara manusia dan binatang (hewan)? Mungkin ini suatu pertanyaan sulit. Jawaban biasanya adalah karena pengaruh akal. Konsep ini kujelaskan nanti.

Jadi bagaimana dengan tumbuhan? Bukankah tumbuhan juga "hidup"? Apakah tumbuhan mempunyai "jiwa"? Penjelasan akan tumbuhan tentu akan tambah merepotkanku. Tapi sebenarnya aku mempunyai sedikit pandangan akan tumbuhan. Tapi tentunya itu melenceng jauh dari pembahasan kita ini. Tapi nampaknya pembahasan tumbuhan ini akan sulit.


Sebenarnya yang membuat ini acak-acakan adalah aku menggambarkan berurutan melalui dasar ketidaktahuanku, jadi kebanyakan kata-kata di awal adalah salah.






MEMBAHAS TENTANG PENYAMPAIAN DATA OLEH INDRA MANUSIA




INDRA MENANGKAP REALITAS MENDAHULUI OTAK
Salah cara manusia menambah pengetahuannya adalah dengan menerima yang disampaikan oleh indra.
.........
Yang paling terutama ingin kubahas di sini adalah mata. Lagi-lagi aku terbentur oleh masalah ilmiah.
Tapi aku akan bermain dengan filsafatku.
Dimulai dengan pertanyaan, apakah yang diterima oleh mata semua orang adalah sama? Aku lebih fokus kepada penyampaian mata. Karena menurutku indera lain tidak mempunyai dasar dalam bentuk fisik (materi) selain daripada mata.
Maksudku, misal pada pendengaran, apakah besarnya suara yang didengar setiap orang adalah sama (untuk kondisi normal). Apakah ada perhitungan pasti untuk rasa manis, pahit, asin, atau ini hanya sekedar berdasarkan penilaian orang tersebut. Apakah perasaan panas, dingin, sejuk, bagi semua orang adalah sama? Karena menurutku, tidak ada takaran pasti mengenai itu, maka aku lebih memfokuskan pada pembahasan mata terlebih dahulu. Ini juga pasti akan memakan waktu lama.
...


HUBUNGAN INDRA "MATA" PADA INDIVIDU DENGAN DATA YANG DITERIMANYA

Apakah manusia menentukan apa yang dilihat oleh matanya?
Pertanyaan ini terlalu sederhana, tetapi bisa memiliki jawaban yang berbeda,
Penjelasannya;
* Manusia menentukan apa yang dilihat oleh mata - BENAR
Dengan memilih untuk melihat ke kiri atau ke kanan, manusia juga sudah menentukan apa yang dilihat oleh matanya,
Dengan memilih untuk menonton TV atau membaca, manusia juga sudah menentukan apa yang dilihat oleh matanya,

* Manusia tidak menentukan apa yang dilihat oleh mata - BENAR
- Misal manusia A tidak suka melihat warna merah, dan ketika dia melihat warna merah, lantas karena tidak suka, warna itu berubah menjadi biru, tidak bisa, warna merah tetap menjadi warna merah.
- Misal manusia melihat harimau, dan manusia itu ketakutan dan membayangkan seekor gajah, bukan berarti harimau itu berubah menjadi gajah, harimau itu tetap harimau, biarpun manusia itu tidak menyukainya. (PERASAAN MANUSIA TIDAK BISA MERUBAH REALITAS)(MATA MANUSIA TIDAK DIPENGARUHI PERASAAN)

Bahkan untuk satu pertanyaan sederhana seperti ini, kita tidak dapat menyimpulkan kebenarannya.
Kita abaikan dulu pernyataan ini.

Apakah ini berarti mata seseorang hanya akan dipengaruhi oleh realitas?
Sebenarnya aku meragukan hal tersebut. Aku beranggapan mata seseorang juga bisa dipengaruhi oleh otaknya. Aku menyatakan hal ini dengan dasar pengalaman pribadiku. Tapi jelas ini merupakan suatu pengecualian, karena hal ini membutuhkan suatu kondisi khusus.
Secara umum, kita boleh beranggapan bahwa kebanyakan yang disampai oleh mata adalah realitas bagi sudut pandang manusia.
Apakah ada sudut pandang lain selain sudut pandang manusia? Jelas aku tidak bisa memastikan, tapi mungkin saja ada.




Memang aku juga punya perumpamaan; JANGAN PERCAYA DENGAN APA YANG DILIHAT MATA. Tapi ini hanya merupakan suatu istilah. Yaitu jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Maksudnya di sini,
- untuk pengambilan keputusan, selalu ada kondisi awal dan kondisi sesudah untuk dijadikan data pembanding
- ini juga tidak berlaku jika kita sudah mempunyai banyak pengalaman serupa
- ini hanya berlaku untuk kondisi khusus
- kebanyakan ini jarang dipakai







SUDUT PANDANG KEPASTIAN


Semua ide yang diciptakan dalam pikiran manusia mempunyai kekurangan (kelemahan). Menurutku kelemahan itu bukan karena kekurangan dari suatu kelebihan, tapi lebih kepada karena kelebihan juga memiliki kekurangan.

Malah menurutku, hal-hal seperti tersebut tidak pantas disebut sebagai kelemahan ataupun kekurangan karena  dampak dari sisi sebaliknya. Tapi kepada kekurangan yang ditampilkan dari sisi tersebut. Kekurangan adalah adalah karena ia memang sebagai kurang, bukan karena ia tidak lebih.

Tapi ini bukan termasuk kepastian, karena hal ini berdasarkan sudut pandang.

Aku terangkan dengan memberi contoh;
- dapatkah suatu ruangan disebut gelap dan terang di saat bersamaan
- dapatkah benda menjadi padat dan cair di saat bersamaan
- dapatkah seseorang disebut kuat dan lemah di saat bersamaan
- dapatkah sesuatu disebut positif dan negatif di saat yang bersamaan
- dapatkah seseorang disebut pintar dan bodoh di saat bersamaan

Coba bayangkan hal tersebut dalam sudut pandang individu tunggal, dan tanpa adanya perbandingan dengan substansi lain, untuk satu kondisi tunggal. Ini jadi menghasilkan sesuatu hal yang tidak masuk akal.

Jadi yang disebut manusia sebagai kelemahan atau keburukan ini sebenarnya tidak ada menurut pandangan alam. Maksudku alam menghadirkannya sebagai hal yang terpisah. Itu adalah kondisi tunggal. Bukan kepada efek balik daripada kelebihan. Tetapi karena dengan kehadiran kelebihan, maka akan mentidakhadirkan kekurangan kelebihan tsb, karena memang kelebihan yang sedang muncul.

Jadi menurut pandangan ini Tuhan sudah menciptakan semua hal dengan pasangannya (menurut sudut pandang manusia) sebagai suatu kondisi tunggal. Tuhan juga yang menciptakan gelap dan terang, kuat dan lemah, baik dan jahat, dingin dan panas. Ini dengan anggapan bahwa semua hal diciptakan Tuhan. Menurutku begitu.

Aku beri pengertian;
Karena ia tidak gelap, maka ia biasa disebut terang. Gelap bukan terjadi karena ketiadaan terang, tapi lebih kepada ketidakhadiran terang. Karena gelap dan terang sama-sama ada. Supaya tidak gelap, hadirkanlah terang. Karena pasti selama masih ada terang, akan pasti akan ada gelap. Tapi terang tidak akan selalu menjadi terang, karena terang bisa menjadi gelap, jika terang tidak hadir.

Di sini aku berpendapat, bahwa ini cuma pilihan. Manusia ditakdirkan untuk memilih, bukan meniadakan atau menjalani. (harap hati-hati menafsirkan ini)
* kalau tidak mau sakit, hadirkan sembuh
* kalau tidak mau lemah, hadirkan kuat
* kalau tidak mau ribut, hadirkan pelan
* kalau tidak mau bodoh, hadirkan pandai
* Kalau tidak mau jahat, hadirkan baik

Cuma memang ada beberapa hal yang tidak bisa dipilih manusia;
* menjadi lahir dan menjadi mati (harap hati-hati menafsirkan perkataanku ini)
* dan sesuatu yang berhubungan dengan waktu
* mungkin sesuatu yang berhubungan dengan istirahat, tapi aku tidak begitu tahu pasti apakah semua makhluk yang hidup butuh istirahat, kalau manusia memang butuh istirahat, aku curiga ada rahasia tersimpan di dalam hukum istirahat ini
* atau bahasa umunya, yang sudah menjadi hukum Tuhan tidak bisa diganggu gugat

Jadi dengan berpikiran seperti ini, dunia ini bisa menjadi tempat yang baik, jika yang jahat tidak hadir. Jadi untuk menjadikan dunia ini baik, setiap orang harus menjaga agar jahat tidak hadir. Dan selain itu, alam juga harus menjaga agar jahat tidak hadir. Sesuatu yang tidak masuk akan bukan?

Selain itu aku juga punya tawaran, pikirkan saja dalam dunia ini tidak ada kejahatan; anggap saja membunuh itu baik, mencuri itu baik, korupsi itu baik; maka dunia ini akan menjadi tempat yang baik. Dan akan selalu menjadi tempat yang baik. Tapi ini tidak bersuaian dengan realitas, bukan? Jadi dari sini aku mengambil kesimpulan, bahwa kepastian bagi manusia hanya jika bersesuai dengan realitas.

ALAM REALITAS SEBAGAI DASAR KEPASTIAN


Jadi dengan ini aku ingin menolak semua omong kosong yang menyatakan bahwa gelap itu adalah ketiadaan terang, jahat itu ketiadaan baik, lemah itu ketiadaan kuat. Tidak ada istilah ketiadaan. Karena semua memang ada. Cuma masalahnya sangat sulit keduanya untuk hadir bersamaan.

Ini semua terjadi karena kelemahan konsep akal terletak pada kelebihannya. Kelemahan akal adalah karena ia memiliki kelebihan. Kelebihan akal karena ia bisa memahami kelemahannya.


Jadi dengan ini aku ingin memberikan masukan yang berhubungan dengan memilih. Untuk bisa memilih, berarti manusia harus tahu apa yang dipilih. Dan untuk tahu apa yang akan dipilih, manusia harus mempelajari pilihan itu. Karena alam hanya hanya memberikan contoh pilihan. Jadi manusia harus mempelajari alam.

Untuk selalu mendapatkan pilihannya, manusia harus tahu bagaimana membuat pilihan menjadi ada. Maka itu manusia butuh pengetahuan.

Selain membuat pilihan menjadi ada, manusia harus meletakkan pilihannya dekat dengannya. Dan untuk bisa mendekatkan pilihannya, manusia perlu biaya. Dan untuk mendapatkan biaya, manusia butuh pengetahuan. (memang pembahasan biaya adalah sangat panjang, jadi kupersingkat saja)

Jadi sampai saat ini pengetahuanlah yang terbaik yang bisa dimiliki manusia.

IDE KOMPLEKS

Dan hal-hal seperti ini terjadi memang karena manusia menggambarkan kesan dari suatu kondisi itu dari satu sudut pandang. Karena memang begitu cara menggambar dan menjelaskan paling mudah.

Misal dikatakan kebakaran itu buruk; bisa saja ditolak dengan mengatakan kebakaran itu baik, kalau yang terbakar itu rumah musuhku.
Misal dikatakan kematian itu buruk; bisa juga ditolak dengan mengatakan kematian itu baik, kalau yang mati itu adalah orang jahat.

Bukankah begini cara manusia menggambar? Tapi hal-hal begini yang membuat manusia susah untuk menggambar, karena memang digambar harus dari satu sudut. Jadi sebenarnya tidak ada kepastian dalam dunia ini, jika tidak dipandang melalui satu sudut pandang.

KEPASTIAN HANYA TERJADI UNTUK SATU SUDUT PANDANG.
Aku beri contoh tambahan;
- bodoh itu mutlak - BENAR - bodoh pasti tidak pintar
- bodoh itu relatif - BENAR;
* bahkan melakukan kebodohan bisa membuat orang disebut pintar
* kebodohan di masa kini tidak tentu kebodohan di masa lalu
* bahkan dalam kebodohan ada tingkatan lebih pintar
* bahkan bodoh bisa menjadi pintar
* bahkan bodoh bisa berbuat pintar

Kita bahkan belum membahas bagaimana pandangan bodoh terhadap pintar. Tapi bodoh pasti selalu dirinya sendiri, karena bodoh dan pintar tidak mungkin sama untuk satu kondisi dan satu sudut pandang. Inilah yang pasti, ide tentang bodoh ini, bodoh pasti tidak pintar.

Untuk pembahasan bodoh tapi pintar, itu cuma mungkin terjadi dalam kondisi yang kompleks (ide kompleks).


Dan dari sini aku memunculkan pemikiran, jika jiwa manusia adalah otak. Maka dengan membuat suatu kepastian menurut otak secara luas, suatu saat jiwa manusia bisa diukur. Tentu saja kepastiannya menurut alam realitas. Karena menurutku, semua alam dalam realitas pasti sama.



PERPANJANGAN KONSEP

Memang pada keadaan tertentu pancaindra tidak dapat dipercaya. Karena manusia bisa saja berhalusinasi dan berilusi.

Dan memang benar, sepanjang menyangkut akal, adalah mungkin dan tidak mungkin bahwa Tuhan itu ada. Menurutku ini seperti jebakan besar dalam kata-kata itu sendiri.

Memang kalau manusia tidak menggunakan akalnya untuk jawaban sebab pertama penciptaan, dll, dia pasti menyangkal adanya Tuhan. Sehingga memang benar jika dikatakan dengan akal, manusia bisa menyatakan tidak mungkin Tuhan itu ada. Jadi pernyataan di atas adalah benar.

Tapi jika dikaji lebih jauh, menyangkut pernyataan di atas, akan didapati bahwa itu terjadi karena manusia tersebut adalah salah menggunakan akalnya. Atau halusnya, kurang jauh menggunakan akalnya.

Jadi gagasan dari pernyataan tersebut adalah benar. Yang tidak terlalu benar adalah hal yang terkandung dalam pernyataan tersebut. Karena telah melupakan suatu hal, bahwa akal manusia bisa saja salah. Yang lebih mirip kepada bentuk negatif dalam sesuatu yang negatif.

Tapi bukan berarti perasaan adalah dasar yang lebih baik, karena perasaan juga bisa melakukan kesalahan.

Tapi aku memperbandingkan;
- emosional dipengaruhi kondisi
- akal dipengaruhi pengertian

Memang awalnya aku ingin mengambil pemikiran bahwa hasil akal akan lebih stabil, karena hanya dengan memberikan pengertian yang tepat yang bisa merubah akal. Meskipun sebenarnya aku sendiri juga bisa membalikkan pernyataan ini. Jadi tidak ada kebenaran mutlak dalam kedua pernyataan di atas.

Karena masalah menyangkut ada tidaknya Tuhan adalah perkara ingin untuk yakin. Dan dengan ini juga aku menyatakan bahwa agama tidak punya sangkut paut dengan filsafat. Karens agama adalah masalah iman dan filsafat adalah masalah kenyataan.Iman adalah keinginan anda untuk yakin, dan kenyataan adalah apa yang terpampang di tepat hadapan anda.

Dan jelas menurutku bahwa ateis adalah memaksakan diri untuk tidak percaya, atau terbawa dalam perasaan dan kondisi sesaat.


KEBENARAN TEORI FILSAFAT HANYA BISA DIUKUR DENGAN KESESUAIAN DENGAN JAMANNYA.

KEBENARAN HANYA BERLAKU DALAM SUATU DALAM SATU SUDUT PANDANG UNTUK SATU KONDISI.

KARENA KEBENARAN SEJATI CUMA ADA DALAM ANGAN-ANGAN MANUSIA.

TIDAK SEMUA YANG MASUK AKAL ITU ADALAH KENYATAAN. KARENA MANUSIA TIDAK MENGETAHUI SEMUA KENYATAAN DALAM DUNIA INI. KEMASUKAKALAN HANYA MENGGAMBAKAN APA YANG DIKETAHUI MANUSIA PADA SAAT ITU.


Jadi hanya HAL YANG SELALU SAMA untuk setiap kondisi, waktu, tempat dan sudut pandang yang sama, yang bisa kita jadikan dasar untuk hal yang pasti. Dengan kata lain, menurut sudut pandang manusia, yang bisa diterima indralah yang pasti. Sehingga suatu hal yang pasti harus bisa diukur secara universal. Terutama data yang disampaikan mata (melalui mata).


TIDAK ADA GUNANYA MENYATAKAN KEPASTIAN TANPA ADANYA DASAR PASTI. KARENA HAL ITU HANYA AKAN MENYEBABKAN BANYAK KEPASTIAN YANG BERBEDA.

TUJUAN MANUSIA BERFILSAFAT BUKAN UNTUK MENCARI KEBENARAN TUHAN, TETAPI MENCARI KEBENARAN MENURUT HIDUP MANUSIA.







TENTANG MUSIK DAN KETENANGAN

Menurutku musik tidak bisa menenangkan pikiran, menyenangkan ataupun merubah kondisi otak manusia.
Terutama saat manusia tersebut sudah memiliki akal. Jika membahas pada janin, kita bisa membahas itu nanti.

Maksudku, memberi peluang pada musik tersebutlah yang membuat musik itu bisa mempengaruhinya. Atau lebih kepada; percaya musik tersebut menenangkannyalah yang membuat manusia tersebut tenang.

Jadi menurutku lebih kepada keyakinan, keinginan dan kebiasaan. Malah menurutku musik sama sekali tidak menenangkan, kondisi tenanglah yang membuat ketenangan. Musik lebih kepada memeriahkan suasana atau mengalihkan pemikiran.

Atau untuk mudahnya, berkurangnya pemikiran, rangsangan, tekananlah yang membuat manusia itu merasa tenang.

Musik surga pun tidak akan bisa menenangkan manusia tersebut jika manusia tersebut memang tidak ingin tenang. Malah lebih besar pengaruhnya jika manusia itu mencapai kondisi yang menenangkannya.

Bukan aku merendahkan musik. Tapi menurutku memang begitu adanya.

Dan aku mengakui musik klasik punya tingkat harmonisasi nada yang paling tinggi. Salut untuk Mozart dan Beethoven. Mungkin bagus untuk merangsang ketajaman pendengaran nada.

Menurutku, musik yang paling baik untuk tidur adalah musik alam. Suara jangkrik, kodok dan hujan. Mungkin suara kodok sedikit mengganggu.





TENTANG BAHASA

Manusia sebaiknya memulai rancangan perumusan penyatuan bahasa untuk seluruh dunia (maksudku universal menggunakan satu bahasa saja). Karena sebenarnya manusia saat ini cuma menambah beban kerja otak dan membuang-buang waktu generasi berikutnya.

Bagaimana konsep penyatuan bahasa ini? Bisa saja berupa pengambilan beberapa bahasa (kata) dari semua negara di dunia atau bisa juga berupa pembuatan bahasa yang baru sama sekali.

Mengapa tidak menggunakan konsep bahasa yang sudah umum dipakai misal bahasa Inggris? Karena manusia memiliki akal dan perasaan, dan akal manusia menimbulkan perasaan egoisme dalam dirinya sendiri untuk menolak mengakui bahasa orang lain.

Memang ini juga dipengaruhi oleh aspek budaya, adat, seni, sejarah, dll. Tapi bukankah kehidupan manusia yang lebih baik itu lebih penting?

Dan tentu saja tidak ada masalah jika orang tersebut ingin (harus) belajar bahasa lain. Tapi bahasa ibu berpengaruh banyak dalam kehidupan.


Kemampuan manusia berbahasa (kemampuan untuk mengingat bahasa), tidak menggambarkan kemampuan intelektual manusia (dalam konsep IQ). Mungkin tergantung dari konsep intelektual itu sendiri, tapi menurutku begitu.






PEMBAHASAN MENGENAI RUANG DAN WAKTU


RUANG DAN WAKTU

Apakah ruang dan waktu termasuk materi? Aku tidak tahu konsep tentang ruang waktu ini secara ilmiah. Jadi aku hanya bisa menjawab melalui pemahamanku saja. Tapi menurutku, ruang dan waktu tidak termasuk materi.


RUANG

Apakah bisa dikatakan bahwa ada sebuah kondisi tanpa ruang? Apakah ruang dipengaruhi waktu? Tapi aku berpikiran, dalam kondisi tertentu, ruang bisa saja terbatas, tapi ruang akan selalu ada. Kenapa bisa aku berpikiran seperti itu?

Sebenarnya alasannya sedikit lucu, karena jika ruang manusia ini tidak terbatas, bagaimana Tuhan menciptakan ruangan itu? Atau dimanakah Dia berada saat sedang menciptakan ruang?
Jadi apakah sesuatu di luar daripada batas ruang itu?

Jadi aku berpikiran bahwa tidak ada sesuatu yang berupa ketiadaan ruang. Atau bisa dikatakan bahwa ruang selalu ada. Tapi yang perlu diperhatikan di sini adalah pengertian akan ruang tersebut.

Maksudku darimana kita tahu bahwa ruang kita ini adalah ruang satu-satunya? Bukankah ada masih ada kemungkinan adanya ruang yang lain? Maksudku, jika Tuhan menciptakan dunia ini, bukan Dia harus menciptakan ruang ini dalam suatu ruang?

Jadi tidak ada kondisi ketiadaan ruang, bahkan akal manusia menggambarkan ketiadaan ruang sebagai suatu ruangan. Karena penggunaan kata ruang menandakan suatu (tempat) terjadinya proses. Ketiadaan ruang hanya menggambarkan bahwa ruang tersebut telah tiada.

Tapi untuk pertanyaan untuk batasan dari suatu ruang, aku masih belum bisa memikirkannya? Mungkin yang disebut kehampaan. Jadi bagaimana kondisi dari kehampaan itu? Mungkin sesuatu yang mirip dengan pemurnian materi

Apakah ruang dipengaruhi waktu? Apakah ruang bisa dipengaruhi oleh materi dan energi? Aku belum memikirkan ini. Nanti saja.



WAKTU

Dan menurutku yang lebih sulit lagi adalah membahas waktu. Waktu tidak mungkin termasuk materi.

Apakah ada yang serupa dengan ketiadaan waktu? Apakah waktu di sini juga sesuatu yang berdasarkan sudut pandang?

Menurutku waktu tidak bisa mempengaruhi dan dipengaruhi materi. Proses dalam waktu itu yang merubah materi. Maksudku lebih kepada waktu tidak mempengaruhi materi secara langsung. Hal lain diluar daripada waktu itulah yang mempengaruhi materi. Misal zat, substansi, energi, dll.

Aku pikir waktu seperti sesuatu yang bebas. Bahkan tingkatannya masih di atas ruang. Untuk beberapa sudut pandang tertentu.

Bahkan menurut pandangan rasionalku, Tuhan itu tidak menciptakan waktu. Tuhan malah membutuhkan waktu. Waktu hanya ide yang dalam alam pikiran manusia.

Maksudku waktu hanya menunjukkan jarak dalam suatu proses. Proses yang mengasilkan perubahan atau bahasa biasanya perpindahan atau pergeseran. Dan memang nyatanya hubungan kausalitas mempunyai jarak.

Menurutku waktu terus berjalan lurus ke depan, maju (dalam pandangan manusia).

Tidak ada kondisi dengan ketiadaan waktu. Bahkan dalam kondisi ketiadaan waktu itu pun tetap berada dalam suatu waktu. Ketiadaan waktu lebih cocok kepada keabadian, yaitu ketakterbatasan waktu.

Dan tidak akan mungkin satu manusia bisa membuat waktu mundur ke belakang. Karena waktu tidak dibuat untuk kepentingan satu manusia. Waktu seperti hukum Tuhan.

Salah satu penyebab ketidakmungkinan waktu mundur ke belakang adalah masalah ruang. Jika waktu bisa mundur, maka harus didukung dengan ketersediaan banyak ruang (alam nyata) seperti yang sekarang ditempati manusia.

Jika mengikuti prinsip ini, jika ada banyak manusia, maka akan semakin jelas bahwa ruang akan semakin banyak. Bahkan untuk satu manusia saja, bisa membutuhkan banyak sekali ruang.

Pemunduran-pemunduran pada waktu hanya bisa bekerja di alam pikiran manusia. (Hukum sebab-akibat tidak berlaku dalam alam pikiran)


Menurutku malah, waktu tidak ditujukan untuk kepentingan manusia. Waktu ditujukan untuk proses dalam ruang. Atau kepentingan manusialah yang membutuhkan waktu.

Tapi berawal darimana waktu itu? Dari ide manusia. Ide yang memikirkan jarak dalam perubahan. Tapi ini tidak selalu benar. Mungkin lebih tepat dinyatakan sebagai kiasan. Karena pada dasarnya manusia juga selalu memikirkan tentang waktu.


Mungkin konsep ruang waktuku ini tidak bersesuaian dengan pandangan umum. Tapi ruang dan waktu dipengaruhi pandangan akan pengertian.







KONSEP MATERI DAN ENERGI

KONSEP MATERI

MATERI DAN IMMATERI


Apakah pengertian dari materi? Apakah ada pernyataan secara ilmiah untuk menyatakan hal-hal yang termasuk materi? Bagaimana kategori dari materi? Apakah ada hukum materi?

Apakah materi memiliki potensi? Apakah semua materi memiliki potensi? Apa potensi materi itu?





Apakah sesuatu yang materi itu harus memiliki massa? Apakah materi dibatasi sampai atom? Bagaimana dengan sub-partikel atomik, apakah itu di luar daripada materi?

Apakah immateri yaitu semua di luar daripada materi? Apakah berarti semua di luar daripada atom adalah immateri? Apakah ada anti-materi?

Apakah energi termasuk materi? Jika energi termasuk dalam immateri, maka jika begitu, immateri dapat mempengaruhi materi.

Apakah materi bisa berubah menjadi energi? Apakah energi bisa berubah menjadi materi? Apakah materi bisa mempengaruhi energi? Apakah energi bisa mempengaruhi materi?

Apakah ide termasuk immateri? Apakah ide tersimpan dalam otak manusia, atau ide cuma sekedar lewat saja dalam otak? Jika ide tersimpan dalam otak manusia, dan jika dalam otak manusia bisa dipilah-pilah menjadi bagian paling kecil, apakah tidak mungkin jika ide manusia tersimpan dalam atom-atom (terdiri dari atom-atom) dalam otak manusia? Dan jika itu bisa terjadi, apakah berarti ide juga termasuk materi?

Aku dapat sedikit pemikiran tentang immateri bisa mempengaruhi materi.
Contohnya; cahaya bisa mempengaruhi mata, yang akan mempengaruhi manusia, otak, perasaan, dll.
Contoh lainnya; bunyi mempengaruhi telinga atau panas mempengaruhi kulit.

Apakah benar ketiga contoh di atas termasuk cara immateri mempengaruhi materi? Apakah immateri harus berawal dari materi? Atau apakah immateri muncul dari immateri? Dan jika immateri harus berawal dari materi, berarti immateri ini lebih mirip sebagai perantaraan, penghantar, penghubung.
Dan jika pertanyaan di atas benar, maka makhluk gaib kemungkinan besar terbuat dari materi. (Dengan dasar pengalaman pribadi, yang mungkin lebih tepat disebut pengalaman mistis)(Mungkin ada baiknya kuceritakan, ataupun tidak usah saja)

Tapi ini bukan merupakan kepastian. Masalah peletakan dasar selalu mempengaruhi kesimpulan akhir. Seperti pertanyaanku di awal tadi, apakah cahaya, suhu, tekanan udara, bunyi, termasuk materi? Dan jika semua ini termasuk materi, kesimpulan yang dicapai adalah berbeda, dan pada kesimpulan akhir yang akan didapat adalah TUHAN TERBUAT DARI MATERI. Mungkin perlu kutambahkan di sini, pengertian materi ini mungkin tidak sama seperti materi kulit dan daging spt pada manusia, mungkin saja materi ini berupa materi yang tidak terdapat di bumi.

Menurutku, ini bisa saja benar, tetapi "Tuhan yang terbuat dari materi" ini akan lebih cenderung menggambarkan Tuhan itu hanya sebagai zat atau materi tertinggi (materi pertama).
Memang pengertian ini tidak selalu berarti begitu. Tapi kebanyakan oraang pasti beranggapan seperti itu.

Dan ini tentu berbeda dengan Tuhan filosofis, yang mana yang menciptakan segalanya dengan keteraturan.

Karena sebenarnya bisa juga, maksudnya, Tuhan terbuat dari materi tertinggi yang tidak diketahui oleh manusia. Tetapi Tuhan tetap menciptakan, karena menurut pandanganku, dunia ini bukan unsur ketiba-tibaan atau kebetulan.

Apakah Tuhan mungkin itu terbuat dari materi jiwa? Maksudnya Tuhan itu tersusun dari materi-materi jiwa. Tentu saja tidak bisa dipastikan. Tapi menurutku kemungkinannya kecil.

Dan Tuhan sebagai materi tertinggi (materi pertama) ini juga tidak bisa menerangkan sedikit pun tentang fenomena "MAKHLUK GAIB", kecuali jika Tuhan itu Tuhan yang menciptakan.





KONSEP ENERGI

 Apakah energi itu? Apakah energi termasuk materi, kenapa? Darimana energi itu? Apakah energi harus berasal dari materi? Apakah immateri bisa memiliki energi? Apakah semua materi memiliki energi?

Apa kegunaan energi itu? Apakah ada materi yang tidak memiliki energi? Apakah ada energi yang tidak memiliki materi? Bagaimana cara mendapatkan energi?


Untuk tetap hidup di dunia, manusia membutuhkan energi, cara yang paling biasa dilakukan adalah dengan makan dan minum. Atau dengan kata lain dengan mengambil dari energi lain.

Bagaimana jika mendapatkan energi dengan cara lain? Misal dengan menghisap energi alam?
Tentu aku tidak bisa memastikan. Tapi pandangan empirisku tentu menolak hal tersebut.

Apakah energi ini sesuatu yang setara dengan dengan cahaya, suhu, tekanan, dll?
Apakah segala sesuatu di luar materi itu kita kategorikan sebagai energi? Apakah materi semua materi memiliki energi? Tidak tahu. Tapi aku pikir materi memiliki potensi.



KONSEP CAHAYA


Dan jika energi bisa berubah menjadi materi, maka bisa jadi awal mula alam semesta dan isinya ini adalah dari energi. Tapi darimana energi pertama berasal?

Jika semua energi termasuk dalam kategori di luar materi.
Dan jika semua kategori di luar materi adalah immateri.
Apakah semua immateri adalah energi?
Lalu darimanakah energi itu muncul? Bisakah energi muncul secara tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba? Atau energi harus muncul dari materi? Jika kemunculan energi harus didahului dengan keberadaan materi, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa materilah yang pertama ada.

Aku bukan ahli fisika, jadi mustahil aku bisa mengambil kesimpulan berdasarkan kepastian realitas. Tapi jika energi tidak bisa menghasilkan materi. Berarti mustahil awal kehidupan ini berasal dari energi, yang paling mungkin berawal dari materi dan (bisa jadi) dipengaruhi oleh energi.


Sebenarnya bisa menimbulkan banyak sekali pertanyaan dari segi materi, immateri, dan energi ini.
Misal lagi, apakah energi bisa mempengaruhi materi. Aku rasa bisa.
Contoh seperti ini;
Jika panas adalah energi.
Dan tubuh adalah materi.
Panas bisa mempengaruhi tubuh.
Ini kan berarti energi mempengaruhi materi.

Apakah cahaya berarti perubahan? Maksudku cahaya adalah perubahan dari sesuatu yang telah ada di alam ini. Atau cahaya merupakan energi.
Atau cahaya adalah pemberi perubahan pada mata. Ini tidak mungkin.
Aku rasa sudah ada konsep fisika untuk cahaya.



Aku kembali memikirkan suatu kata "energi". Energi untuk hidup.
Kenapa radio itu hidup, karena memiliki energi. Kenapa api itu hidup, karena memiliki energi.  Kenapa lampu itu hidup. Kenapa binatang itu hidup, karena punya energi. Kenapa manusia itu hidup, karena mempunyai energi.
Jadi bisa diambil kesimpulan, syarat sesuatu dikatakan hidup adalah memiliki energi.
Syarat kata "hidup" bagi manusia saat ini adalah, dapat bergerak (melakukan) sesuatu sesuai dengan fungsi (kemampuan)-nya.
Mungkin itu penyebab kenapa manusia tidak pernah mengatakan bahwa tas itu hidup (biarpun tas itu digerakkannya) atau boneka itu hidup (biarpun dia menggerakkan boneka itu).
Tapi jika suatu saat, dibuat suatu tas yang bisa memasukkan barang sendiri ke dalamnya ataupun boneka yang bisa bergerak sendiri, maka manusia juga akan menganggap tas dan boneka itu hidup.
Jadi syarat lain sesuatu yang hidup itu bagi manusia adalah sesuatu yang bergerak bukan karena energi alami (spt; angin, air, ) dan campur tangan manusia secara terus menerus (menggerakkan boneka, pensil, sapu, dll)
Dan pembagian hidup ini di dasarkan dengan energi yang dipakainya;
- energi buatan manusia
- energi bawaan

Kata "memiliki" di sini berarti; dialiri, diberikan, mempunyai, 


Yang paling menarik dari semua pembahasan ini menurutku ADALAH MATERI DAN ENERGI. Aku yakin rahasia makhluk gaib tersimpan di dalam ini, yaitu berubah dari materi menjadi energi, atau sebaliknya.



MENCARI SEGALA BUKTI UNTUK PEMBENARAN TIDAKLAH SAMA DENGAN MENCARI SEGALA BUKTI UNTUK KEBENARAN.




TENTANG HARAPAN DALAM MANUSIA

Menurutku, manusia bisa hidup lebih baik tanpa berharap. Karena dengan berharap, manusia sedang menyakiti dirinya. Jadi sebaiknya manusia tidak berharap. Tetapi manusia harus berusaha atau mungkin dengan kata lain berkeinginan.

Kenapa berharap bisa menyakiti diri manusia? Lalu bagaimana dengan perbedaan keinginan dan harapan? Karena dengan berharap, sebenarnya manusia sedang menggambar dirinya telah mencapai kondisi dari keinginannya tsb. Tujuan dari harapan hanyalah menyenangkan hati manusia tsb. Harapan melahirkan imajinasi-imajinasi. Bisa jadi tujuan dari berharap itu adalah melepaskan diri dari kondisi yang sebenarnya menekan manusia pada tersebut, dengan cara menghibur hati.

Sedangkan pada keinginan, manusia sedang menekankan diri pada usaha untuk mencapai keinginan tersebut.
Mungkin ini cuma disebabkan kata INGIN tersebut merupakan sedikit perintah dalam otak manusia agar memikirkan cara, bukan tujuan. Dan tambahan sedikit, INGIN tersebut lebih menekankan akan usaha individu tersebut.

Sedangkan pada harapan, orang tersebut menjadi lebih bertahan, yaitu menunggu atau menerima agar orang atau sesuatu yang lain melakukan sesuatu untuk orang tsb. Dan kehilangan harapan selalu menimbulkan kekecewaan terbesar dalam hati manusia.


Tapi pangan ini jelas ini tidak terlalu benar. Harapan adalah penghiburan bagi manusia. Harapan adalah motivasi bagi manusia. Harapan adalah penyambung cita-cita manusia. Harapan adalah penopang hidup manusia.

Dengan adanya harapan, manusia mendapatkan semangat untuk tetap hidup. Dengan adanya harapan, manusia bisa kuat dalam menghadapi hidup. Dengan adanya harapan, manusia akan berusaha untuk hidup. Dengan adanya harapan, manusia akan tetap hidup.

Karena dengan adanya harapan, manusia sedang menyambung hidupnya. Karena adanya harapan, manusia bisa menjalani hidupnya demi kehidupan yang lebih baik. Dengan harapan, manusia akan terus berjuang. Dengan harapan manusia akan terus bertahan. Harapan manusia adalah kehidupan dalam hidup.

Sebenarnya kelemahan dalam argumen ini adalah bahwa aku terlalu menyamakan impian dengan harapan. Tetapi bukankah keduanya memang sama-sama menggambarkan harapan? Mungkin aku cuma sedikit ingin bermain kata-kata.


ERA DI MANA HARAPAN MANUSIA AKAN BERAKHIR KATAMU? MEMANGNYA ADA!? HARAPAN MANUSIA... TIDAK AKAN PERNAH BERAKHIR!! -  EIICHIRO ODA

Jadi aku persilakan anda memilih, apakah anda ingin hidup dengan harapan atau tidak.Itu bukan urusanku. Tapi aku ingin menambahkan sedikit.

JANGAN MENANGIS KETIKA DUNIA TERNYATA KEJAM PADAMU. KAU HARUS MENGHADAPINYA. KARENA TIDAK ADA MALAIKAT YANG AKAN MENYELAMATKANMU. JIKA KAU TIDAK BERUSAHA, KAU AKAN BERAKHIR MENYEDIHKAN - EIICHIRO ODA

Biarpun sedikit penuh omong kosong. Aku ingin tambahkan sedikit untuk manusia yang putus harapan.

JANGAN BIARKAN DIRIMU KALAH! KAU HARUS KUAT! APAPUN YANG TERJADI, JANGAN PERNAH MEMBENCI DIRIMU DILAHIRKAN! TIDAK APA JIKA TAK ADA YANG MEMUJI KALIAN! JANGAN LUPAKAN KEKUATAN SENYUM. SELAMA KAU BERTAHAN, BANYAK HAL MENYENANGKAN YANG AKAN TERJADI!!! - EIICHIRO ODA




EDUCATING THE MIND WITHOUT EDUCATING THE HEART IS NO EDUCATION AT ALL - ARISTOTELS

Jadi sebenarnya selain mengajari pikirannya, manusia juga perlu mendidik hatinya. Karena mendidik hati bisa mempengaruhi pencapaian dan pemikiran manusia tersebut. Mendidik hati juga akan mempengaruhi pandangan orang tersebut akan realitas. Itulah sebabnya jika filosof tidak bisa mendidik hatinya, musuh terbesar mereka adalah bunuh diri.
Apakah mendidik hati berarti mendidik emosi? Bisa jadi, tapi sepertinya aku harus memikirkan ini lebih dalam. Mendidik hati ini mungkin lebih mirip dengan mengatur keinginan-keinginan manusia (mungkin yang disebut keinginan bawah sadar)
Jangan ajari anak tentang ketakutan, karena ketakutan tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali kebodohan. Tapi ajari mereka tentang sopan santun dan etika.


Dan sebaiknya ketenangan dan konsentrasi dibedakan karena menurutku penggunaan bagian otak untuk dua kondisi ini berbeda. Selain itu fokus dari hal ini juga berbeda. Yaitu ketenangan terfokus untuk kondisi itu sendiri(tapi ketenangan di sini berarti dipaksakan)(konsentrasi untuk menenangkan). Dan konsentrasi terfokus (siaga) untuk menerima dari luar dan mengolahnya (terutama bagian mengolah).



LEISURE TIME IS THE MOTHER OF PHILOSOPHY.

Kenapa aku setuju dengan pendapat ini? Bukankah ibu dari filsafat adalah kecintaan akan kebenaran? Menurutku, kalaupun orang tersebut cinta akan kebenaran, tapi tidak punya waktu untuk berpikir tentang kebenarannya, dia tidak akan pernah berfilsafat.




TENTANG KESEMPURNAAN

Kesempurnaan itu hanyalah ide manusia tentang sesuatu yang sempurna (tidak memiliki kekurangan). Selagi ide kesempurnaan manusia terlalu tinggi, manusia tidak akan dapat merasakan atau melihat kesempurnaan. Kekurangannya, karena manusia selalu menganggap bahwa kesempurnaan itu identik dengan tidak memiliki sisi buruk sama sekali. Itulah sebab manusia kesulitan melihat kesempurnaan dalam segala sesuatu. Memiliki lebih banyak sisi baik daripada sisi buruk adalah cukup sempurna. Meskipun penilaian BAIK BURUK terhadap suatu sisi adalah relatif.

Jika ingin menjadi manusia sempurna, miliki ide kesempurnaan yang rendah, sehingga anda mudah mencapainya. Tapi tetap saja ini mempunyai lawan, lawannya adalah ide kesempurnaan orang lain. Ide kesempurnaan orang lain juga memiliki kekurangan. Yaitu ide kesempurnaan realitas. Ide kesempurnaan realitas juga bukan berarti sama dengan ide kesempurnaan Tuhan, cukup sulit bukan? Jadi tentukan sendiri ide kesempurnaan anda.


Maka kesimpulan yang bisa diambil dari teori di atas;
- kesempurnaan itu ide, sangat bergantung dari subjek; kesempurnaan menurut A berbeda dengan kesempurnaan menurut B

- ide kesempurnaan dapat diwariskan, dijelaskan secara rasio, tapi tidak bisa dibuktikan; misal kesempurnaan dalam suatu substansi, kesempurnaan suatu benda, kesempurnaan suatu bangunan, kesempurnaan suatu makanan, kesempurnaan suatu hasil, kesempurnaan suatu sistem - tidak ada yang bisa membuktikan kenapa itu disebut sebagai sempurna

- kesempurnaan tergantung sudut pandang, bahkan oleh satu subjek (pengamat); kegunaan, keuntungan, perasaan, ruang dan waktu, dlsb

- kesempurnaan itu statis sekaligus dinamis; berupa doktrin yang didalilkan. Dalil berubah jika doktrin tersebut telah berubah. Atau bisa juga berupa dalil yang didoktrinkan. Doktrin berubah jika dalil telah berubah

- maka, tidak ada suatu takaran kesempurnaan jika tidak melalui persetujuan, baik individual maupun universal

Dan karena tidak ada manfaat membahas kesempurnaan, maka kita tutup saja sampai di sini.

Pesanku yang menurutku cuma omong kosong; JANGAN INGINKAN DIRIMU MENJADI SEMPURNA. TAPI SEMPURNAKANLAH KEINGINAN DIRIMU.






Aku berpikiran kalau dalam berfilsafat, mengemukakan gagasan berdasarkan pembandingan pikiran filosof lainnya, bisa menghasilkan pemikiran yang lebih baik.
Karena pastinya KITA akan berdiri lebih tinggi, jika KITA berdiri di atas pemikiran filosof tersebut. Tetapi tentu saja kalau KITA memikirkannya lebih teliti dan sungguh-sungguh.
Kalau hidup adalah kenikmatan, maka sebenarnya banyak manusia yang tidak hidup. Mana yang benar, ataukah banyak manusia yang hidupnya tidak nikmat? Berarti memang tidak boleh bertolak belakang dengan kondisi sesungguhnya.



Anda tidak perlu menjadi positif, tapi jadilah netral sehingga anda lebih mudah menangkap emosi di sekitar anda. Ini hanya kiasan.





Apakah kalimat; "Manusia tidak lagi pantas disebut manusia jika tidak memiliki cinta di dalam hatinya," adalah kalimat yang tepat untuk digunakan? Jelas ini adalah suatu pandangan yang romantis. Tapi bukan berarti ini salah, menurut pandangan idealis adalah begini; "Manusia tidak pantas disebut manusia jika tidak memiliki kebaikan di dalam hatinya."
Suatu kalimat selalu menjadi masalah sudut pandang.

Tidak ada pengertian kebebasan sejati yang berarti hidup sebebas-bebasnya bagi manusia. Bahkan manusia paling bebas pun, harusnya mempunyai aturan hidup tersendiri. Perasaan akan kebebasan sejati hanya bisa dicapai manusia dengan membuat dasar dalam dirinya (pembentukan kepribadian) yang tidak bertentangan dengan pandangan yang manusiawi. Ini sedikit rumit untuk dijelaskan, tapi singkatnya, mungkin lebih mirip dengan manusia tidak akan merasa bebas sebelum merubah hukum moral dalam dirinya bersesuaian dengan kebenaran yang dipandang secara universal.

Menurut pandangan romantisisme,
Aku pikir kepuasan tertinggi manusia terletak pada perasaannya, yaitu cinta. Dan oleh karena itu, konsep manusia akan CINTA adalah faktor yang paling menentukan kebahagiaan manusia tersebut.
Maksudku di sini adalah pentingnya untuk pembentukan karakter . Semakin tinggi pengertian manusia tersebut akan cinta, maka semakin besar kemungkinannya orang tersebut tidak berbahagia dalam hidup ini. Atau bisa diartikan semakin besar penderitaan orang tersebut. Seperti aku ingin mengatakan sebaiknya jangan memberi pengertian tentang cinta yang terlalu besar kepada manusia.
Mungkin aku katakan, konsep cinta yang dasar adalah bukan dengan mencintai, tapi dengan tidak mempunyai niat jahat atau dengan tidak mempunyai niat menyakiti. Tapi persamaan ini tidak terlalu tepat, karena terdapat sedikit tingkatan dalam hal ini.

Bahkan dengan melakukan konsep dasar cinta ini sudah bisa menciptakan kebaikan dalam dunia ini. Dan ini sistem cukup bagus, karena memiliki efek buruk yang kecil.
Tetapi muncul pemikiran, kenapa aku memasukkan cinta dengan kebaikan, berarti aku setuju dengan pandangan hanya dengan perasaanlah maka manusia bisa melakukan kebaikan? Ini juga mungkin akan dibahas belakangan. Tapi ini tidak benar.



Aku ingin mengungkapkan gagasan, jika manusia berhasil mengungkap rahasia otak (dalam artian mengungkap rahasia ide jiwa dalam konsep pemikiran awalku), dan membuat alat untuk mempermudah manusia mengontrol otak (diri), maka masalah-masalah kehidupan akibat psikologis manusia bisa diminimalisir.  Ini juga mengurangi penggunaan waktu untuk  pengembangan diri dan terapi. Memang hal ini bisa menimbulkan banyak dampak negatif. Tapi manusia telah merubah alam, yang akan merubah manusia. Jalan untuk kembali adalah dengan merubah manusia, yang akan merubah alam.






PANDANGAN AKAN KEBENARAN

Kebenaran bukan suatu hal yang mutlak, sama seperti semua hal yang melibatkan kesimpulan dari suatu hal. Sudut pandang dari pembuatan pernyataan-pernyataan awal yang menentukan hasil dari penarikan kesimpulan ini.

Ada baiknya mereka juga mendasarkan perbuatan akan versi kebenaran menurut mereka. Karena biarpun mereka menganggap itu sebagai kebenaran, tetapi melakukan tindakan yang sebaliknya. Lama kelamaan otak (akal) mereka (mungkin) akan  menanamkan kebenaran versi terbaru itu (otak lupa mana yang benar-benar terjadi).

Menurut pandangan Nietzsche, bahkan dalam satu individu tunggal; kebenaran dalam dirinya juga terbagi atas 3 kriteria, yaitu;
- kebenaran menurut perasaan
- kebenaran menurut akal atau pikiran
- kebenaran menurut indra (penglihatan, penciuman, pendengaran)


Dan seperti aku terangkan di atas alasan susahnya mencapai kebenaran yang mutlak karena hal tersebut cuma ada di dalam angan-angan manusia.

Kebenaran selalu mempunyai sudut pandang karena kebenaran itu merupakan hasil pikiran manusia terhadap sesuatu. Jadi untuk satu kebenaran saja pun, manusia akan mengalami 3 kesulitan;
- apakah sudut pandangnya sama
- apakah pemikirannya sama
- apakah objeknya sama



Pada saat manusia melakukan pencarian kebenaran (maksudnya ingin mengetahui kebenaran), manusia sebenarnya sedang melakukan pembandingan pandangan dirinya (jiwanya) dengan hal lain seperti pemikirannya, realitas (alam kenyataannya) dan Tuhannya (pandangannya yang dianggapnya sebagai pandangan Tuhan).

Jadi bagi manusia-manusia yang ingin mencari kebenaran dalam hidup; sebaiknya menentukan dulu kebenaran versi apakah yang mereka inginkan.

Manusia sedang merasa dirinya tahu (mengerti) jalan pikiran Tuhan sehingga mereka merasa kebenaran dan kebaikan bagi manusia sama dengan kebenaran dan kebaikan bagi Tuhan. Aku dengan yakin berpendapat, bahwa kebenaran bagi manusia tidak bisa disamakan dengan kebenaran menurut Tuhan. Sebaiknya manusia belajar mana kebenaran untuk mereka (universal), dan tidak usah terlalu sibuk memikirkan kebenaran Tuhan, karena pada dasarnya pengetahuan mereka masih terlalu jauh untuk bisa mencapai hal tersebut.

Jangan merasa malu atau takut untuk selalu berusaha melakukan kebenaran anda. Karena sejatinya pun anda selalu berusaha untuk selalu melakukannya, saya yakin anda tidak selalu berhasil melakukannya. Dan jika anda selalu berusaha melakukannya, bisa menambah peluang keberhasilan anda (melakukannya). Setidaknya peluangnya lebih besar daripada saat anda tidak berusaha melakukannya.


Perasaan pada saat membandingkan diri dengan orang lain juga merupakan salah satu faktor manusia tidak dapat melakukan kebenaran menurut versi mereka. Maksudnya seperti suatu dilema.

Jadi saat manusia ingin mencari kebenaran, penting untuk ditanyakan lebih dulu; Kebenaran versi apakah yang DICARINYA?



Tidak ada kebenaran menurut hati. Atau lebih tepat jika aku katakan, hati tidak dapat dijadikan dasar kebenaran, karena hati manusia berubah-ubah (menurut pandanganku). Jika mengikuti hati, maka kebenaran (umum) akan menjadi hal yang semakin labil. Akal manusia lebih stabil. Dan akal manusia juga yang menentukan hati. (?) (hati di sini bukan berarti perasaan) (mungkin lebih mirip kondisi batin)


Berpikir dengan perasaan buruk bisa merusak tubuh manusia. Mungkin untuk mencegah ini maka dibuat positif psikologi. Yaitu (mungkin artinya) berpikir dengan positif, atau berpikir dalam kondisi positif (?).


Berarti pokok pemikirannya; manusia sebaiknya menjalani hidup yang baik karena kesadaran akan dirinya (kesadaran akan kehidupan yang baik), bukan karena ketakutan akan Tuhan?
Aku pikir bahkan untuk membahas kalimat ini bisa menghabiskan waktuku berjam-jam atau berhari-hari. Jadi sebaiknya aku menjawab; mungkin pengertiannya mirip dengan itu.
Tapi ada sedikit pengertian yang butuh pengkajian mendalam untuk cara pandang di sini, misal dengan tujuan awal bahwa semua yang diciptakanNya (semua yang ada) itu adalah untuk kebaikan. Pengertian kebaikan di sini bukan dengan berpandangan bahwa semua di alam ini kebaikan manusia semata, tapi untuk kebaikan semesta atau bisa berarti kebaikan untuk kehidupan itu sendiri. Agak sedikit sulit dijelaskan, tapi sedikitnya bagi dunia ini, manusia itu bukanlah segalanya.





Mengenai alat bantu pengukur otak? sangat bersesuaian dengan pendapat Galileo, "Segala sesuatu harus dapat diukur, dan yang tidak dapat diukur harus dibuat supaya dapat diukur."
Maksudku di sini, segala sesuatu yang dapat diukur manusia itu adalah sesuatu yang dapat diterima indranya. Sedangkan yang tidak dapat diukur itu adalah yang tidak dapat diterima indra.
Dan untuk membuat yang TIDAK DAPAT DIUKUR itu menjadi dapat diukur, bisa dilakukan dengan bantuan alat (dengan menciptakan suatu alat).
Tapi perkataan Galileo juga bisa berarti lain, lain kali kubahas.

Aku sedikit kepikiran ide tentang kesempurnaan itu telah melekat dalam otak manusia. Ini bisa jadi ada dan bisa juga tidak. Misal pada pertanyaan; pada umur berapa manusia tahu lingkaran itu sempurna atau tidak?
Apakah anak itu harus diajari tentang kesempurnaan lingkaran supaya dia tahu mana lingkaran yang tidak sempurna? Atau lebih mudahnya, pada umur berapa seorang anak tahu gambar mana yang lebih baik (jika dihadapkan pada kondisi memilih gambar yang serupa, tapi satu diantaranya memiliki kecacatan? Jika seorang anak berusia 3-4 tahun misalnya bisa menentukan gambar mana yang lebih baik, apakah ini berarti nilai tentang keindahan itu telah melekat dalam otak manusia? Atau ini karena kecerdasan dan perasaan?




Menurutku, Tuhan tidak menciptakan dunia ini untuk (menurut) sudut pandang manusia. Kecerdasan dan keingintahuan manusialah yang membuat manusia sedikit demi sedikit ingin mengetahui hukum yang telah diciptakan-Nya dengan pemikiran kemanusiaannya.Kelemahan terbesar para filosof adalah bahwa mereka juga MANUSIA yang sejatinya terbuat dari materi. Oleh karena itu, mereka tidak boleh mengabaikan kodratnya sebagai makhluk material (maksud yang paling sederhana ialah makan). Tapi bisa jadi ini juga merupakan suatu keuntungan untuk menyelesaikan masalah seputar manusia. Kalau gagasan ini kukembangkan, bisa mencapai kata TUHAN YANG EGOIS?


Stoikisme : manusia hendaknya tidak terbawa perasaannya (tetap tenang dan tabah). Dalam artian, bahwa segala sesuatu itu terjadi karena memang harus terjadi. Konsep ini cuma berlaku untuk hal di luar subjek (berhubungan dengan hal-hal yang menimpa subjek tsb). Maksudnya; misal kehilangan orang yang dicintai, dll.


Dunia ini terhampar di depan mata setiap manusia. Tergantung kaca mata warna apa yang kita gunakan, seperti itulah warna dunia menurut kita. Penggambaran yang bagus dari Spinoza. Ini lebih cocok dikategorikan sebagai pandangan filosofis, atau KACAMATA SPINOZA.


Berdasarkan pandangan filosofis bahwa Tuhan sudah menetapkan keteraturan, keseimbangan dan keharmonisan dalam alam ini. Aku berpendapat bahwa tidak ada satu pun dalam alam ini yang bisa bergerak bebas keluar dari hukumnya. Jadi kalaupun sekiranya ada kejadian yang tidak dapat dipikirkan akal manusia (irasional)(tidak masuk akal), hal tersebut bukan berarti keluar dari hukumnya, hanya saja manusia tidak / BELUM mengetahui semua hukum tersebut.






EMPIRISIS DAN RASIONALIS

Dan karena aku menyampaikan gagasanku berdasarkan pemikiran empiris dan rasionalis. Maka aku ingin menyatukan sedikit perbedaan pandangan ini untuk mempermudah pemahaman.

Di sini aku sedikit menjelaskan penyebab kesalahpahaman antara kaum rasionalis dan empirisis. Kaum empiris menyatakan, "Tidak ada sesuatu yang ada di dalam pikiran, kecuali apa yang sebelumnya telah diterima indra." Dan kaum rasionalis mengatakan, "Tidak ada jalan manusia dapat mencapai pengetahuan kalau tidak melalui akal."

Menurutku ini tidak ada yang salah, cuma kedua pernyataan ini belum lengkap (masih merupakan tahap, dan setiap tahap terdapat dalam tingkatan (bertingkat)). Karena pada tahap awal manusia memasukkan 'gambaran' ke dalam otaknya berdasarkan pengalaman. Dan tahap selanjutnya manusia menggabungkan 'gambaran-gambaran' tunggal pengalaman ini, seperti pencampur-adukkan dan pengambilan potongan-potongan.

Atau lebih mudah seperti sedang membayangkan seekor KUDA BERTANDUK. Yaitu dengan pengalaman melihat kuda dan pengalaman melihat tanduk. Sehingga dicampuradukkan menjadi satu gambaran, yaitu KUDA YANG BERTANDUK.

Dan ini menjadi penyebab manusia bisa membayangkan tentang NAGA BERSAYAP. Cuma ini bukan merupakan pemikiran murni rasional. Karena pada kenyataannya, manusia belum pernah mengalami melihat NAGA. Apalagi dengan SAYAP.

Jadi dengan ini, aku menolak pandangan Descartes yang menyatakan bahwa akal itu adalah sumber segalanya, dan pengalaman cuma berfungsi untuk mempertegas pengetahuan yang didapat oleh akal (rasio).





EMPIRIS

Jadi untuk saat ini aku menolak; Iman kepada Tuhan atau norma-norma tertentu sudah melekat dalam akal manusia sejak manusia dilahirkan. Pandanganku sebagai empirisisme.

Sebaiknya manusia mempertajam kesadaran dan pengamatan akan pengalamannya.




KELEMAHAN EMPIRIS

Pengalaman manusia tidak mungkin salah, masalahnya terletak pada pemilahan data yang berupa fakta dan berupa gagasan pribadi oleh subjek (pribadi penilai). Atau lebih mudahnya dipengaruhi kondisi dari subjek dan pengetahuan subjek tsb. Kondisi dari penilai, menghasilkan sudut pandang. Dan pengetahuan subjek menghasilkan kesimpulan.

Empirisisme selalu mengalami kesulitan dalam hal sudut pandang. Yaitu pengalaman dan pengambilan kesimpulan berdasarkan pendapat pribadi. Misal aku ingin bertanya; "Apakah Freud pada masa kecilnya pernah bertanya pada diri sendiri, apa yang menyebabkan anak-anak (di lingkungan sekitarnya) tumbuh menjadi mereka, bukannya seperti dirinya?"


Menyelesaikan masalah dengan menggunakan data yang sudah tersimpan di otak. Dan dengan menggunakan persamaan dari data-data yang sudah ada. Masalahnya adalah bila kita tidak mempunyai sedikitpun data tentang itu. (Atau mungkin kita sudah pernah menerima data itu tapi kita tidak ingat sama sekali). (Mungkin di sini letak pentingnya memilih data yang kita masukkan ke otak dan mengatur cara kerja otak)





KELEMAHAN DALAM MENANGKAP REALITAS

Dalam menangkap realitas, sebenarnya tidak ada kepastian bahwa akal, atau perasaan, atau indra yang paling benar. Ini sering yang menyebabkan terjadinya pertentangan antara pandangan filosofis tertentu. Aku menjelaskan sedikit maksud pernyataan ini;
- indra terlalu memandang penangkapan realitas dalam satu kondisi tunggal, padahal menurutku, suatu realitas itu memiliki suatu kondisi awal yang harusnya dijadikan pembanding
- akal terlalu memandang suatu realitas berdasarkan pengetahuannya saja, hal ini bisa berdampak buruk terutama bila kurangnya pengetahuan, dan pengetahuan pada akal pada umumnya bersifat warisan, bisa saja kebenaranya sudah basi
- perasaan terlalu bersifat individu, atau berdasar pendapat pribadi subjek (subjektif); jadi sangat bergantung dari ketenangan, kebaikan, dan kondisi subjek itu sendiri

Aku menawarkan suatu pemikiran yang menarik (menurutku).
INDRA sebagai dasar. AKAL sebagai pembanding. PERASAAN sebagai penentu. - IDEALIS
Tapi kadang ini tidak terlalu benar. Bisa jadi begini.
INDRA sebagai dasar. PERASAAN sebagai pembanding. Dan AKAL sebagai penentu. - RASIONALIS


AKU MENGHAYAL; RASIONALIS MELIHAT BENDA (ABC) DENGAN KEPALA DI ATAS. IDEALIS MELIHAT BENDA (ABC) DENGAN KEPALA DI BAWAH. KEDUANYA BERDIRI DENGAN TELAPAK KAKI YANG MENYATU.
KEMUDIAN AKU MENAMBAHKAN; DAN MATERIALIS MELIHAT DARI ANTARA TELAPAK KAKI-KAKI MEREKA.



TUHAN TIDAKLAH DEMIKIAN ACUH TERHADAP MANUSIA SEHINGGA IA MEMBUATNYA MENJADI SEKEDAR MAKHLUK BERKAKI DUA, DAN KEMUDIAN MENYERAHKAN TUGAS MEMBUAT MEREKA RASIONAL KEPADA ARISTOTELES - JOHN LOCKE



Gagasan tentang Tuhan lahir dari akal manusia. Semakin banyak manusia berpikir melalui akal, semakin yakin dia akan keberadaan Tuhan. Ini tergantung.



HUME - HUKUM KEBIASAAN

Hume mengatakan bahwa hukum pasti milik manusia lebih mirip spt hukum kebiasaan. Kebiasaan melihat sesuatu sebagai proses sebab-akibat dari apa yang terjadi. Manusia menganggap sesuatu yang biasa terjadi itu sebagai SESUATU YANG PASTI TERJADI. Yang terjadi di luar daripada YANG BIASA ini akan dianggap sebagai keajaiban.
Hume menyatakan bahwa manusia bukannya tahu pasti kejadian tersebut akan terjadi. Tetapi lebih mirip kepada mengharapkan agar kejadian tsb yang terjadi. Yang perlu diperhatikan di sini adalah MENGHARAPKAN. Dan jika yang terjadi itu tidak seperti yang diharapkannya, manusia menganggap hal tersebut AJAIB / KEAJAIBAN. Begini cara sesuatu dianggap sebagai KEAJAIBAN menurut Hume.

Tapi aku tidak terlalu menyukai pandangan Hume ini. Memang memikirkan hal yang belum (yang akan) terjadi ini memang mirip seperti mengharapkan yang biasa terjadi. Tapi ada sedikit pergeseran makna antara MENGHARAPKAN dengan MEMIKIRKAN KEMUNGKINAN.

Cara manusia menyimpulkan apa yang akan terjadi ini lebih dekat dengan yang disebut karena pengalaman. Semakin banyak orang tsb mengalami pengalaman kejadian serupa, maka semakin yakin orang tsb akan kepastian hal tersebut. Sehingga dia menjadi lupa, bahwa semua itu hanya berdasarkan HARAPAN (PEMIKIRAN) dia akan kejadian yang akan terjadi. Proses pengalaman ini dimulai sejak masa kecil manusia (terutama mulai umur 1 tahun).

Menurutku, dunia ini semakin berjalan ke arah kebaikan. Kebaikan yang aku maksudkan adalah ilmu pengetahuan. Atau bahasa lainnya, manusia sudah semakin terpelajar dan mengerti akan dunianya. Hanya saja manusianya yang belum berjalan ke arah kemanusiaan. Ini merupakan salah satu akibat dari manusia sebagai makhluk yang terbuat dari materi. Yang menyebabkan tekanan perasaan dan mental individu. Dan tentu saja satu lagi karena faktor perasaan manusia.


Atau bahasa puitisnya aku bilang begini; MANUSIA SEMAKIN BERJALAN MENDEKATI KESEMPURNAAN AKAL. TAPI AKAL BERJALAN SEMAKIN MENJAUHI KESEMPURNAAN MANUSIA.



Aku berpendapat bahwa lawan terberat dari akal adalah kebiasaan, bukan nafsu ataupun naluri.

Sesuatu yang dipikirkan (dilakukan) secara sistematis jauh lebih baik daripada tak beraturan.



Kant - hukum kausalitas (hukum sebab-akibat) itu mutlak sebab akal manusia menerima sesuatu itu sebagai sebab - akibat. Aku pikir ini hanya berpengaruh ke alam. Jadi Kant menolak anggapan yang mengatakan ... itu sebagai harapan.

Harapan- kemungkinan-kemungkinan. Masalahnya adalah dalam menentukan kemungkinan-kemungkinan ini manusia sering menggunakan imajinasi (khayalan) yang sifatnya menyenangkan diri sendiri. Ini yang menyebabkan manusia kesulitan untuk mengambil kesimpulan (keputusan) yang baik, bahkan untuk diri sendiri. Atau lebih tepatnya mengambil kesimpulan berdasarkan realitas.



terkadang kesulitan hidup manusia adalah karena ide jiwa nya. dkl kesulitan hidup manusia karena akalnya.

pembedaan antara ide dengan kesan, mungkin perlu kupikirkan.










HIDUP INI BUKAN PENUH DENGAN PENDERITAAN. TAPI HIDUP ADALAH PENDERITAAN ITU SENDIRI. BERANI UNTUK HIDUP ADALAH BERANI UNTUK MENDERITA.



ARISTOTELES - TUJUAN PENGETAHUAN BUKANLAH UNTUK MENDAPATKAN KESENANGAN, TETAPI MENGHINDARI RASA SAKIT.

Dari perkataan ini, aku menyimpulkan DASAR PEMIKIRAN ARISTOTELES untuk membedakan pemikiran berdasarkan hasil akal ataupun  perasaan, adalah sbb;
* mendapatkan kesenangan - perasaan (pemuasan naluri)(dimiliki hewan)(bukan kerja akal)
* menghindari rasa sakit - akal (tidak dimiliki hewan)(mungkin saja dimiliki hewan)(tapi hewan tidak memikirkan cara menghindarkan rasa sakit)(lebih kepada respon menjauhi, bukan mengubah keadaan atau cara pikir)

Tapi ini cuma teori yang belum selesai, kupikir juga jika kukembangkan lebih lanjut, bisa jadi ini hanya pemikiran kosong.


Pandanganku tentang pria dan wanita sangat bertolak belakang (atau lebih tepat disebut berbeda) dengan Aristoteles. Menurut pandanganku, manusia, baik pria maupun wanita seharusnya mendapatkan hak yang sama di dalam hukum. Malah, wanita sebaiknya diberi perlindungan khusus di dalam hukum.
Pria dan wanita juga memiliki potensi yang sama. Semuanya sama-sama memiliki akal dan perasaan. Tapi tentu saja ini cuma teori di atas kertas. Di lapangan, peluang terjadinya ini cuma 95 banding 5%.




PENGGUNAAN SAMA DENGAN

Di dunia ini, tidak ada yang SAMA DENGAN kecuali dengan dirinya sendiri. Istilah sama dengan cuma dipakai manusia untuk menyatakan menyerupai, tetapi tidak berarti sama. Bahasa umumnya adalah hampir sama. Karena SAMA adalah dirinya sendiri. A bahkan tidak sama dengan A. Kecuali A tersebut adalah dirinya sendiri.

Dan dalam teori ini juga terdapat kelemahan yang diciptakannya sendiri. Karena A adalah dirinya sendiri. Maka A bukan lagi menjadi A jika sesuatu dalam dirinya berubah. Jadi A hanya akan menjadi A selama tidak ada perubahan dalam A. Dan kondisi seperti ini adalah hal yang sulit terjadi.

Harap pernyataan ini dipakai dengan cerdas.




KIERKEGAARD

Kegelisahan, ketakutan manusia dalam kehidupan menunjukkan adanya kesadaran eksistensial yang membawanya ke (pada) kesadaran yang lebih tinggi.
Kierkegaard membagi tahap kesadaran ini menjadi 3 TINGKATAN yaitu;
1. tahap estetik; Kierkegaard menyatakan ini sebagai tahap pertama (tahap terendah); hidup untuk saat ini dan menangkap setiap kesempatan untuk menikmatinya. Yang dianggap baik baginya (bagi orang tahap ini) adalah; keindahan, kepuasan, kesenangan.
2. tahap etika; kesungguhan dan kemantapan dalam bertindak menyangkut pilihan-pilihan moral, pendekatan ini mirip dengan etika kewajiban Kant
3. tahap religius; berarti menurut pandangan Kieerkegaard ini adalah tahapan tertinggi (Berarti ini tahapan terbaik menurut Kierkegaard)

Aku menolak adanya PERBEDAAN TINGKAT pada tahapan kesadaran Kierkegaard ini. (maksudku tidak ada posisi yang lebih tinggi dalam tahapan ini)(penilaian ini tergantung kepada subjeknya) Maksudku, Kiekegaard telah menyusun TINGKATAN ini menurut pandangan pribadinya.
Dia sedang menyusun berdasarkan KEBAIKAN menurut pandangannya. Apakah kebaikan menurut pandangan Kierkegaard bisa kita nyatakan sebagai kebaikan menurut pandangan dunia?
Aku lebih berpendapat bahwa kebaikan itu tergantung sudut pandang subjek (subjektif). Jadi berada pada TINGKAT TERBAIK KIERKEGAARD tidak menentukan bahwa orang tersebut berada pada TAHAPAN TERBAIK UNTUK DIRINYA.
Biarlah INDIVIDU tersebut menentukan TAHAPAN MANA yang baik bagi dirinya.
Jadi akan lebih tepat jika dikatakan, "Kegelisahan manusia dalam hidupnya akan membawa manusia tsb ke (pada) TAHAPAN KESADARAN YANG LAIN."

Kierkegaard menaruh perhatian utama pada temperamen manusia. Yang terpenting bukan apa yang menurut kamu benar atau salah. Yang penting adalah bahwa kamu memilih untuk mempunyai pendapat mengenai yang benar dan salah.




Aku pikir sebenarnya tidak ada yang hal baru dalam dunia filsafat, terutama untuk masa sekarang ini. Semua ini pasti sudah pernah dipikirkan ataupun dituliskan oleh para filosof terdahulu. Aku cuma ingin mengungkapkan sedikit pandanganku tentang filsafat.
Dan menurutku, kebaikan terbesar dari berfilsafat adalah mengembalikan cara berpikir untuk kembali ke dasar pemikiran tersebut. Karena menurutku kalau seseorang tidak mengerti sesuatu sampai ke maksud terkecilnya, dia sebenarnya tidak mengerti sama sekali tentang hal itu.



Sebenarnya hampir mustahil tubuh mengeluarkan perasaan yang sama. Tapi nnati aaj kupikirkan.
Jadi, apakah saat seseorang memendam perasaannya (misal memendam kebencian terhadap sesuatu), dimanakah ingatan itu disimpan? Apakah INGATAN itu disimpan dalam otak sebagai kesatuan data? Maksudku ingatan yang berupa gambaran kejadian beserta perasaan itu disimpan sebagai satu data komplit. Jadi apakah dengan membawa kembali ingatan akan kejadian tsb, akan menyebabkan tubuh mengeluarkan (mengalami) perasaan yang sama. (?)
Atau otak cuma menyimpan ingatan berupa gambaran, dan tubuh (salah satu bagian tubuh, misal sel) menyimpan ingatan akan perasaan?
Aku pikir ada sedikit kekurangan di sini, yaitu manusia bisa merasakan ingatan akan perasaan yang dilewatinya, tapi cuma berupa KATA-KATA (gambaran perasaan saja, bukan perasaannya secara langsung). Tapi proses ini bisa jadi cuma berupa tahapan, maksudku KATA-KATA ini bisa mempengaruhi tubuh manusia mengeluarkan (merasakan) perasaan yang sama dengan yang pernah dialaminya dulu.
Jadi kemungkinan ini mirip dengan memberi sugesti kepada otak agar mengeluarkan perasaan yang sama. Dan jika manusia melakukan ini, berarti manusia tersebut melakukannya dengan sengaja (dilakukan secara sadar).
Tapi ini juga menurutku tidak 100% benar. Karena ada juga kemungkinan lain, yaitu orang tersebut belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. Mungkin ini yang sering disebut-sebut sebagai phobia.

Dan jika ini benar, kemungkinan ingatan tersebut hanya berupa data dalam otak. Tidak ada pengaruhnya ke ingatan tubuh. (?) Tubuh tidak memiliki ingatan. Mungkin lebih mirip itu di simpan di otak bawah sadar.

Menurutku jika manusia memperbaiki cara penarikan kesimpulan dan pemasukan pengalamannya, banyak pertanyaan-pertanyaan hidupnya yang bisa terjawab.

Apakah mendapatkan keuntungan itu merupakan suatu perasaan? Ataukah tuntutan, ataukah hasil? Bagaimana kategori mendapatkan keuntungan itu? Mengapa mendapatkan keuntungan selalu melibatkan perasaan.


MENJADI INDIVIDUALIS BUKAN BERARTI MERAMPAS MILIK ORANG LAIN DEMI KEPENTINGAN PRIBADI. Maksud menjadi individualis adalah mengoptimalkan kemampuan diri tanpa memperdulikan pandangan orang lain, tekanan dari suatu pandangan, dsb.

Teori mimpi Freud tidak bisa menjelaskan kenapa orang yang bermimpi tentang angka (TOGEL). Dan esok harinya, nomor dalam mimpinya itu yang keluar (JITU).


Aku tertarik dengan pandangan individualistik Nietzsche. Pandangannya sangat keras dan kritis. Menurutku dia sedang menggambar saat sedang kecewa dan tertekan.

Menurutku, manusia tidak memiliki kodrat untuk BERBUAT BAIK, maksudku kebanyakan tindakan manusia untuk kebaikan itu merupakan tindakan melawan kodrat alami manusia. (Maksud berbuat baik adalah yang berbuat baik bertujuan keluar dari individu tersebut). Jadi manusia hanya mampu berbuat baik dengan menggunakan akal* (menggunakan akal di sini berarti juga mengontrol perasaan)








ADA BANYAK HAL YANG TIDAK DAPAT ANDA LIHAT SAMPAI ANDA MERUBAH SUDUT PANDANG ANDA.

Cara termudah melihat apakah seseorang itu kejam adalah dengan memperhatikan caranya memperlakukan binatang.


Jadi kepikiran, apakah semua perasaan itu karena manusia memiliki tubuh  (fisik) ?
Aku berpikiran, bukan otak yang susah diatur, tapi tubuh (perasaan) lah yang susah untuk diatur. Maksudku begini, pada saat seseorang ingin berusaha berkonsentrasi atau berpikir, otak tidak melakukan perlawanan atau penolakan. Tapi perasaan orang tersebut yang melakukannya. Jadi bagaimana cara penjelasannya? Apakah perasaan ini muncul sendiri? Ya. Bagaimana bisa? Karena kebiasaan. Jadi apakah dengan tidak dibiasakan sama sekali, manusia bisa tidak memiliki perasaan ini?
Tidak bisa, itu tetap ada. Manusia cuma berusaha mengabaikannya. Tapi tubuhnya tetap merasakan. Tapi aku belum bisa menyimpulkan ini untuk perasaan lain, di sini yang sedang kubahas adalah perasaan tubuh.
Apakah sejatinya perasaan tubuh ini lebih kuat daripada jiwa? (perasaan tubuh bukan kondisi tubuh) Ini sudah kujelaskan. Dan itu tidak mungkin. Aku sudah dapat menjawab pertanyaan bodoh ini; tidak ada yang lebih kuat dalam dunia ini. Kuat cuma masalah menang dari. Dan menang dari adalah hasil.
Maksudku semua memiliki potensi untuk menjadi lebih kuat atau lebih lemah.


Kebiasaan dan pembentukan pandangan (moral) pribadi yang mempengaruhi hal ini. Atau mungkin juga kondisi mental. Sebenarnya susah untuk menjawabnya, tapi kalau tidak begitu, mengontrol emosi tubuh adalah hal yang luar biasa susah.
Sepertinya harus menjelaskan lebih rinci tentang kategori emosi tubuh ini.
Apakah bisa muncul dua perasaan yang bertentangan dalam pikiran seseorang (dalam waktu yang bersamaan)? Aku juga sedang memikirkan hal ini. Dan sepertinya aku ingat mempunyai pengalaman seperti ini.





DUALISME KODRAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

Pada awalnya aku ingin menolak adanya dualisme dalam kodrat manusia. Aku cenderung memikirkan bahwa manusia adalah makhluk individu. Setelah memikirkan ulang, ternyata hal tersebut tidaklah benar.

Satu hal yang paling utama dalam menolak pendapat itu adalah karena adanya perbedaan jenis kelamin pada manusia. Seandainya tidak ada itu, aku pasti sudah menolak bahwa manusia terlahir dengan dualisme kodrat.

Aku bukan menolak bahwa bukan sesuatu yang baik jika manusia itu tidak berhubungan dengan sosial.
Tapi memang kebanyakan dalam diri manusia itu ditujukan untuk kepentingan individu. Semua hal-hal yang berhubungan dengan interaksi sosial manusia adalah demi tujuan individu. Menurutku.

Jadi dari sini aku mengambil pemikiran bahwa ADA SAJA HAL YANG TIDAK BISA DISANGKAL MANUSIA.




Kebaikan merupakan suatu hal yang sulit dipahami. Dalam suatu kebaikan sebenarnya banyak unsur-unsur yang merugikan individu tsb. Perkataan ini terutama untuk kebaikan yang bersifat keluar dari individu tsb. Misal dengan pertanyaan, jika seseorang melakukan sesuatu demi kebaikan dirinya, apa pantas itu disebut dengan kebaikan?

Ini dia, pembentukan hukum dalam diri seseorang (pembentukan hukum moral pribadi). Misal jika kamu katakan supaya dirimu tidak mencuri; misal kamu berkata dalam "hati", "Aku tidak boleh mencuri." Dan kamu akan berusaha untuk tidak mencuri. Dan kamu wajib menaati hukum ini, karena kamu sebenarnya menciptakan imajinasi tentang dirimu.
Maksudku begini, ini mungkin (biasa) terjadi pada masa kecil seseorang, untuk membentuk hukum moral pribadinya. Tapi ini bukan suatu hal yang otomatis terjadi, ini cuma terjadi jika dia memiliki gambaran akan tokoh idolanya. Dan dalam pembentukan itu, dia sedang menentukan hal yang ingin dan tidak ingin dilakukannya. Ini bisa berpengaruh besar pembentukan karakter orang tersebut.
Masalah utama yang kuragukan di sini adalah, untuk apa seseorang bersusah-susah menetapkan dan menjaga perilakunya sesuai hukum moralnya? Menurutku kebanyakan hukum moral pribadi yang diciptakan ini
Banyak kesimpangsiuran dalam hal ini, misal apakah ini terjadi dalam diri setiap manusia? Apakah hukum moral ini baik jika bertentangan dengan kodrat manusia? Apakah hukum moral pribadi yang baik ini, akan selalu bertentangan dengan kodrat manusia? Sebenarnya menurutku ini bisa terjawab jika pengkategorian sifat dasar dan kodrat alamiah manusia (dalam mempertahankan hidupnya)
Menurutku tidak ada kewajiban bagi manusia untuk tunduk pada hukum moral buatannya ini, tapi melakukan (tidak bisa melakukan) sesuatu yang bertentangan dengan hukum moral ini bisa menyebabkan kegelisahan dan kebencian terhadap dirinya sendiri.

Dengan pandangan ini berarti aku sedang menolak bahwa Tuhan telah menentukan hukum yang menguntungkan bagi kaum tertentu.



Menurutku, pemikiranku ini hanya satu titik kecil di dunia ini. Tapi bukankah menghubungkan titik-titik kecil itu pasti akan menghasilkan suatu gambar?


Hampir semua perkataanku, beranggapan bahwa akal itu yang terbaik dari manusia. Dan akal itu adalah jiwa dari kehidupan manusia.


Kenapa aku menggambar bahwa kodrat manusia itu buruk*? (dari sudut pandang universal) Karena menurutku, memang begitu adanya, kelebihan utama manusia adalah mereka selalu berpikir, mereka bisa berpikir bahwa mereka seharusnya lebih baik* dari itu (lebih mulia). Ini adalah tugas akal, karena cuma dengan akal yang baik manusia bisa mencapai kesejatiannya.
Memang ini sebagai dasar pemikiran utama, karena pada dasarnya akal bisa menentukan perasaan. Tapi aku ingin mengatakan ini bukan segalanya, karena perasaan juga bisa menentukan akal.
Maksudku begini, dengan menjelaskan bahwa "dunia" ini telah diciptakan dengan prinsip keharmonisan. Keharmonisan ini juga sebenarnya "ditanamkan" dalam diri manusia (menurutku).
Maksudku begini, karena tidak semua akal manusia "sehat", maka perasaan manusia bisa menyeimbangkannya. Dan karena tidak semua perasaan manusia sehat, maka akal manusia bisa menyeimbangkannya.  Tapi ini sedikit meragukanku.




Jika semua manusia melakukan kebaikan sempurna, dunia ini pasti segera kiamat.

Sesuatu yang luar biasa dari manusia adalah keinginannya.




TEORI NALURI MANUSIA


ASAL MULA

EMOSI MANUSIA = EMOSI HEWAN

Aku memikirkan tentang adanya kesamaan emosi manusia yang mirip dengan emosi hewan. Mungkin memang ada hubungan tertentu antara manusia dengan hewan. Maksudku begini, dengan memikirkan konsep penciptaan, dasar penciptaan manusia  adalah dengan penerusan dari konsep-konsep penciptaan binatang.

Jadi jika ini benar, ini menunjukkan bahwa Tuhan juga perlu belajar. Berarti Dia bukan sesempurna seperti yang sering digambarkan.
Bisa juga ini bermakna lain.

Cara termudah memperhatikan naluri alami manusia adalah dengan memperhatikan naluri hewan. Mungkin memang benar adanya bahwa konsep manusia adalah penerusan dari konsep hewan. Atau bisa jadi juga bahwa manusia merupakan evolusi dari hewan.

Jadi aku mulai memikirkan apakah hewan punya emosi spt sedih, marah, takut, kecewa, malu, dll.

Sebelum membahas itu maka sebaiknya aku memaparkan naluri yang dimiliki oleh binatang. (menurut versi setauku)
- naluri untuk makan, mungkin ini juga bisa disamakan dengan naluri untuk bertahan hidup, mungkin juga tidak
- naluri untuk seks, mungkin ini bisa disamakan dengan naluri untuk meneruskan keturunan, mungkin juga tidak
- naluri untuk melindungi diri, naluri untuk bertahan hidup ataupun tidak
- naluri untuk berkuasa, ini mungkin dipengaruhi naluri seks dan naluri makan
- naluri untuk mendapatkan ketenangan, maksudku dengan gambaran membuat sarang cara binatang membuat sarang, cara binatang berjemur, apakah itu merupakan naluri untuk mendapatkan ketenangan
- naluri untuk bertahan hidup, aku tidak mengerti apakah binatang punya naluri untuk bertahan hidup, atau binatang cuma hidup karena hidup
- keinginan

Aku pernah ingat kalau binatang jantan mengembangkan kemampuan untuk menarik perhatian betina. Karena betina memilih jantan yang memiliki sedikit kelemahan.
Contoh lainnya; burung jantan mengembangkan suara merdu untuk menarik perhatian betina. Apakah ini suara merdu ini bisa diwariskan, atau suara merdu ini cuma usaha untuk meningkatkan kesempatan meneruskan keturunannya?
Tapi ini sifat ini tidak bisa diwariskan (maksudku apakah binatang jantan bisa merubah bentuk fisiknya?). Setauku perubahan pada binatang terjadi karena adanya mutasi.
Mana yang lebih dominan dalam perkawinan binatang, kekuasaan (kekuatan) atau bentuk fisik binatang jantan?
Apakah adaptasi bisa merubah bentuk fisik makhluk hidup?
Sebaiknya aku memikirkan "pohon naluri" dari binatang, pasti tidak akan jauh berbeda daripada "naluri manusia" kalau tidak adanya "akal manusia". (Maksudku pohon naluri manusia;  tanpa adanya faktor perubahan karena pemikiran dari akal)

Jika ini kupikirkan lebih lanjut, kupikir pasti aku tidak menemukan perbedaan jauh. Satu-satunya emosi yang tidak dimiliki binatang, adalah emosi karena akal;
* yang berhubungan dengan milik pribadi
* yang berhubungan dengan malu, (mgkin jg berhubungan milik pribadi)(sangat sulit membayangkan hewan malu)


Jika akal pada hewan dikembangkan, bisa jadi hewan menjadi seperti manusia.
Sebenarnya, dengan adanya pemikiran bahwa binatang bisa mengembangkan kemampuannya. Ini memberikan gambaran bahwa binatang juga memiliki akal. Mungkin perbedaannya dengan akal manusia adalah tingkatan.

Jelas ini merupakan suatu pernyataan yang berbahaya. Sejauh mana perkembangan maksimal dari seekor binatang? Ini pasti tergantung juga kepada jenis spesiesnya.

Atau menurut pandanganku binatang tidak memilik kemampuan untuk melawan kodrat-kodrat ini, dan mungkin inilah perbedaan mendasar antara binatang dan manusia, yaitu akal, atau alat untuk menekan (mengontrol) naluri-naluri-nya.
Menurutku malah tidak ada satupun yang dikurangi dari milik hewan. Malah ditambahi.
Maksudku jika binatang memiliki intuisi, sudah pasti manusia juga memilikinya.

Apakah mungkin akal manusia itu adalah cuma otak manusia yang bermutasi dari otak binatang? Apakah ada mutasi dari otak?
Kalau ini tidak mungkin, berarti manusia merupakan penerusan (penambahan) konsep dari binatang. Konsep penambahan mungkin identik "membuat lebih baik" atau yang paling jauhnya, untuk menyempurnakan. Dari kata-kata ini akan didapat beberapa pengertian;
- konsep binatang itu sudah baik, cuma kurang sempurna
- binatang tidak lebih sempurna dari manusia
- Tuhan percaya bahwa manusia itu sudah sempurna dengan penambahan pada akalnya.

Tapi ini sama sekali tidak menunjukkan kenapa manusia harus hidup? Apakah cuma pemuasan diri-Nya atas kemampuan-Nya? Atau ada tujuan khusus di balik semua ini?

Dan ini juga tidak menunjukkan jawaban kenapa harus ada perbedaan jenis kelamin. Pada hewan khususnya, jenis kelamin dan keinginan hidup ini yang paling dominan. Menurutku.

Dan ini juga menimbulkan pertanyaan. Jika satu ekor kera misalnya mengalami mutasi dalam otak-nya. Lalu dengan siapakah dia meneruskan keturunan yang telah bermutasi ini? Apakah dengan kera lain(kera biasa)?
Dan jika begitu, apakah ini bisa menghasilkan keturunan yang bermutasi juga? Jika bisa, apakah terdapat kepastian 100% dalam setiap keturunan? Atau cuma bisa menghasilkan kemungkinan acak.
Atau mungkinkah sepasang kera (jantan betina)  tiba-tiba mendapatkan "mutasi" dalam waktu bersamaan dan dalam tempat yang berdekatan?
Memang yang paling mungkin dari kemungkinan kecil ini adalah begini; seekor kera jantan yang "berkuasa" (pemimpin kelompok) yang menguasai banyak betina dalam koloninya.

Memang ini cuma teori saja. Kalau mau mencari tau jawabannya, bisa berangkat dari hal-hal sederhana. (Jangan lupakan tentang makhluk gaib)

Sebenarnya teori akal ini juga bukan sesuatu yang pasti. Akal adalah jiwa cuma bisa ditentukan dengan mengetahui, apakah hewan juga punya kemampuan apa yang menolak naluri-nya?
Dan ini juga tidak bisa dijawab sebelum mengetahui bagaimana cara kerja dari otak hewan. Tapi menurutku, hewan tidak bisa menolak nalurinya. Dan cara kerjanya berupa insting atau gerakan cepat yang sama untuk suatu kondisi. Terutama pada insting melindungi diri.
Misal pada seekor anjing yang marah jika telinganya dipegang. Dia akan terus melakukan hal yang sama, (misal berusaha menggigit tangan), jika kita melakukan hal yang sama.
 
Tapi responnya berubah ketika kita misal mengikat mulutnya, dan memegang telinganya. Malah lebih mungkin dia ketakutan. (Maksudku, untuk kondisi berbeda maka respon yang diberikan berbeda, tapi untuk kondisi yang sama, maka responnya sama)(Mungkin posisi tubuh anjing tsb pun bisa dikategorikan sebagai kondisi)

Sebenarnya aku sedikit ragu, bahwa hewan bisa memilih mana yang cantik. Tapi bisa jadi ini benar, terutama jika dia dihadapkan pada pilihan langsung. Maksudku jangan terlalu membawakan konsep ingatan spt pada manusia.

Hewan juga pasti punya ingatan. Kalau tidak entah bagaimana dia bisa pulang. Seperti misal; Gajah tidak pernah lupa.


Apakah dalam proses pemasukan pengalaman pada anak, misal merespon rasa sakit, (misal api) adalah suatu hukum yang sudah ditanamkan dalam otak manusia?
Maksudku untuk anak yang belum mempunyai pengalaman menyentuh api, jika menyentuh api langsung ada respon menarik tangan.
Apakah respon ini ditanam dalam otak manusia? Maksudku seperti menanam program.
Bukankah ini termasuk naluri melindungi diri? Apakah ini sesuatu yang diwariskan?



HUKUM RIMBA; HUKUM PARA BINATANG

Tapi akal ini menjadi pisau bermata dua bagi manusia. Akal manusia yang menciptakan kebaikan hidup manusia, dan akal juga yang menyebabkan masalah atau kejahatan hidup manusia. Lain lagi tugas akal untuk masalah mengontrol perasaannya. Jadi tugas akal ini memang sangatlah berat. Dan lagi, hidup manusia memang sangat rumit.

Sebenarnya gampang saja jika manusia ingin tahu apa yang baik dan apa yang buruk bagi kehidupan manusia. Caranya termudah adalah dengan memperhatikan hewan.
*Apa yang menurut manusia; yang dilakukan oleh hewan tapi tidak pantas dilakukan pada manusia; sebaiknya jangan dilakukan manusia
*Apa yang dilakukan hewan, dan menurut manusia adalah baik, seharusnya dicontoh oleh manusia, (dengan pengembangan akal-nya)
Tapi ini benar-benar butuh pemikiran yang teliti dan kesungguhan dalam memikirkan-nya. Maksudku hasilnya hanya bisa didapat dengan pemikirkan dengan sungguh-sungguh.

Aku beri contoh:
* misal pada hewan kesehatan adalah baik, maka manusia juga sama, dan manusia juga punya kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya untuk tujuan kesehatan dan melakukan pengobatan (hewan tidak punya kemampuan untuk melakukan pengobatan atau mempelajari pengobatan kan?)
* misal pada hewan makan adalah baik, maka pada manusia makan juga merupakan hal baik, dan manusia juga punya kemampuan untuk mengembangkan apa yang akan dimakannya (karena binatang tidak punya akal untuk mengubah kemampuan makannya; yang aku maksudkan seperti hewan karnivora,  herbivora)
*misal pada hewan, hubungan seksual adalah baik, maka pada manusia juga begitu, dan manusia selalu punya akal untuk membuatnya lebih manusiawi kan, maksudku begini:
+ hewan tidak punya akal untuk menolak hubungan intim dengan induk / keturunan-nya, tapi manusia punya akal melakukan-nya kan?
+ hewan tidak punya akal untuk tidak memonopoli betina; tapi manusia punya akal untuk memikirkan yang lebih baik kan? (ini sedikit sulit, karena ini berhubungan dengan keadilan)
+ hewan tega membunuh anak-anak dari betina agar betina mau kawin dengan-nya, manusia punya akal untuk melakukan yang lebih baik kan?

Ini cuma contoh sederhana, menurutku masih banyak contoh lain yang bisa kita ambil.

Aku juga memikirkan kondisi-kondisi yang berhubungan dengan hewan peliharaan manusia. Apakah dari awal-nya hewan sudah memiliki sifat-sifat seperti itu, spt; jinak, setia, penurut? Atau sifat-sifat ini sudah mengalami perubahan dari masa ke masa? Kalau begitu, bukankah ini berarti sifat-sifat ini adalah sesuatu yang diwariskan?
Maksudku begini; jika mengambil contoh perbandingan dari hewan-hewan yang biasa dijumpai.
Seperti misal pada ayam;
* Apakah ayam kampung dan ayam hutan memiliki tingkat agresifitas yang sama?
*Apakah dengan membiarkan ayam kampung di hutan akan menjadikan tingkat agresifitasnya sama dengan ayam hutan? Bagaimana jika sebaliknya? (Maksudku ini dari masa pertama menetasnya)(Ini untuk satu kehidupan tunggal ayam tsb dan membandingkannya dengan ayam sejenis seusianya di tempat lain)
*Misalnya terdapat sedikit saja perubahan, bagaimana jika ini dikembangkan terus menerus sampai generasi ke sekian? Apakah ada terjadi perubahan yang besar?
*Apakah ini cuma akan dipengaruhi alam dan lingkungan sosial*nya? (hubungan dengan ayam lain)
* Apakah agresifitas mempengaruhi bentuk fisiknya? Atau bentuk fisik mempengaruhi agresifitasnya?
 Aku tidak terlalu tahu pasti. Tapi aku juga pernah punya pengalaman tentang ini (tentang ayam hutan maksudnya). Memang lingkungan yang paling berpengaruh, tapi penurunan sifat ini tetap ada. Memang kalau aku pikirkan tentang ini lebih jauh, aku jadi memikirkan idealismenya Plato. Tapi menurutku yang paling besar kemungkinan itu bahwa sifat itu diturunkan.
Pertanyaan berikutnya;
* Dimanakah sifat itu diturunkan, dalam gen kah atau dalam otak?
* Apakah bentuk fisiknya dipengaruhi kemampuannya (kemampuan di sini lebih bermaksud kepada potensi)? Atau kemampuannya yang dipengaruhi bentuk fisiknya?


INI DIA. JAWABANNYA ADALAH NALURI. NALURI TERSIMPAN DALAM PIKIRAN BAWAH SADAR. KARENA HEWAN MENGIKUTI NALURI INI (KERJA AKAL HANYA SEDIKIT). HEWAN TIDAK BISA MENANGKAL INI.

Jika ini benar, maka menurutku ini juga berlaku untuk manusia. Tapi untuk manusia, aku yakin dengan pasti bahwa ini tidak terlalu berpengaruh karena ada suatu hal, yaitu AKAL. Akal lebih dominan dalam memberi pengaruh hidup manusia.

Dan menurutku, sistem ini juga tidak berlaku untuk penurunan kecerdasan. Kecerdasan sedikit lebih rumit daripada ini. Tapi aku sudah memikirkan kemungkinannya.


Aku juga tidak meragukan kalau hewan juga bisa mengeluarkan emosi spt manusia; spt marah, takut, sedih, senang, stres, dll. Aku tidak tahu apakah mengeluarkan emosi bisa disamakan dengan merasakan emosi, tapi bisa jadi juga hewan juga bisa merasakan emosi.
Tentu saja aku cuma bisa menyimpulkan dari kacamataku. (Maksudku dari hewan-hewan yang telah aku lihat) Tapi channel discovery juga banyak menayangkan ini.


Sudah jelas, kan bahwa hewan tidak punya akal? Anjing tidak bisa membandingkan kehidupan-nya dengan kehidupan anjing orang lain, maka itu hidupnya lebih tenang. Anjing tidak bisa membandingkan kehidupan-nya dengan kehidupan anjing di negara lain, maka itu anjing lebih tenang. (Tapi ini tidak berlaku bagi manusia, karena jika manusia pun hidup tanpa memiliki akal, itu belum tentu baik. Aku bisa menjelaskan ini panjang lebar)

Sebenarnya akal ini menjadi pisau bermata dua bagi manusia. Tapi aku andaikan begini, jika pun manusia punya akal sehingga bisa membandingkan hidupnya dengan hidup orang lain itu. Sebenarnya ada pilihan, karena manusia memiliki pilihan
* jangan sampai manusia mengetahuinya (susah dipakai untuk jaman sekarang)
* mengetahuinya tapi tidak usah terlalu memikirkannya (dengan mengontrol keinginannya)
* mengetahui, memikirkan dan menjalankannya dan mencapainya (ini yang paling susah mungkin)

Apakah anak-anak kebanyakan hidup dengan banyak pembawaan perasaannya. Sehingga anak-anak terkadang terasa seperti malaikat? Tapi aku memang setuju bahwa pada anak-anak, akal masih belum berkembang. Tahap ini masih merupakan proses pemakaian akal. Dan tahap inilah mereka akan mulai merasakan dilema. Tapi ini terlalu subjektif dan aku tidak terlalu tahu jika ada anak yang dilahirkan dengan perasaan buruk. (?)


Dan satu kesimpulan lagi di sini.
Jika hewan tidak punya akal.
Dan jika akal adalah jiwa.
Maka hewan sebenarnya tidak punya jiwa.

(Aku ingatkan lagi, bahwa kebenaran dari premis-premis ini bukan yang sebenarnya. Ini cuma pengandaian)

Jadi jiwa pada hewan itu adalah perasaan-nya atau insting-nya. (Ini bukan berarti manusia harus bertindak semena-mena pada binatang. Aku percaya orang yang akal dan perasaan-nya sehat, juga memikirkan kesejahteraan binatang)(Terutama butuh campur tangan penguasa (pemerintah))

Aku percaya, semakin baik manusia menggunakan akalnya, semakin baik kehidupan di bumi ini.
Atau lebih puitisnya begini, SEKALIPUN MANUSIA ADALAH KERA SEPERTI YANG DIGAMBARKAN DARWIN, TETAPI DENGAN PENAMBAHAN AKAL, MANUSIA BUKAN LAGI KERA SEPERTI PENGGAMBARAN DARWINISME.

Apakah akal adalah pengetahuan bagi manusia? Apakah sesuai jika dikatakan bahwa pengetahuan adalah hal yang buruk?
Jika pengetahuan adalah buruk.
Jika pengetahuan adalah akal.
Dan jika akal adalah jiwa.
Berarti Jiwa adalah buruk.
Beginilah hasilnya jika pengetahuan manusia adalah buruk bagi manusia. (Menurut pandangan di atas)


Dan jika akal manusia bisa mengontrol semua nalurinya. Apakah yang menyebabkan akal manusia menolak atau menerimanya naluri alaminya ini?
Apakah kebiasaan. Apakah perasaan. Ataukah kecerdasan. Ataukah hati nurani?





Hubungan kausalitas yang tidak berwujud ITU bukan berarti tidak memiliki hubungan kausalitas. Tentu saja kita harus membahas apa pengertian tidak berwujud ini.
Tapi menurutku ini masalah ruang dan waktu. Tentu saja proses kausalitas ini terjadi dalam pikiran manusia.


Apakah Tuhan sudah dengan sengaja menciptakan hewan karnivora dan hewan herbivora? Apakah ini semata-mata karena hasil evolusi? Apakah bentuk fisik dari hewan itu dipengaruhi makanannya; atau makanannya yang mempengaruhi bentuk fisiknya? Ini semua bisa dijelaskan dengan memaparkan dengan jelas gambaran akan hewan-hewan terdahulu.
Apakah ini berarti sifat (jenis makanan) adalah faktor yang diturunkan dalam dunia hewan?Ya.
Lalu kenapa ada perubahan bentuk fisik misal pada paruh burung sesuai dengan jenis makanannya? Adaptasi.
Apakah adaptasi pada hewan lebih kepada pemilihan jenis makanan atau lebih kepada cara pengambilan makanan yang sejenis? Apakah coba-coba?

Ini dia, apakah pertama kali Tuhan menciptakan hewan menjadi karnivora dan herbivora? Tidak, jadi melalui proses coba-coba. Karena hewan mempunyai akal. Akal yang kecil.

Jadi yang menyebabkan hewan menjadi karnovira atau herbivora adalah karena hewan tersebut memiliki akal yang terbatas. Yaitu keingintahuan yang terbatas.

Satu hal lagi, yaitu makhluk gaib.



MENURUT PANDANGAN IDEALIS

Tapi tiba-tiba jiwa idealisku mengatakan; TUHAN SUDAH TERLALU KEJAM MENCIPTAKAN MANUSIA DENGAN AKAL YANG SEDEMIKIAN TINGGI, SEHINGGA MEREKA TIDAK BISA LAGI MERASAKAN KEBAHAGIAAN DI DUNIA INI.

Menurut pandanganku, idealis seperti tidak memakai akal. Mereka seperti berpikir dengan perasaan, baik perasaan sedih, gelisah, tidak tenang dalam dirinya ataupun perasaan baik dalam dirinya.
Timbul pemikiran, apakah berarti perasaan bisa juga berpikir. Maksudku di sini sedikit rumit. Mungkin lebih mirip, perasaan menentukan apa yang dipikirkan orang tersebut. Tapi semakin kabur, kan?

Sebenarnya menurutku ini adalah suatu yang cukup rumit, karena aku tidak tahu pasti apakah perasaan bisa berpikir dan bagaimana manusia bisa berpikir. Mungkin ini cenderung seperti mendengarkan perasaannya saat berpikir. (Kalau berdasarkan ini berarti cara berpikir manusia lebih kepada sensor-sensor untuk menyatakan dirinya, dan akal memilih untuk mendengarkan yang mana.)
Tapi yang pasti akal manusia tercampur dengan perasaannya.

Apa pernyataan ini bukan sesuatu yang kontroversial, "Dengan menggunakan akalnya manusia tidak akan bisa bahagia"?
Menurutku begitu, karena akal lah manusia tidak bisa bahagia. Aku akan menjelaskan sedikit. Ini seperti suatu hubungan yang berantai.
* Karena akal berarti pengetahuan atau sejenisnya; karena akal manusia, manusia jadi bisa membandingkan dan membedakan; karena akal manusia, manusia jadi tahu mana senang mana sedih
* Akal yang membuat manusia merasa tidak puas, tidak senang, gelisah, iri, benci, dll (akal menciptakan perasaan)
* Dan perasaan mempengaruhi perasaan, atau lebih mudahnya perasaan mempengaruhi manusia,

Jadi menghasilkan suatu pernyataan begini; TIDAK SALAH JIKA MANUSIA MENGATAKAN BAHWA MEREKA TIDAK BISA BAHAGIA KARENA PERASAANNYA. TAPI BUKANKAH PERASAAN ITU BERMULA DARI AKAL MANUSIA.

Tapi di sini juga menimbulkan pertanyaan; berarti jika membawakan persamaan dari perkataan idealisku di atas; tanpa akalnya, manusia akan hidup dengan lebih baik.
Ini jelas bertentangan dengan pandangan rasionalis. Tapi aku akan membahas sedikit menurut pandangan ini, spt;

* akal adalah sesuatu yang tidak bisa membuat manusia bahagia (untuk maksud tertinggi)
* sebagai manapun manusia mengontrol akalnya, perasaan manusia lah yang membuat manusia bahagia (untuk maksud tertinggi)
* perasaan manusia sejatinya adalah murni, (berarti bertentangan dengan persamaan perasaan manusia dan hewan)(dan ini menimbulkan antitesis; sejak manusia memiliki akal, perasaan manusia bukan lagi hal murni)(dan menimbulkan pertanyaan lagi, apakah manusia yang memiliki akal bisa mengetahui yang disebut perasaan murni ini)
* maksud poin no 3 hampir sama dengan; manusia bukanlah hewan yang mengalami evolusi; karena kalau manusia berasal dari hewan, tidak mungkin perasan manusia adalah sesuatu yang murni baik
* ini bersesuaian dengan Kitab Kejadian, bahwa manusia diciptakan baik, cuma manusia memakan buah pengetahuan (akal) sehingga menjadi buruk
* perasaan buruk manusia adalah hasil dari akal manusia,

Tapi ini sedikit menimbulkan keraguan, spt; Apakah benar dengan akal manusia tidak akan bisa merasakan kebahagiaan? Tentu saja, bodoh.

Tapi untuk bahasa sehari-harinya, idealis sudah menggunakan akalnya untuk memikirkan kehidupan ini, tapi perasaannya tetap merasa suatu ketidakpuasan. Ketidakpuasan ini juga merupakan hal yang sulit dipahami.

Apakah ini berasal dari akal manusia yang selalu "tidak puas" atau memang sudah tertanam suatu kerinduan dalam otak manusia. Atau cuma pengaruh otak bawah sadar manusia. Tapi aku cenderung menolak pandangan ini adalah pengaruh otak bawah sadar manusia.

Malahan aku pikir untuk kondisi tertentu, kebiasaanlah yang sering menutupi keinginan akan ini. Tapi ini bukan sesuatu yang pasti, karena kemampuan akal juga berpengaruh akan hal ini. Dan lagi, orang-orang yang menolak perasaannya (mengikuti akal), juga cenderung bisa menolak ini. Mungkin ini agak sulit dijelaskan.

Tapi manusia se-rasionalis apapun tidak akan bisa menolak kenyataan bahwa tujuan manusia hidup HANYALAH UNTUK LAHIR DAN UNTUK MATI.

Menurutku memang ini alasan utama manusia menciptakan konsep-konsep tentang kehidupan kekal setelah kematian. Tapi bukan berarti ini tidak benar.

Kerinduan yang tertanam dalam otak ini seperti pertanyaanku, kenapa ayam hutan yang dipelihara sejak telur di lingkungan perkampungan (perumahan), seperti punya keinginan untuk kembali ke alamnya (tinggal di pohon, misalnya walaupun dia sudah memiliki kandang).
Apakah ini dibawa dari gen induknya misal dua generasi di atasnya? Dan sampai berapa generasi ini akan diwariskan?

Ini juga menimbulkan pertanyaan;
- Apakah sejak dulunya, cara hidup hewan sudah seperti sekarang?
- Apakah menurutNya, cara hidup hewan sekarang adalah yang terbaik? Atau cara hidup hewan juga sudah mengalami perubahan?
- Apakah dengan manusia memakan buah pengetahuan, hewan juga mengalami perubahan cara hidupnya, apa yang menyebabkannya begitu?
- Apakah dengan memisahkan manusia dengan akalnya dapat menghasilkan manusia seperti pada Kitab Kejadian?

Timbul suatu pemikiran sederhana; cara termudah untuk membuat kehidupan manusia di bumi ini menjadi lebih baik adalah dengan membuat alat agar manusia berpisah dengan akalnya. Atau menciptakan alat agar manusia bisa mengontrol akal dan juga perasaannya.

Dan pemikiran yang paling pertama muncul adalah apakah itu mungkin dilakukan?
Bisa atau tidaknya bukan suatu kepastian. Tapi tentu saja akan banyak sekali hal yang harus dipelajari manusia untuk bisa menentukannya.

Pemikiran ini menghasil suatu khayalan; SUATU KERINDUAN UNTUK HIDUP DI NEGRI UTOPIA. BUKAN NEGRI UTOPIA DI DALAM BUMI, TAPI BUMI DI DALAM NEGRI UTOPIA.


Dan satu hal lain, kondisi berpisah dengan akal ini bukan seperti yang digambarkan dengan kondisi gila yang sedang terbayang oleh pembaca. Kondisi gila mungkin lebih mirip dengan kondisi kerusakan pada akal.
Sedangkan kondisi berpisah dengan akal di sini mungkin lebih mirip dengan kondisi yang diidam-idamkan spt gambaran kesucian, misalnya. Suatu kondisi yang sulit dijelaskan memang. Tapi kemungkinan ini sangat kecil.

* Ketenangan tertinggi manusia adalah bukan saat manusia tidak merasakan emosi. Tapi seperti saat tubuh dan pikiran manusia bersatu (konsep spiritualis umum mungkin). Agak sulit dijelaskan, tapi mungkin maksudnya agak seperti mirip tubuh tidak mengirim perasaan-perasaan negatif ke otak. Atau "hati" tidak mengirimkan sinyal khusus ke tubuh. Atau pikiran dan tubuh merasa tenang. Atau ketenangan tubuh dan otak. Atau lebih gampangnya otak tidak merasakan emosi-emosi negatif. (benda yang menyimpan emosi tidak bekerja?)
* Ketenangan karena akal tidak sebanding dengan ketenangan karena perasaaan. (?) Berarti menurut pandangan ini, itu suatu hal yang berbeda? Kira-kira begitu. Menurutku, ada suatu tempat dalam otak manusia, (entah otak, entah gen)(hampir sama dengan pertanyaanku sebelumnya, di manakah perasaan hewan terletak?) yang bisa membuat dirinya merasakan ketenangan (mungkin kondisi seperti yang digambar-gambarkan kaum spiritualis).
* Ketenangan ini bukan suatu yang permanen, karena pada dasarnya perasaan seseorang cepat berubah. Ini mungkin lebih mirip dengan "menguapkan" semua perasaan negatif dalam dirinya. Kesadaran akan diri sendiri (akal) malah bisa dengan cepat menghancurkan perasaan ini.


Aku juga melihat sedikit kemasukakalan dalam pandangan idealisku ini.
Aku ingin membayangkan bagaimana maksud dari perasaan murni manusia ini.
Aku juga mungkin agak menyamakan akal manusia dengan perasaan murni manusia.
Meskipun aku tidak mengerti apa maksudnya ini.



Tapi ini penuh dengan keraguan. Sekeras apapun aku berpikir, aku tidak bisa membayangkan bahwa dulunya perasaan manusia adalah murni. Menurutku pengetahuan (akal) adalah baik untuk manusia. Akal adalah alat pengangkal suatu perasaan buruk. Aku malah berpendapat bahwa jika manusia menggunakan akalnya, manusia lebih mungkin untuk mencapai perasaaan murninya. Dan dengan ingin aku menolak konsep buah terlarang.

Karena menurutku, cuma 2 hal yang bisa mengontrol naluri alami manusia;
- emosional - cinta ( tidak efektif) - saat cinta hilang yang ada tinggal dendam dan kebencian
- akal - pandangan moral ( lebih efektif) - musuhnya adalah merubah atau melupakan pandangan moral

 Sehingga menurutku, akal adalah yang lebih mendominasi dalam mengontrol naluri alami manusia.

Tapi ini tidak selalu benar. Tidak ada kebenaran mutlak dalam hidup ini, karena di dalam kebenaran melekat kesalahan. Di dalam kebaikan melekat kejahatan. Di dalam kebersihan melekat kekotoran. Di dalam terang melekat kegelapan. Bahkan di dalam satu hal kecil sekalipun, selalu ada hal bertentangan yang melekat kepadanya.

Segala sesuatu bagi akal manusia adalah sesuatu berdasarkan sudut pandang. Ini adalah sesuatu yang tidak benar. Tidak akan ada kebenaran yang mutlak bagi akal manusia. Akal manusia adalah mesin pengukur berdasarkan sudut pandang yang baik. Akal selalu dapat melihat berdasarkan sudut pandangnya. Tapi akal tidak dapat melihat sesuatu berdasarkan kenyataannya. Akal hanya melihat berdasarkan apa yang dilihatnya.

Tetapi ada sesuatu yang dapat melihat sesuatu berdasarkan kenyataannya, yaitu perasaan murni manusia. Dan perasaan murni manusia adalah sesuatu bukan berdasarkan akal, tetapi berdasarkan hakikat sebenarnya di balik sesuatu tersebut. Tanpa ketakutan, tanpa kebencian, tanpa kenaifan dan tanpa kemarahan.

Aku sendiri tidak mengerti pengertian dari perasaan murni ini. Mungkin lebih mirip dengan ketenangan dan kebaikan. Meskipun perasaan murni ini lebih berupa ide perasaan yang murni.

Tetapi aku kembali mengingatkan; TIDAK ADA KEBENARAN DALAM HIDUP INI, KEBENARAN HANYA BERDASARKAN SUDUT PANDANG, USAHAKAN KEBENARANMU DENGAN KETEKUNAN.



Tapi biarpun aku menyatakan naluri manusia adalah naluri hewan. Tapi aku lebih suka percaya bahwa akal manusia adalah pemberian dari Tuhan, bukan berasal dari proses evolusi ataupun mutasi pada otak. Ini juga bersesuaian dengan pandangan Tuhan filosofis yang menjadi dasar dalam setiap pemikiran, bahwa semua sudah ditentukan dalam keharmonisan.

Contoh penyanggahan untuk kalimat mutasi pada otak; kenapa mutasi pada otak ini terjadi hanya satu kali dan hanya kera yang bermutasi?

Tapi ini adalah pemikiran yang sedikit rumit. Karena kalimat ini mengandung pertentangan dalam dirinya sendiri.

Apakah perasaan mempengaruhi apa yang dipikirkan oleh akal? Maksudku kalau perasaan tenang, akal jadi tidak menimbulkan pemikiran-pemikiran yang tidak perlu.

Jadi timbul pemikiran kalau otak manusia selalu bekerja dengan campur tangan perasaan (untuk kondisi sadar). Atau akal dan perasaan itu seperti dua dalam satu. Dualisme?

Sebenarnya, biarpun begitu, menurutku sangat kecil kemungkinan bahwa manusia merupakan hasil evolusi. Yang paling mungkin itu, manusia memang diciptakanNya.


Lebih mudah membayangkan suatu saat manusia bisa membuat alat untuk mengontrol akal manusia lain, daripada memikirkan bagaimana cara manusia itu menggerakkan akalnya sendiri.


Menurut pandangan materialisku, masalah kehidupan manusia ini cuma berakar dari makhluk materi dan naluri seks. Dan masalah lain cuma perluasan. Sedangkan kaum romantis beranggapan, kalau dipandang dari sudut materi dan naluri seks, manusia itu menjijikkan. Ini harus dipikirkan lagi.


Untuk menanggapi tentang akal dan perasaan manusia, hampir tidak ada sesuatu yang bisa aku katakan selain; "Akal adalah sesuatu yang luar biasa, dan perasaan adalah sesuatu yang menakjubkan."


MANUSIA TELAH MENCIPTAKAN SENDIRI HAL YANG MEREPOTKANNYA. DAN SEKARANG MANUSIA KEREPOTAN SENDIRI MENGATASI HAL YANG DICIPTAKANNYA.


Kejahatan manusia yang buruk itu bukan kejahatan manusia karena perasaannya. Kejahatan manusia karena akalnya lah yang paling mengerikan. Mungkin sedikit sulit dipahami, tapi pikirkan saja artinya sendiri.




MASALAH KEJIWAAN PADA MANUSIA

Karena pengertian manusia sangat luas, maka sebenarnya pembahasan ini juga akan menjadi pembahasan yang sangat luas. Jadi aku mempersingkat dengan manusia sebagai fisik dan manusia sebagai pikiran.

Dengan demikian, karena otak adalah materi, dan jiwa adalah otak, maka jiwa adalah materi. Ditambah, karena jiwa adalah juga merupakan ide.
Dan juga karena manusia sebagai fisik, maka fisik tidak diabaikan; emosi dan perasaan. Emosi sebagai materi. Naluri sebagai pikiran bawah sadar.

Maka aku mengambil kesimpulan, untuk membahas penyakit kejiwaan pada manusia, adalah hasil dari sbb;

* PENGARUH DARIPADA OTAK
- yang disebabkan oleh fisik (dapat berupa bawaan lahir) - bentuk otak, zat dalam otak, kecerdasan,
- yang disebabkan oleh ide (berupa pengalaman) -
- pikiran bawah sadar (mungkin harus dimasukkan di sini)

* PENGARUH DARIPADA PERASAAN (kemungkinan)
- yang disebabkan oleh fisik (dapat berupa bawaan lahir) - mungkin berhubungan dengan emosi materi
- yang disebabkan oleh pengalaman (mungkin bisa disamakan dengan disebabkan oleh ide) -

Hal-hal tersebut paling dipengaruhi oleh lingkungan, terutama cinta (perhatian).

Sebenarnya salah satu cara termudah mengatasi ini secara personal adalah;
- membuat (membayangkan) perbedaan antara akal rasio dan emosi
- membuat perbedaan pikiran hasil akal dan pikiran hasil emosi
- meletakkan ide jiwa sebagai tujuan dan ide moral sebagai cara

Dan dengan adanya keempat elemen ini, maka yang didapat adalah kemungkinan kesalahan;
- kesalahan oleh akal
- kesalahan oleh emosi
- kesalahan (pembentukan) ide jiwa
- kesalahan (pembentukan) ide moral
Jadi kemungkinan manusia berhasil menaklukkan secara sempurna ini adalah; 1/64 untuk setiap tindakan. Itulah yang terjadi jika manusia menuntut untuk baik secara sempurna, menurut ide kesempurnaan tertinggi. Tetapi tidak perlu serepot itu, kan?

Point dari pandangan ini;
- Aku harus memisahkan EMOSI DENGAN NALURI
- Pembagian NALURI harus murni; yaitu NALURI ALAMI MANUSIA
- NALURI TERSIMPAN DALAM PIKIRAN BAWAH SADAR MANUSIA

Dan aku sangat yakin menegaskan; lawan terberat dari manusia (individual) adalah kebiasaan, bukan naluri ataupun emosi.



Maaf kalau di awal-awal banyak pengertian yang salah. Itu karena aku menuliskannya berawal dari ketidaktahuan sama sekali (berdasar pengetahuanku yang minim). Dan aku belum (tidak) punya waktu untuk memperbaikinya.




AKU PIKIR MEMANG PENJELASANKU INI SEDIKIT (ATAU MEMANG) TIDAK MASUK AKAL. KARENA KETERBATASAN WAKTU DAN KETIADAAN KESEMPATAN, AKU PIKIR SUDAH WAKTUNYA AKU MENGHENTIKAN SEMUA INI.
MUNGKIN AKU AKAN MELANJUTKANNYA SUATU SAAT, TAPI KEMUNGKINAN ITU SANGAT KECIL. AKU HARAP TULISANKU INI SEDIKIT BANYAK BISA BERMANFAAT.
JANGAN MENGGUNAKAN TULISANKU UNTUK TUJUAN KOMERSIAL YA. 
DAN JANGAN LUPA MENCANTUMKAN NAMAKU UNTUK SETIAP PENGGUNAAN KALIMATKU. HAHA. CUMA BERCANDA.